MFB 7 - Turth or dare
HAPPY READING!
Volna menunduk dalam-dalam meminta maaf atas kekacauan yang dia buat dengan kapas di siku dan plester luka di bibir bawahnya. Sementara Xander hanya diam dan tidak menatap tajam pegawainya seperti biasa.
"Enggak apa-apa Na, Tadi untung cafenya kita bisa handle. Banyak istirahat Na biar enggak sakit tadi aku lihat wajah kamu pucet banget." Volna tersenyum senang mendapat perhatian dan pengertian dari pegawai di sana. Bahkan beberapa menit yang lalu dia sangat takut untuk keluar di sana dan mendapat gosip yang tidak-tidak.
"Tenang kalau kamu kesayangan bos, kita juga sayang kok." Seseorang yang Volna bahkan belum tau namanya berbicara sambil mengacungkan jempolnya.
"Yang boleh sayang cuma saya. Kamu ngapain," celetuk Xander sambil menatapnya dengan tajam tidak menyukai ucapan pegawainya.
"Xander." Volna melihat ke arahnya memperingatkannya dengan mata yang agak menyipit.
"Iya Nana? Aku diem aja loh," ucap Xander tanpa dosa dan tersenyum manis ke arahnya, Volna menghela nafas lalu meminta maaf sekali lagi sementara Xander terus-terusan menatap Volna tanpa berkedip. Setelah dirasa permintaan maaf Volna cukup Xander segera mengakhirinya, ini hari Sabtu, please. Masa dia enggak bisa kencan gitu sama Volna.
"Udah jam pulang, Vey gue pulang dulu sama Nana." Xander segera merangkul Volna, sudah membuat rencana yang matang untuk kencan.
"Saya nanti bakal beresin cafenya kak, jadi kakak-kakak pulang aja." Perkataan Volna membuat harapan Xander pupus dia mencebikan bibirnya kesal. Pengennya sih melototin pegawai biar pada sadar diri terus kerja keras biar Dia sama Nana bisa kencan, tapi semua pegawai langsung tersenyum sumringah dan langsung buru-buru pamit. Semua pegawai berberes dan pamit satu persatu, menyisakan Volna, Vey, dan Xander di dalamnya.
"Gue juga pulang ya, Cintiya minta di jemput." Vey langsung bergegas lalu menepuk bahu Xander, memberikan sebuah kalimat yang membuat Xander tersenyum menyetujuinya.
Volna langsung bergegas menuju ke dapur dan melihat tumpukan piring dan cangkir yang menggunung, Volna menyemangati dirinya dalam hati dan mulai mengambil spons dan sabun cuci piring, mulai membersihkan dengan telaten.
"Na, enggak pengen kencan gitu?"
"Kerjaannya masih numpuk ini Xander, nanti aja deh ya."
"Mau main game enggak? Sambil beresin cafe?" Setelah berpikir agak lama akhirnya Volna mengangguk setuju dan tersenyum senang.
"Truth or dare?" tantang Volna sambil memegang piring yang sudah dibilas dan menatap Xander, Xander mengangguk menyetujuinya.
"Dimulai dari siapa?"
"Lo aja deh."
"Oke, dare deh." Xander mengambil cairan pembersih meja dan lap yang mengantung di sana sementara Volna masih sibuk mencuci piring.
"Berhenti manggil gue sayang, by, dan segalanya. Cukup panggil Volna aja." Xander dengan cepat menyetujuinya tapi baru ingat dia punya panggilan sayang baru untuk Volna.
"Kalau Nana gimana?"
"Boleh sih, nama gue juga. Sama kayak panggilan gue waktu SD."
"Baguslah, giliran Nana sekarang."
"Dare juga deh."
"Berhenti manggil gue-lo ganti pakai aku kamu kalau Nana sama Xander." Volna berhenti mencuci piring lalu mengangguk kecil, tanda menyetujuinya.
"Sekarang giliran kamu T atau D?"
"Truth deh gantian." Volna memikirkan apa yang dia tanyakan agak lama membuat Xander bahkan meliriknya sesekali, takut ternyata pacarnya itu berbicara tetapi dia tidak mendengarnya.
"Punya mantan berapa?"
"Enggak punya, Na."
"Mau punya mantan enggak?" pertanyaan Volna membuat Xander melotot dan menghampiri Volna yang membelakanginya dan mengerucutkan bibirnya kesal.
"Kamu mantannya gitu?" tanya Xander dengan kesal, baru aja Volna nerima dia masa Volna udah mau putus? Kalau putus bisa-bisa satu cafe di hancurin habis-habisan sama dia.
"Bukan ih, siapa tau kamu punya pacar lain di luar sana. Kalau ada kan nanti jadi mantan." Volna tertawa melihat wajah Xander yang menegang, entah kenapa dia memilih mengucapkan lelucon yang menurut Xander bahkan enggak lucu sama sekali.
"Enggak lucu Nana." Masih dengan wajah yang sama, membuat Volna menunduk merasa bersalah.
"Ah, maaf deh. Lihat wajah kamu kayak gini bikin ketawa. Maaf Xan." Xander meraih tangan Volna dan menuntunnya ke air keran yang mengalir, membilas bekas sabun yang masih berada di tangan Volna.
"TOD?" tanya Xander sambil terus membilas tangan Volna dengan telaten.
"Dare."
"Nana enggak boleh ninggalin Xander."
"Kalau ke toilet kan aku ninggalin kamu? Terus kalau aku tidur kan aku ninggalin kamu? Enggak janji ya berarti." Xander cemberut dan melepas tangan Volna yang sudah bersih dari sisa sabun.
"Kamu nyapu aja Na. Aku aja yang nyuci." Xander mengerucutkan bibirnya tidak suka dengan jawaban Volna sementara Volna tersenyum menggoda Xander.
"Marah ya? Kan bercanda aja Xan." Volna menampakan wajahnya di sela-sela tangan Xander sambil cengengesan tetapi Xander tidak mengubah raut wajahnya sama sekali.
"Iya deh Nana janji enggak bakal ninggalin Xander, Xander juga enggak boleh ninggalin Nana. Gimana?"
"Nyapu aja, Na."
"Nana bakal nyapu kalau Xander hadap sini." Xander mengalah dia membalikan badannya dan menunduk, mensejajarkan wajahnya dengan wajah Volna.
"Ternyata Nana punya pacar ganteng. Baru tau." Ucapan polos Volna membuat Xander merapatkan bibirnya menahan senyumnya yang mulai terbit, Xander tidak tahan untuk tersenyum membuat Volna ikut tersenyum juga.
"Oke. Nana bakal nyapu." Volna berjalan agak cepat dan meraih sapu yang berada di sana dan mulai membersihkannya. Xander berusaha fokus untuk mencuci piring walaupun mulutnya masih terus menerbitkan senyum sumringah hingga cuciannya selesai.
Volna dan Xander sudah menyelesaikan permasalahan pembersihaan cafe dan sudah berganti baju untuk pulang Volna keluar dari cafe di susul Xander yang menutup pintu dan menguncinya.
"Nana mau makan apa?" tanya Xander ketika dia sudah mengunci dan memasukan kuncinya ke saku celananya lalu mengandeng tangan Volna.
"Udah malem Xan, Alan di rumah sendirian." Volna mengingat Alan yang takut dengan gelap dan biasanya dia hanya bergelung di dalam selimut karena ketakutan, untuk masalah makan Volna ingat untuk meminta tolong kepada Kak Cila untuk mengantarkan makanan untuk Alan jadi Volna yakin Alan baik-baik saja.
"Alan siapa?"
"Adik aku, kamu enggak pernah ketemu ya?" Xander menggeleng membuat Volna mengangguk paham.
"Terus kamu enggak makan?" Volna menggeleng membuat Xander menghela nafasnya.
"Makan dulu baru pulang."
"Alan di rumah sendiri Xander."
"Makan dulu tapi nanti langsung pulang."
"Pulang langsung aja Xan."
"Fine, pulang kita makan di rumah kamu." Xander menarik tangan Volna lalu membuka pintu mobil bagian penumpang dan menuntunnya untuk masuk ke dalam mobil, setelah menutup pintu Xander masuk ke bagian kursi pengemudi dan menatap Volna yang terdiam kaku.
"Kenapa, Na?"
"Mobilnya mahal."
"Hah?"
"Nanti kotor."
"Apa sih Na? Kalau kotor kenapa tinggal dibersihin. Lagi pula kamu kotor dari mana? Jelas-jelas kamu tadi aja ganti baju baru." Xander mengomel melihat Volna terlihat sangat insecure dengan mobilnya. Volna tidak mendengarkan Xander dia berusaha meraih gagang pintu untuk keluar.
"Duduk." Xander langsung memegang tangan Volna ketika melihat pacarnya itu hendak keluar dari mobilnya Xander mendekat, sangat dekat hingga Volna bisa mendengar napas Xander yang teratur. Xander menarik seat belt dan menguncinya, mambuat Volna duduk kembali.
"Duduk, kita pulang."
***
Lanjut? Yes or No?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro