Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MFB 28 - Hilangnya Alan

HAPPY READING!

kamu kemana? rumah kosong

Volna menatap layar ponsel kesal, lalu mengetikan balasan dengan cepat.

Volna berdecih lalu menutup obrolan dan mematikan ponselnya, merebahkan kepalanya ke meja dan menghela napas panjang. Bahkan Mamanya hanya ingin mengambil uang ayahnya bukan sadar dan kembali bersamanya.

Mungkin sudah tidak ada cara untuk kembali memupuk keharmonisan keluarga, sebenarnya dia juga tidak terlalu berharap dia tau kalau Mamanya memang mempunyai niat buruk.

"Volna, sini." Mama Xander tersenyum sambil melambaikan tangannya, Volna langsung berdiri dan menghampiri menerima piring yang berisi buah dari Mamanya.

"Dimakan ya, Volna pasti bosen di kamar terus. Maafin itu anak ya emang manja banget apalagi kalo sakit. Harus banget sabar." Mama Xander berbisik kecil Volna tertawa pelan, menyetujui perkataannya. Xander memang manja tetapi keras kepala juga membuat Volna kadang kesal dengan tingkahnya.

"Nanti Mama biar yang jemput Alan oke, tenang aja." Volna berterima kasih dan Mamanya menutup pintu kamar perlahan dan menghilang dari sana.

Volna kembali ke meja belajar Xander kemudian meletakan piring dengan potongan melon dan semangka yang terlihat manis itu. Menatap potongan buah itu dengan agak sedih.

Mamanya tidak pernah melakukan itu untuknya, Volna tidak tau dia mempunyai salah apa tapi menyentuh potongan buah itu saja Mamanya selalu memukulnya hingga memerah.

"Aku baru tau Papa ninggalin barang buat aku." Volna tersenyum, walaupun dia tidak tau warisan apa yang ayahnya berikan kepadanya tapi sebenarnya Volna tidak ingin memilikinya dia masih merasa tidak pantas untuk menerimanya, lagipula dia masih bisa berusaha sendiri untuk hidupnya dan Alan.

"Kangen Papa, Papa kangen Volna enggak?" Volna menatap langit-langit kamar Xander menghela napas panjang dan mengusap wajahnya yang sudah basah entah sejak kapan air mata itu merosot turun.

Volna menatap Xander yang masih tertidur pulas. "Maaf ya Xan, jadi nangis di sini. Maaf juga Xan aku bikin kamu sakit."

Volna menusuk potongan buah segar dan memasukannya ke dalam mulut mengunyahnya dengan semangat lalu menopang dagunya menatap meja belajar Xander yang terbilang besar.

Sepucuk surat yang menarik perhatiannya, ingin mengambil tapi agak ragu. Privasi Xander ada di sini dan dia sembarangan menyentuhnya.

Volna merebahkan kepalanya di meja dan menemukan sebuah amplop bertuliskan namanya, tangannya terjulur dan membukanya.

Rahasia. Awas aja mbak mbak ambil kertas Xander.

Xander punya Volna!

Tulisan yang tertera disana membuat Volna tertawa, ini seperti tulisan anak SD atau SMP. Tangannya sudah gatal akhirnya dia membukanya dan menemukan tiga lembar foto.

Foto pertama adalah dirinya dengan seragam SMP

Volna tidak yakin dan tidak tau Xander mendapatkan fotonya darimana, Volna membalikan foto itu dan menemukan tulisan di sana.

Anak model majalah sekolah mau enggak ya sama Xander ?

Volna tertawa merasa lucu dia memiliki penggemar yang menyukai profilnya di majalah sekolah, dia baru ingat kalau waktu itu dia terpilih untuk memenuhi profil majalah sekolah dengan alasan apa Volna sampai sekarang tidak tau yang dia tau hanya mengikuti sesi foto itu bisa menghabiskan waktu untuk di pulang ke rumah setidaknya dia tidak akan dipukuli.

Foto kedua adalah foto dia dengan partner kerjanya untuk memenuhi voting anak sekolah, seingatnya itu seperti voting untuk putra putri sekolah.


Volna membalikan halamannya lagi dan kini tertawa pelan.

Sok iye banget. Siapa sih itu namanya harusnya kan gue di situ, itu cowok beruntung aja gue milih mundur. Ya kan gue kira bukan Volna yang menang

Foto ketiga adalah ketika dia menerima tawaran sukarela untuk menjadi objek membantu promosi penjualan rumah-rumahan yang dibuat oleh anak-anak panti asuhan.

Kalau beli rumah-rumahannya gratis Volna gue beli semuaaaa

eh, udah beli juga sih tapi sayangnya enggak dapet Volna :(

Volna tertawa, sebenarnya sejak kapan Xander tau dirinya dan jatuh cinta kepadanya. Volna melirik ke arah Xander yang masih tertidur.

"Jadi, kapan kita ketemu ya?" Volna menopang kepalanya dengan kedua tangan, lalu tersenyum senang.

***

Ruangannya terang tetapi Alan tetap saja ketakutan, dia terus menangis membuat orang itu menangkup pipi Alan dan mengancamnya untuk diam.

"Mana Kakakmu itu? Saya enggak yakin dia bakal diem aja kalau kamu hilang." Alan masih terus menangis sesekali meminta untuk dilepaskan walaupun hasilnya nihil.

"Jangan sakiti Kak Na, lepasin Alan." Alan menangis lagi dengan tersedu-sedu pergelangan tangannya sudah perih karena terus bergesekan dengan tali rafia.

"Heh, diem. Kalau kakak kamu enggak tanda tanganin kontrak penyerahan warisan itu kamu bakal tetep di sini. Ngerti?" Alan terus menangis lalu pintunya di tutup, Alan ingin pulang tapi dia berharap kakaknya tidak ke sini.

Alan berusaha melepaskan tali yang terus mencekik pergelangan tangannya, ini sangat menyakitkan. Alan tidak mau kakaknya merasakan hal yang sama.

"Apa? Alan diculik? Kamu kerja yang bener dong. Saya enggak mau tau cari yang benar lacak." Mama Xander meletakan gelas tehnya dengan kasar memegang kepalanya yang sudah mendidih.

Volna sudah mengembalikan foto-foto itu ke tempatnya kembali, Volna kembali membuka ponselnya dan menemukan pesan dari Mamanya dengan nada ancaman.

Alan sama saya, datang ke rumah dan tanda tangani kontrak warisan

Volna langsung melompat dari tempat duduk dan dengan wajah panik buru-buru keluar langsung menuruni tangga dan berlari panik. keluar.

"Volna sayang, kok keluar." Mama Xander terkejut, tidak menyangka Volna turun di waktu yang tidak tepat.

"Maaf, ini Alan diculik saya harus ke sana." Volna sudah uring-uringan ingin menangis ditempat rasanya.

"Kita juga lagi nyari Na, kamu udah tau Alan dimana?"

"Dia diambil sama Mama saya, saya harus kesana untuk mendapatkan Alan kembali."

"Sebutin aja Na, dimana. Biar kita yang ambil." Volna menggeleng, kalau Mamanya sampai tau bukan dia yang datang kemungkinan keluarga Xander terkena imbasnya. Mengingat selingkuhan Mamanya yang setia itu sangat kaya.

"Mama saya cuma butuh harta warisan Papa. Jadi, apapun yang terjadi saya harus ke sana." Mama Xander terus mencegahnya, mengajak Volna berbicara dan tenang saja.

"Alan dimana?" Suara lembut membuat bibir Volna bergetar.

"Di rumahku."

"Oke, serahin semuanya sama Mama oke." Mama Xander mengomando pengawalnya dan mereka langsung bergerak.

"Tenang aja, sekarang kamu istirahat aja di kamar nanti Mama pastiin Alan aman." Volna hendak. membantah ingin menolak untuk istirahat di kamar tapi Mama Xander buru-buru untuk meminta Sherly menuntunnya ke dalam kamar.

"Vol, tenang aja. Nyonya pasti dapetin Alan dengan selamat. Oke." Sherly berusaha mengurangi kegelisahan hatinya.

"Tapi, Suaminya orang kaya Sher. Bisa aja keluarga Xander kenapa-kenapa besok." Sherly sebenarnya ingin tertawa, apa yang dibicarakan oleh anak ini.

"Percaya aja, enggak bakal kejadian apa-apa ok."

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro