Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MFB 51 - Kutek kuku

HAPPY READING! 

Volna tampak berbinar ketika dirinya melihat semua benda bersinar yang dipajang di sana. Volna merekahkan senyumnya sementara Xander mengikutinya dari belakang. 

"Nana mau yang mana ? Ambil aja," ujar Xander membuat Volna menyikut perut Xander dengan emosi memperingatkan agar memfilter mulutnya. 

"Atas nama Xander," ujar Xander kemudian memberikan sebuah kertas pembayaran yang sudah lunas. Volna melihat ke beberapa meja kaca yang menampilkan banyak perhiasan di sana. 

"Kalau suka. Beli aja." Xander entah sejak kapan sudah berada di sebelah Volna mengamati gerak-gerik calon istrinya 

"Cincinnya sudah?" tanya Volna tidak membalas perkataan Xander yang tadi. Xander mengangguk sebagai jawaban. 

"Tadi lihat gelang yang mana?" tanya Xander mengubah pertanyaannya membuat Volna yang sudah sering dijebak langsung meminta Xander segera keluar dari tempat tersebut. 

"Loh, aku cuma tanya Nana." Xander menahan tubuhnya agar tidak keluar dari tempat tersebut. Volna merengut sebal kemudian menarik tangan Xander agar ikut keluar. 

"Bentar, notanya tadi ketinggalan." Xander masuk ke dalam lagi dan berbicara kepada pegawai yang ada di sana. Xander memberikan kartunya dan mendapatkan suatu barang yang membuat Volna menatap Xander dengan marah. 

"Aku nemu yang bagus jadi beli, deh." Xander nyengir membuat Volna menghela napas. 

"Udah tujuh tahun tetep aja enggak bisa ngalahin kamu buat beli barang yang aneh-aneh." Volna menggelengkan kepalanya kemudian menghela napas frustasi. 

"Selamanya juga kamu tetep kalah sama aku kalau masalah kayak gini. Lagipula, udah sepuluh tahun atau tujuh tahun itu kamu masih enggak belajar dari pengalaman. Habisin uang aku kalau bisa. Enggak usah hemat." Xander berbicara kemudian mengambil gelang yang baru saja dia beli dan memasangkannya ke lengan Volna.

"Cantik, nih gelangnya." Xander kemudian menggenggam tangannya Volna dan mengajaknya berjalan-jalan. Volna tersenyum kemudian berjalan bersama Xander sesekali melihat ke gelang yang tadi dia inginkan.

"Makasih, Xan." Volna tersenyum membuat Xander membalasnya juga dengan senyuman.

Volna tiba-tiba melihat kukunya sendiri kemudian mengajak Xander untuk masuk ke dalam tempat yang membuat Xander sebenarnya hendak menolak. Bagaimana tidak, isinya saja semua perempuan dengan nuansa ruangan berwarna pink.

"Menurut kamu bagus warna apa?" tanya Volna menunjuk beberapa botol kecil yang berderet di sana. Xander melihatnya dan memperhatikan semua warna walaupun tidak tahu untuk apa warna tersebut.

"Buat di oles ke kuku, Xan." Volna memberi tahu kemudian Xander hanya menganggukan kepalanya.

"Pink muda bagus di kuku kamu." Xander menunjuk salah satu warna dan Volna tersenyum lebar.

"Kalau merah kamu mau?" tanya Volna menunjukan warna merah ngejreng membuat Xander yang ingin sekali keluar dari sana hanya menganggukkan kepala.

Volna segera mengambil tiga buah kuteks yang satu berwarna merah ada yang berwarna bening dan berwarna pink muda untuk dirinya.

Volna masih membayarnya menggunakan uangnya sendiri walaupun Xander sudah mengeluarkan kartu ATM miliknya.

"Nana kalau semisal ke kantor mau enggak? Aku lupa kalau ada klien hari ini yang minta ketemu." Xander jadi ingat dia harus bertemu dengan klien dan meninggalkan Volna sendirian.

Volna mengangguk, "Enggak masalah, Xan. Aku tungguin di kantor aja. Aku juga punya kegiatan baru," ujar Volna kemudian menampilkan jari jemarinya dan bungkusan yang tadi dia barus saja beli.

***

Xander dan Volna turun dari mobil dan disambut oleh sekertaris Xander. Volna tersenyum sopan menyapa sekertaris Xander yang tampak lega karena sudah melihat wajah Xander.

"Saya kita anda lupa, Pak." Sekertaris itu mengungkapkan uneg-uneg nya membuat Xander menatap tidak suka kearahnya.

"Jadi, menurut anda saya akan lupa?" tanya Xander garang membuat Volna menyikut Xander memperingatkan laki-laki itu agar tidak terlalu galak.

"Udah, segera ketemu sama klien aja. Enggak usah ribut di sini." Volna menengahi membuat Xander akhirnya berdehem dan memerintahkan sekertarisnya untuk segera ke rapat.

Volna, Xander dan sekertarisnya berada di dalam lift. Sekertarisnya sendiri takut melihat ke arah sampaing saat Xander, bosnya yang terkenal galak malah jadi seperti anak kecil ketika bersama calon istrinya.

"Xanxan ke ruang rapat dulu, ya." Xander berbicara dengan lembut dan memeluk Volna.

Sekertaris yang mendengarnya hampir saja tertawa ketika mendengar suara dari bosnya yang terkesan manja.

"Apa?" tanya Xander dengan jutek ketika melihat ke arah sekertaris nya dan langsung masuk ke dalam ruangan rapat untuk bertemu dengan klien besarnya.

"Ayahnya Volna?" tanya Xander dengan refleks membuat klien yang ada di sama mendongakkan kepalanya dan menatap Xander bingung.

"Maaf?" tanya klien itu meminta untuk Xander mengulangi perkataannya yang terdengar aneh di telinganya.

"Bapak ayahnya Volna, kan?" tanya Xander membuat sekertarisnya membisikkan nama dari klien besar yang ada di depannya.

"Bos, dia klien kita Pak Cello."

Xander berdehem begitu mendengar ucapan sekertarisnya kemudian mengulurkan jabat tangannya.

"Maaf, pak wajah bapak mirip sama ayah dari calon istri saya. Perkenalkan saya Xander yang akan membicarakan bisnis dengan anda hari ini." Pak Cello hanya tersenyum mendengar ucapan Xander dan membalas jabat tangannya.

Di sisi lain, Volna mulai membuka pembungkus kuteks miliknya dan mulai mengoleskannya ke kukunya satu persatu setelah jadi di kuku tangan bagian kiri dia mendiamkannya terlebih dahulu agar kering.

Sembari kering, Volna berjalan-jalan keluar dari ruangan Xander dan melihat-lihat kantin pegawai yang menjual berbagai makanan.

Volna memesan makanan ringan seperti kentang dan bakso goreng. Meminta untuk di bungkus agar dia bisa kembali makan di dalam ruangan Xander. Walaupun agak kesulitan karena takut kuteksnya yang belum kering hancur karena makanan tapi Volna puas berhasil membeli gorengan tersebut dan berjalan perlahan menuju ruangan Xander.

Volna melihat Xander yang keluar dari ruangan dengan orang yang tidak Volna kenal. Saat melihat wajahnya langkah kaki Volna terhenti dan terpaku ketika sosok yang bersama Xander terlihat seperti orang yang selama ini dia selalu doakan.

"Papa?" Volna berucap lirih membuat Xander dan klien besar tersebut melihat ke arah Volna.

Volna sudah tidak peduli dengan kuteksnya dia berlari dan memeluk klien besar tersebut tanpa kata dan suara. Pak Cello sendiri terpaku mendapatkan perlakuan seperti itu. Isak tangis dari Volna membuat Pak Cello yang masih terkejut jadi bertambah panik.

Xander sendiri berusaha untuk berbicara dengan Volna. Berkata bahwa itu bukan ayahnya namun Volna tidak mendengarnya dia sedang mengeluarkan semua rasa rindunus kepada orang yang mirip dengan ayahnya.

"Siapa namanya?" tanya Pak Cello yang akhirnya menepuk pundak Volna perlahan.

"Volna, pak. Calon istri saya." Xander yang menjawab membuat Pak Cello mengangguk paham.

"Volna ayo kira bicarakan ini di dalam saja, tidak enak kalau dilihat banyak orang dengan posisi seperti ini." Pak Cello berusaha untuk berbicara dengan Volna. Volna yang mendengarnya mulai melonggarkan pelukannya dan mundur perlahan.

Xander membimbing mereka untuk masuk ke dalam ruangannya dan mereka duduk di sana dengan Volna yang masih terisak.

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro