Minum
Kuroko kembali ke ruang tengah. Melihat Kise belum bangun, Kuroko duduk di tatami. Menaruh gelas berisi darahnya di meja. Kuroko membaca novel sambil duduk.
"Etto... Aku di-dimana?" Suara Kise lirih.
Menutup novel yang baru di baca setengah menit, Kuroko melihat keadaan Kise.
Kise mengerjap pelan mengusir rasa kantuk menyerangnya. Terbuka lebar, segera bangun dan bersiaga.
"Jangan terlalu banyak bergerak. Walau tubuhmu sudah sembuh, kamu harus tetap istirahat." Suara datar terdengar. Kise melihat setiap inchi ruangan. Kanan-kiri mencari tetap tidak ada orang.
"Doumo," Panggil Kuroko di belakang Kise. Menoleh ke belakang dan hampir terjungkang ke belakang.
"HUUWAAA. Dari mana kamu muncul?" Kise menunjuk ke Kuroko.
"Aku sudah dari tadi di sini. Jangan menunjuk orang begitu. Tidak sopan," Kuroko menatap Kise dingin. Kuroko tidak menyebut nama Kise karena belum kenalan satu sama sekali.
"Ma-maaf-ssu." kata Kise canggung dan duduk kembali.
"Tidak apa-apa." Kuroko duduk di hadapan Kise dengan di halangi meja di tengahnya. Kuroko memangku bantal untuk menutupi kedua tangannya.
"Namaku Kise Ryouta-ssu. Salam kenal. Maaf merepotkan karena merawatku." Kise paham apa yang terjadi dengan dirinya sekarang. Kise tetap waspada dengan orang yang belum di kenal di depannya karena mungkin orang itu tahu rahasia lukanya. Namun di tutupi santai dan semangat.
Kuroko melihat ada sesuatu yang di sembunyikan. Entah apa itu. Tidak mau berurusan privasi Kise, Kuroko hanya diam.
"Kuroko Tetsuya. Salam kenal Kise-kun. Tidak apa. Tidak mungkin hanya diam melihat ada orang terluka." kata Kuroko tersenyum tipis.
Kise terpana dengan perbuatan orang di depannya. Jarang dirinya mengalami seperti ini. Tulus dan di tambah senyuman menenangkan. Kise langsung menerjang memeluk Kuroko cepat.
Kuroko kaget pelukan tiba-tiba yang di lakukan Kise. Tidak menyangka seperti ini. Rasanya sesak dan sulit bernapas karena terlalu erat di peluk.
"Se-se-sak Kise-kun," kata Kuroko mencoba bernapas.
Kise segera melepas pelukan mautnya dan memasang ekspresi memucat. "Maaf Kurokocchi!" Menangkup kedua tangan meminta maaf.
"Tidak apa, Kise-kun. Apa yang kamu maksud 'Kurokocchi'?" tanya Kuroko heran.
"Itu untuk panggilan orang kuhotmati-ssu." kata Kise semangat.
"Tidak perlu begitu," kata Kuroko tidak setuju.
"Tidak apa kan-ssu," Kise tersenyum ceria. Mengabaikan perkataan terakhir Kuroko. Kuroko tersenyum.
"Ne Kurokocchi. Apa itu darah?" Tunjuk Kise ke gelas di meja.
"Ya Kise-kun. Kalau mau minum, minum saja." Kuroko mengangguk.
"Are? Kurokocchi tahu diriku?" tanya Kise memastikan.
"Ya. Kise-kun vampire bukan?" kata Kuroko polos.
"Kamu tidak takut denganku-ssu?" kata Kise hati-hati. Kise sudah memantapkan hati jika dugaannya salah.
"Tidak. Aku tahu kalau Kise-kun tidak jahat. Jadi aku tidak perlu takut denganmu," jawab Kuroko datar.
"Benarkah? Aku senang-ssu," kata Kise sumpringah. Sesaat mau peluk Kuroko lagi, Kuroko menjauhkan diri dari Kise.
"Hidoii~" rengek Kise. Kuroko hanya diam tidak menggubris.
"Jadi mau di minum atau tidak? Kise-kun jangan menahan diri dan tersiksa karena kehausan yang sangat. Aku harap segelas itu cukup buat Kise-kun." kata Kuroko panjang lebar dan serius.
Kise tertegun dengan perkataan Kuroko itu. Lagi, tidak menyangka menemui manusia yang sangat baik dengan dirinya. Padahal Kise jarang menemui manusia seperti Kuroko. Langka di tengah dunia yang sudah rusak ini.
'Kurokocchi unik-ssu," batin Kise senang.
"Cukup kok. Aku minum ya-ssu," Kise mengambil gelas dan meminum perlahan. Kise terbelalak sebentar.
Kise merasakan darah yang di minum seperti air. Tidak berasa dan tidak harum. Namun ada sesuatu yang hangat menjalari tubuh Kise. Serasa darah itu menambah kuat dan bisa mengontrol dirinya lebih baik.
"Bagaimana Kise-kun? Sudah baikan?" kata Kuroko cemas melihat Kise menaruh gelas yang sudah kosong di meja kembali.
"Ini enak-ssu. Aku benar-benar sehat sekarang," Kise berdiri sambil merenggangkan tubuh.
"Benarkah? Syukurlah kalau begitu." Kuroko melihat Kise mulai segar. Tidak sepucat tadi.
"Di gelas itu darahmu, Kurokocchi?"
"Ya Kise-kun," kata Kuroko pokerface.
"Jadi tanganmu terluka karena aku?" Kise duduk kembali di samping Kuroko.
Kuroko bingung mengapa Kise tahu kalau tangannya terluka. Padahal Kuroko sudah menyembunyikan di bawah bantal sofa. Menghela napas berat, Kuroko tahu Kise mempunyai panca indra yang tajam.
"Tidak perlu dipikirkan. Ini tindakanku. Kuharap Kise-kun tidak keberatan," Kuroko kembali membaca novel yang sempat di abaikan.
"Justru-" perkataan Kise terpotong melihat Kuroko diam tak berminat meladeni.
"Baik, baik-ssu," ucap Kise cemberut memalingkan muka. Kuroko hanya tersenyum melihat tingkah kekanakan Kise.
"Kise-kun," panggil Kuroko serius.
"Ya-ssu?" Kise membalik tubuh berhadapan Kuroko.
"Tolong rahasiakan apa yang sudah terjadi sekarang. Bisa kan?"
"Humm aku tidak bisa janji, Kurokocchi," Muka pucat Kise muncul.
"Kenapa?" Kuroko kembali menaruh novel di meja. Sudah tidak minat baca lagi sekarang.
"Karena aku takut Akashicchi membaca pikiranku. Tanpa sadar kelemahan kita sudah di ketahui jika dia menelisik ke rahasia terdalam-ssu,"
"Begitu ya," ucap Kuroko lesu.
"Wa-walau begitu aku akan mengusahakannya," ucap Kise semangat.
Melihat semangat Kise, Kuroko mengangguk dalam diam.
Hening kembali menyambut di antara mereka berdua. Sibuk dengan pikiran masing-masing.
"Ne, bolehkah aku pulang sekarang-ssu?" ucap Kise memecahkan lamunan Kuroko.
"Tentu saja. Keluarga Kise-kun pasti mencarimu sampai sekarang," Kuroko bangkit diri dan menuju ke kamar.
Kise mematung ketika Kuroko meninggalkan sendiri di ruang tengah. Menghela napas pelan, Kise berdiri dan pergi ke depan pintu keluar.
Memutar knop pintu, sesaat di buka angin malam berhembus dingin. Tetapi tidak berarti untuk Kise. Karena tidak berpengaruh sedikitpun.
Menutup pelan, Kise berjalan keluar gerbang. Kise berdiri dengan wajah sendu. Berharap bisa bertemu dengan Kuroko kembali. Membalik pergi, Kise mendengar teriakan di belakangnya.
"Tunggu!" Suara keras Kuroko menghampiri Kise. Kise melongo tingkah Kuroko sekarang.
"Ini jaket. Pakailah," Kuroko menyerahkan jaket berwarna coklat kulit.
"Tapi aku tidak kedinginan-ssu," Kise menolak sambil menyilangkan tangan di dada. Tidak menyangka Kuroko akan keluar rumah.
"Tubuhmu tidak memakai baju. Apalagi hanya memakai perban. Kalau tidak mau, aku juga tidak mau bertemu Kise-kun ke depannya," ucap Kuroko datar dan tidak bercanda.
"Oke oke. Aku pakai-ssu," Kise mengambil jaket yang di ulurkan dan memakainya.
"Aku pamit dulu. Terima kasih atas semuanya, Kurokocchi." ucap Kose tersenyum.
"Sama-sama, Kise-kun," balas Kuroko mengangguk.
"Jaa~" Kise berlari ke depan dengan kecepatan menembus malam.
Kuroko mengerjap mata di saat Kise sudah hilang pandangan. Mengendikkan bahu, Kuroko masuk ke rumah.
@ To be Continue @
Doumo minna-san :) Maaf jika saya update lambat lebih dari perkiraan karena kesibukan di duta T_T Maaf jika chapter ini tambah ambrul adul atau abal, gaje dan lainnya u.u
Saya tunggu review minna ^_^ Trima kasih atas dukungannya :)
Saya minta saran dari kalian. Apa fanfic ini masih mau di lanjut? O.o
Saya tunggu jawabannya ;)
Terima kasih :)
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro