Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

MFB 24 - Kencan

HAPPY READING!

Volna berjalan setelah Arin dan Saskia pamit untuk segera pulang dan berjalan menuju parkiran. Menatap ponsel miliknya yang sangat ramai walaupun notifikasinya hanya berasal dari satu aplikasi.

Volna baru saja menekan notifikasi itu lama, hendak membisukannya tapi pandangannya menggelap.

"Hayo, tebak ini siapa." Volna hanya diam, lalu memegang tangan yang menutup matanya.

"Xanxan kan?" Volna menurunkan tangan itu dan berbalik, Xander tersenyum lalu merangkul Volna.

"Bener banget, karena bener Nana dapet Xanxan. Peyukk sini." Xander merentangkan tangannya dan Volna dipaksa untuk mendekat.

"Jadi orang lebay banget sih, engap Xan." Xander cengengesan, mereka menunggu sopir untuk menjemput mereka. Beberapa saat sopir sudah datang dan mereka langsung masuk ke dalamnya.

"Eh Na, hari ini enggak usah kerja ya. Di cafe kita ada cuti wajibnya gitu. Ayo ngedate."

"Tetep digaji gitu?" Xander mengangguk membuat Volna menatap Xander dengan mata berbinar.

"Ayo, pulang. Tidur."

"Ngedate Na," ucap Xander memprotes kali ini tidak ada yang boleh mengganggu acaranya yang sudah dia susun rapi.

"Belajar dulu Xan, besok aku ulangan."

"Ulangan apa sih?" Xander berujar agak galak, bisa-bisanya ulangan mengganggu acara ngedatenya.

"Matematika, kamu udah?" Xander mengangguk lalu Volna menatap dengan penuh harap.

"Soalnya gimana?"

"Kalau aku kasih tau soalnya, kita ngedate gimana?" Volna mengangguk semangat, Xander langsung tersenyum lalu meminta untuk bertanya dulu ke temannya.

"Nana, udah dapet. Aku kasih tapi ngedate dulu gimana?" Xander tersenyum lebar, tidak melepas kesempatan untuk membahas tentang date hari ini.

"Iya, iya. Emang mau ke mana?"

"Yes. Rahasia dong." Xander tersenyum sambil jingkrak-jingkrak, membuat Volna menggelengkan kepalanya pasrah.

"Pak Man, pulang dulu ya pak nanti saya naik mobil sendiri sama Volna." Pak Man mengangguk lalu berhenti ketika sampai di rumah.

Mereka turun dan melakukan hal yang sama seperti tadi pagi, tapi kali ini membuat pekerja rumah tangganya melotot.

"Tadi matahari terbit darimana? Barat ya?" Salah satu pekerjanya gelagapan dan menyenggol temannya yang lain.

"Huss, kalau kedengeran nanti kamu dipecat mau?"

Volna tersenyum ramah dan berjalan masuk ke dalam rumah Alan langsung berlari dan memeluk Volna, meminta untuk digendong. Xander sendiri iri jadi dia cemberut dan memindahkan Alan ke gendongannya.

"Kamu mandi dulu aja Na, Alan biar sama aku." Volna akhirnya mengangguk lalu mengajak Alan berdiskusi agak lumayan lama.

Alan mengacungkan jempolnya lalu tersenyum senang.

"Tapi janji ya Kak Xan, Kak Na harus seneng hari ini." Anak kecil itu menyodorkan kelingkingnya, meminta janji kelingking. Xander tersenyum lalu membalas pautan jari Alan.

"Kalian bahas apa sih, seru banget kayaknya." Mama Xander tiba-tiba datang dan menggendong Alan di pangkuannya.

"Rahasia perusahaan." Xander tersenyum mengejek lalu pamit pergi untuk melakukan ritual mandi juga.

"Alan, Xander bilang apa sih? Kasih tau Mama dong." Mama Xander memeluk Alan gemas membuat Alan berbisik ke telinga Mama Xander.

"Tadi kata Kak Xan, Alan suruh sama tante aja. Soalnya hari ini Kak Xan sama Kak Na mau pergi. Alan diminta enggak boleh ikut gitu Tante." Alan memundurkan kepalanya setelah berbisik lalu menatap Mama Xander dengan wajah lucunya.

"Panggilnya Mama aja dong sayang, terus kamu mau gitu enggak ikut. Ikut aja." Mama Xander berbisik ingin melihat wajah anaknya yang jengkel kalau Alan benar-benar akan ikut dan merusak kegiatan kencan mereka.

Alan menggeleng kuat-kuat. "Enggak boleh, Kak Na harus seneng hari ini, Mama."

"Emang ini hari apa? Kakak kamu ulang tahun ya?" Alan menggeleng sebagai jawaban berbicara kembali.

"Kak Na enggak pernah senyum dia selalu kerja buat kita makan, Alan mau Kak Na kalau senyum enggak dipaksa. Semenjak Papa enggak ada Kak Na selalu maksa senyum. Alan enggak mau Kak Na kayak gitu lagi." Alan berujar lalu mengusap matanya menggunakan kedua tangannya.

"Kak Xan bikin Kak Na ketawa, Alan suka Kak Na ketawa. Mama, cara Alan tumbuh besar gimana? Alan mau bantu Kak Na buat kerja. Alan udah enggak mau sekolah." Alan mengatakannya dengan wajah sungguh-sungguh membuat Mama Xander menggeleng tidak menyetujuinya.

"Alan kalau mau bantu Kakak kamu kerja, kamu harus sekolah dulu yang rajin." Mama Xander mengelus puncak kepala Alan lembut.

"Tapi, memang kalau kita masih sekolah enggak boleh kerja ? Kak Na masih sekolah juga dan Kak Na kerja." Alan memprotes dia ingin membantu kakaknya.

"Iya juga, Kakak kamu kenapa kerja?"

"Alan enggak tau," ucap Alan menunduk dan sesekali mengusap wajahnya.

"Mama Papa Alan dimana?"

"Kata Kak Na, Papa udah enggak sakit lagi, jadi udah enggak bisa tinggal sama kita lagi. Kalau Mama dia pergi juga tapi bedanya Mama naik mobil kalau Papa naik sayap. Wus gituu." Mama Xander sudah bisa menyimpulkan bahwa Ayah mereka sudah tiada dan ibunya orang yang tidak bertanggung jawab.

"Kesayangan Mama, jangan nangis lagi ya. Nanti kalau Kakak kamu lihat kamu gimana bilangnya. Tapi katanya mau bantuin Kakak kamu kerja, masa udah nangis sekarang." Detik itu juga tangis Alan berhenti menangis.

"Iya, Alan harusnya sekarang belajar. Tante, Alan belajar dulu." Alan langsung berlari ke kamar dan membuka pintu perlahan.

"Anak itu, disuruh manggil Mama masih manggil Tante aja." Mama Xander menggeleng lalu mengidupkan ponselnya setelah memencet beberapa tombol dia menempelkan ponselnya ke telinga.

[Hallo Nyonya? ]

[ Hallo. Tolong periksa data tentang kedua anak itu, saya sudah minta pengawal saya untuk mengirimkan fotonya. Saya minta informasi itu secepatnya diberikan.]

[ Baik Nyonya. Akan saya usahakan ]

Telepon terputus dan dia tersenyum puas, tidak ada yang boleh menganggu menantunya ataupun mengacaukan keluarganya.

"Cantik banget kamu Volna, sini duduk dulu. Xander masih di kamarnya kayaknya." Volna tersenyum canggung lalu duduk di sebelah Mama Xander. 

"Mau kencan ya? Anak jaman sekarang kalau kencan lucu-lucu." Mama Xander gemas langsung mencubit pipi Volna.

"Diajak Xander pergi Tante, belum tau tapi kemananya." Volna berujar sopan dan membatin pacar anaknya ini memang tidak tahu atau hanya pura-pura.

Dia yakin Xander sudah meneriakan keinginannya untuk mengajak Volna pergi kencan, tidak mungkin Xander hanya berkata ayo pergi dan sebagainya. Bukan Xander banget.

"Ayo, Nana kita ngedateeeeeee!!!!" Xander berteriak kencang membuat seisi rumah hanya terisi suaranya.

"Xander, berisik banget kamu."

"Biarin, Xander ngedate dulu sama Nana ya Ma. Kalau kangen ngedate telepon Papa suruh pulang." Xander berucap dan langsung menarik tangan Volna ngacir, apalagi dia melihat Mamanya sudah meraih sandal dan hendak melemparkannya ke wajah tampannya.

"Capek banget punya anak kelakuannya enggak jelas." Mamanya meletakan kembali sandalnya ke lantai dan memakainya. Meminta pekerjanya untuk memberikan segelas air. 

***

Lanjut? Yes or No?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro