Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MFB 45 - Pertemuan pertama

HAPPY READING! 

Setelah mereka keluar dari ruang kerja ayahnya Volna menyadari sesuatu tangannya terulur ke arah dahi Xander kemudian menyibak rambut pacarnya itu dengan cepat dan sama sekali tidak menemukan bekas luka sedikit pun. Volna terdiam agak lama kemudian menatap ke arah Xander meminta penjelasan. 

"Kamu bohongin aku?" tanyanya dengan nada yang tampak biasa saja namun, bisa membuat Xander menciut. 

Xander merasa di sidang untuk kedua kalinya tadi dirinya disidang ayahnya sekarang dengan Volna, pacarnya sendiri. Xander nyengir kemudian memeluk Volna dengan erat dirinya tidak tahu harus berbicara apa lagi soal dirinya yang berbohong. 

"Ngapain peluk-peluk, sih?" tanya Volna yang masih kesal. 

"Biar enggak marah, wajah kamu serem kalau marah." Xander sebenarnya hanya modus sekaligus dirinya ingin dimaafkan oleh Volna dengan cara yang gemas. 

Volna menghela napas, " Syukur kalau kamu enggak dipukul sama ayah kamu dan enggak luka. Jangan bikin aku khawatir bisa ?" nadanya sudah mulai melunak kemudian meminta Xander untuk melepaskan pelukannya. 

Xander mengangguk dan mencubit pipi Volna gemas. 

***

Tujuh tahun sudah berlalu namun, sebuah cafe tetap berdiri di sana dengan banyaknya pelanggan di sana. Hari ini, hanya khusus hari ini papan cafe yang bertengger di bagian pintu masuk cafe tersebut dibalik ke arah tulisan "close" di depan yang menandakan bahwa cafe tersebut tutup. Walaupun begitu Pegawai di sana masih tetap bekerja walaupun cafenya tutup. 

Bahkan hanya ada pegawai, Fey dan Xander di sana tempat itu sudah begitu ramai. Meja-meja cafe sudah disingkirkan dan hanya ada sebuah meja besar yang penuh dengan barang-barang seperti rumbai-rumbai maupun banyak balon di sana sebuah papan Styrofoam dengan tulisan besar di sana juga tidak lupa untuk didekorasi. 

Xander tidak banyak membantu karena dirinya sendiri sudah gugup setengah mati. Agak panas dingin kalau membayangkan apa yang akan dia lakukan nanti. Dirinya sudah memakai bajunya yang terbaik walaupun dia tidak memakai baju seperti jas. Sebenarnya dirinya sudah punya ide untuk memakai itu, tetapi ide tersebut langsung ditolak mentah-mentah oleh mamanya. Alhasil, dirinya hanya memakai sebuah kemeja putih dengan celana jeans miliknya. 

"Diterima enggak, ya ?" dirinya sudah mengucapkan itu ratusan kali bahkan sampai seluruh pegawai dan Fey hanya menghela napas dengan kesal. 

"Sekali lagi lo ngomong kayak gitu. Gue doain enggak diterima." Ancaman Fey berhasil, Xander langsung bungkam dirinya membuka laptopnya lagi, membaca ulang sesuatu di sana dengan fokus. 

Konsentrasinya pecah ketika notif ponselnya berdenting, nada dentingan yang tidak pernah berganti bahkan setelah tujuh tahun lamanya. Nada yang hanya khusus untuk satu orang di hatinya. 

Beloved. 

Xan, janjiannya jam berapa ya, so sorry aku lupa :( 

Kantor sibuk banget. Aku sampe pusing. Ada klien rese 

Jam delapan, sayang. Semangat buat kesayangannya Xanxan !!

Okey, siap. Aku revisi laporan dulu, ya ! Semangat juga di kantor papa ! 

Siap cantiknya Xanxan! 

Percakapan berakhir. Xander kembali fokus dengan laptopnya. Xander tujuh tahun lalu dengan yang sekarang masih sama. Masih galak ke semua orang dan kaku hanya berbeda di pekerjaannya sekarang. Dia masih mempunyai cafe itu dan sekarang dia mendapatkan perusahaan ayahnya walaupun awalnya Xander tidak mau karena menurutnya hal yang instan itu bukan hal yang baik Ayahnya bahkan waktu itu tertawa ketika Xander melontarkan alasannya. 

"Belajar dari bawah. Interview di kantor ayah besok. Siapa juga yang mau jadiin kamu langsung jadi bosnya. Enak aja," jawab ayahnya kala itu sambil tidak berhenti tertawa karenanya. 

Xander mengamati slide power point nya. Terdapat puluhan slide atau belasan entahlah Xander sudah tidak peduli yang penting bagaimana nanti dirinya mengutarakan semua isi power point nya itu hal yang penting. 

"Xan, udah hampir waktunya. Kita juga udah siap. Lo bisa ke posisi lo sekarang," ujar Fey mengingatkan. Xander mengangguk kemudian berdiri dan mengambil barang-barangnya menunggu seseorang datang dengan mobilnya.

Sebuah mobil berwarna putih berhenti di parkiran cafe dan beberapa saat seorang perempuan cantik dengan kemeja kerja berwarna putih serta celana kain berwarna cokelat tua itu keluar dari bangku mengemudi membuat Xander yang bahkan selalu bertemu dengannya tetap terpesona melihatnya. 

Perempuan itu menghampiri Xander yang sudah berdiri di depan pintu cafe sedari tadi. Tersenyum menyambut kehadiran pacarnya itu. 

"Lampu cafenya tumben mati?" tanya perempuan itu dan tidak mendapatkan jawaban. Xander mengeluarkan bunga berwarna putih, mawar putih kesukaan pacarnya. 

"Mawar cantik buat cewek cantik." Xander berbicara dengan nada kakunya. Dia sangat tegang kalau boleh jujur. Volna tersenyum kemudian mengambilnya dari tangan Xander. 

"Thanks." 

Kemudian mereka masuk dengan kondisi lampu yang sudah mati. Perempuan itu masuk terlebih dahulu dan disusul oleh Xander di belakang. "Xan, saklar lampunya dimana,ya?" tanyanya ketika lampu di dalam itu tidak kunjung hidup. 

Tidak ada jawaban membuat perempuan itu memanggil nama Xander berulang kali. "Ini aku mau di prank, ya ? Ih keluar Xan enggak lucu." Perempuan itu berbicara dengan nada marah. Dirinya bahkan ditinggal di sana dalam kondisi tempat yang gelap. 

Baru hendak mengomel lagi, seberkas cahaya muncul menyoroti satu orang di sana, Xander dan sebuah lampu senter di ponsel mendekatinya mengajaknya untuk ikut bersamanya dan duduk di salah satu kursi di sana. Hanya ada sebuah kursi. 

Sebuah power point dimunculkan dengan tulisan pada slide pertama adalah "My beloved, Volna". 

Volna melihat ke arah power point dan Xander secara bergantian. Tidak terlalu paham apa yang terjadi sekarang yang bisa dia pastikan dirinya sangat terkejut. 

"Malam Sayang. Perkenalkan aku Xander. Pacar kamu." Xander tampak salah tingkah walaupun tidak begitu ketara karena gelapnya tempat itu. Volna tersenyum mendengar perkenalan kaku dari pacarnya itu. 

"Kamu tau awal pertemuan kita bukan waktu di warung nasi tapi, jauh sebelum itu." Slidenya tergeser menampilkan dirinya dengan wajah saat SMP. 

Xander tersenyum, "Aku enggak tahu kamu inget apa enggak. Anak kecil yang ada di foto ini itu aku, kita ketemu di gudang belakang sekolah dulu karena temen aku dulu ngebully temen kamu dulu. Aku di geng itu karena mereka semua anak orang kaya dan ternyata mereka kerjaannya selalu ngerendahin yang lebih miskin ataupun yang lemah daripada mereka. Nyaliku enggak seberapa, jadi setiap mereka ngebully orang lain aku milih buat sembunyi dan ngelihatin aja. Mau lapor guru aku juga takut." Dirinya menjeda sembari menatap dalam ke arah Volna.

"Tapi, kamu enggak peduli sama hal itu. Begitu kamu tau kalau temen kamu dibully kamu langsung masuk ke gudang dan ngehampiri mereka. Teriak kenceng banget dan marah-marah sama orang-orang itu. Bahkan kamu juga berani lapor ke guru dimana aku bahkan enggak punya nyali buat ngelakuin itu." Volna diam dan tersenyum dengan samar. 

Dirinya ingat Xander kecil waktu itu meringkuk di pojokan gudang dengan beberapa tumpukan kardus di sana. Saat Volna sampai di gudang dirinya waktu itu mengira bahwa laki-laki yang sekarang menjadi pacarnya itu merupakan korban bully anak-anak nakal itu juga. Walaupun ternyata setelah dilaporkannya hal itu Xander ikut sebagai pelaku. 

"Aku jatuh cinta. Itu pertama kalinya, Na." 

***

Lanjut? Yes or No ? 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro