Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MFB 6 - Hati Volna

HAPPY READING!

Sudah cukup Volna bersabar dia melempar lap mejanya dengan kesal lalu berkacak pinggang melihat ke arah Xander yang masih saja menatapnya.

"Lo ngapain sih? Enggak punya kerjaan banget." Pasalnya sudah dari awal cafe dibuka hingga saat ini Xander selalu mengikuti Volna ke sana kemari bukannya membantu malah menghalangi pekerjaannya.

"Punya kerjaan kok banyak malah."

"Ya udah. Sana."

"Kerjaan aku, jagain kamu."

"Gue bukan bayi, enggak usah aneh-aneh deh."

"Nana kok gituu sih." Xander manyun sambil meraih tangan Volna lalu diayun-ayunkan.

"Alay banget sih." Volna mencebik kesal dan mengerutkan dahinya.

"Oh iya Bos Vey." ketika Volna melihat Vey yang keluar dari kantornya Volna langsung melepas tautan tangan Xander dan melangkah meninggalkannya.

Xander yang melihat itu cemberut dan kesal dia berencana untuk mematahkan tangan Vey setelah dia melihat tangan Vey menepuk bahu Volna.

Xander bertambah kesal ketika melihat Volna meresponnya dengan wajah manisnya, Xander mencopot appron miliknya dengan kesal dan meremasnya kuat-kuat, menyalurkan kekesalannya. Sebenarnya dia ingin mendatanginya dan mencekik Vey tetapi takut Volna malah marah.

"Apinya besar banget," celetuk seseorang di belakang Xander membuat menoleh dan menatapnya dengan tatapan kesal.

"Dimana?"

"Saya di belakang bos ngerasa panas kayak ada apinya gitu."

"Baju saya kebakar gitu?"

"Bukan bos, api cemburu bos." Xander menatap sinis pegawainya itu lalu pergi dari sana.

"Mandi dulu bos biar enggak panas." lalu pegawai itu terkekeh geli, kesempatan emas menggoda bosnya yang ini memang sangat langka harus digunakan.

"Heh, Bos lo apain? Dipecat baru tau lo."

"Kebakar api cemburu gue goda dikit. Sekali-sekali."

"Volna bikin bos ketar-ketir emang. Jarang-jarang kita lihat gini ya kan." celetuk salah satu pegawai yang lain keluar dari dapur setelah mendengar percakapan mereka.

"Hei, kalian itu malah gosip. Itu meja nomor sebelas pesen carbonara belum jadi daritadi." Vey menegur pegawainya setelah berbicara dengan Volna dan mendatangi asal keributan

"Terus juga, siapa itu, Xander dimana?"

"Baru mandi Bos, tadi kebakar api cemburu."

"Cemburu kenapa?"

"Tadi Volna kan ngobrol sama Bos terus nepuk bahu Volna juga si Bos, Bos Xander kelihatan pengen nonjok Bos Vey." Vey tertawa sekaligus merinding, pasalnya baru kali ini Xander mempunyai niat untuk menonjoknya biasanya sih si Vey yang nonjok Xander soalnya marah-marahin pegawai.

"Volna, sini dulu." Volna yang dipanggil menoleh setelah meletakan makanan yang hendak disajikan, lalu mendekat ke arah bosnya. Vey mengambil nampan yang dipegang oleh Volna dan meletakannya di sembarang tempat.

"Iya bos?"

"Kamu samperin Xander dulu deh."

"Buat apa bos nyamperin Xander?"

"Dia cemburu sama saya tadi, haduh emang pawangnya enggak boleh disentuh," omel Vey gusar sementara Volna kebingungan.

"Intinya, berhenti ngelayanin pelanggan dulu. Bujuk Xander biar enggak marah." Awalnya Volna menolak tetapi Vey tetap memaksanya untuk mendatangi ruangan Xander dan membujuknya. Setelah perdebatan panjang Volna akhirnya setuju untuk membujuk Xander.

Vey otomatis lega, dia enggak bakal digebukin Xander. Untuk lebih berjaga-jaga Vey mengetikan pesan untuknya.

Enggak usah cemburu, gue udah bujuk Volna ke ruangan lo. Diemin aja biar dia kaget terus takut kehilangan lo gitu.

Stress lo?

Kalau belum kehilangan belum nyari

Fine. gue ikutin cara lo. Awas kalau Volna jadi kenapa-kenapa

Sementara Volna berakhir di sini, sambil menatap ruangan Xander dan mengetuknya.

"Keluar." Belum apa - apa Volna sudah disambut dengan ucapan ketus Xander suasana kantor Xander dicat dengan warna putih menampilkan kesan bersih dan nyaman.

"Lo enggak usah sok ngambek deh kayak ba-" Xander melempar appron miliknya ke arah Volna membuat Volna sedikit terpekik walaupun appron itu tidak mengenai dirinya.

"Keluar, lo enggak ngerti bahasa Indonesia?"

"Xander," ucap Volna lirih tidak menyangka bahwa Xander akan bersikap galak ke dirinya. Volna melangkah maju tidak menghiraukan teriakan Xander yang menyuruhnya untuk keluar.

"Lo enggak mau keluar? Gue yang keluar." Volna lagi-lagi terkejut tidak biasanya Xander sekasar itu dan memanggil panggilan lo-gue terhadap dirinya sosok Xander yang manja lenyap begitu saja.

"Xander, kenapa?" Xander hanya diam dan menatap Volna ketus lalu beranjak dari kursinya baru setengah jalan hendak keluar lengan Xander dicekal oleh Volna membuat Xander langsung menepis karena Xander sudah emosi saat dia menghempaskan lengan Volna, tubuh Volna ikut terjatuh membuat siku miliknya menyentuh lantai dingin pertama kali lalu tergores.

Itu menyakitkan, Volna mengakuinya. Tetapi dia tidak ingin terlihat kesakitan saat meminta maaf itu mengingatkannya tentang ibunya tiba-tiba saja ingatan sialannya itu memutar ingatan yang paling ingin Volna lenyapnya.

Ibunya yang selalu dingin saat menatap Volna dengan alasan wajah ayahnya sangat mirip dengannya. Volna yang selalu meminta maaf walaupun dia tidak mengerti mengapa dia melakukannya dan menangis karena kesakitan setelah di pukul oleh ibunya.

"Minta maaf itu yang bener! Anak Sialan! Nangis terus kerjaannya, Kamu mau minta maaf atau nangis!" meski begitu ibunya tetap memukulinya setelah Volna berusaha menahan rasa perih dan meminta maaf tanpa isak tangis.

Kini Volna terbayang semuanya, Alan yang selalu Volna berikan penutup telinga berupa gumpalan tisu agar Alan tidak mendengarkan semua caci maki ibu yang diberikan padanya, Volna yang selalu mengunci pintu kamar Alan dan dirinya agar Alan tidak melihat perlakuan ibunya yang sedang memukulinya seperti orang kesetanan, Volna yang selalu mengunci diri di kamar mandi untuk meluapkan semua emosinya untuk menangis dan mengobati lukanya, Volna yang selalu bersikap sok kuat di sekolah, Volna yang selalu menahan amarahnya saat melihat ibunya dengan gampang membawa orang lain ke dalam kamarnya dan tidak pernah menganggap ayahnya ada.

Volna terisak kencang entah dari kapan dia menangis dia berusaha menggigit bibirnya, seperti yang dia lakukan dulu agar menghentikan tangisnya lalu meminta maaf dengan sopan.

"Maaf." masih sedikit isak tangis yang keluar darinya Volna berusaha menggigit bibirnya lebih kencang agar tidak ada isak tangis yang keluar sama sekali.

"Maafin Volna, Volna salah." Nada dan ucapan yang sama seperti saat dia SD diucapkan lagi, bahkan kini bibir Volna mengeluarkan darah setelah perempuan itu menggigitnya dengan kencang lalu wajahnya memerah kesakitan dengan tangannya mengepal, luka di siku dan bibir bukan masalah tetapi hatinya yang sangat terluka.

Xander sendiri sudah mengguncangkan badan Volna daritadi dan menatap pacarnya itu dengan panik tetapi Volna sudah terlanjur larut dalam luka kesedihan membuat dia sudah tidak mendengar teriakan apapun dari Xander dan yang lainnya.

"Pa, punya Volna hilang."

"Kehilangan apa sayang?" tanya ayahnya sambil mengusap puncak kepala Volna lembut sambil meniup teh hangatnya perlahan.

"Kehilangan semuanya." ucapan bocah berumur tujuh tahun itu terbukti saat dia berumur delapan tahun, ayahnya yang bangkrut di susul dengan pertikaian ayah dengan ibunya yang meributkan tentang kondisi keuangan, ayahnya yang menjadi sakit-sakitan dan ibunya yang membawa selingkuhan ke rumah, buku sekolah Volna yang dibakar, Volna yang diberhentikan sekolah oleh ibunya dan kematian ayahnya yang membuat ibunya tambah menatap dingin Volna dan sering memukulinya untuk alat penghilang stress.

"Volna enggak bakal kehilangan apa-apa. Karena papa dan mama enggak pernah ninggalin Volna." ucapan itu terngiang di kepalanya membuat dahinya berkerut dan kembali menangis dia resah lalu terbangun dan memegangi kepalanya yang sudah sakit.

"Volna sayang? Gimana kamu kenapa? Pusing iya?" Xander sudah panik dan memegang kepala Volna ketika Volna terus memegang kepalanya.

"Maaf Volna, gara-gara aku kamu jadi kayak gini." Volna menggeleng lalu menggigit bibirnya lagi dan terkejut ada benda aneh yang menempel.

"Itu tadi luka Na, jadi aku obatin. Jangan di gigit lagi." Volna terdiam dia masih teringat ingatannya yang tadi sementara Xander terus meminta maaf dan menjelaskan kenapa dia sampai semarah itu dengan Volna.

"Tadi kamu ninggalin aku buat ngobrol sama Vey terus si Vey seenaknya nepuk pundak kamu, eh kamu juga bales senyum Na, Gimana aku enggak cemburu kamu aja enggak pernah gitu sama aku." penjelasan Xander membuat Volna memeluknya dengan erat seolah takut kehilangan.

"Xander, jangan ninggalin Volna ya?" Xander tersenyum walaupun tidak tahu mengapa Volna tiba-tiba menjadi seperti itu dia membalas pelukan Volna dengan hangat membuat Volna benar-benar bisa percaya bahwa cowok itu tidak akan meninggalkannya.

"Enggak bakal ninggalin Volna, tapi Volna jangan deket sama cowok lain. Terutama si Vey, dia kayaknya suka sama kamu." Volna hanya tersenyum lalu mengangguk dalam pelukan Xander.

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro