MFB 20 - CPNS
HAPPY READING!
Suasana yang canggung dan Volna yang gemetaran membuat suasana semakin sunyi.
"Pacar Xander." Akhirnya Xander berbicara membuat keadaan semakin sunyi, beberapa pegawai menutup mulutnya terkejut dan mama Xander menatap Volna tajam.
"Kamu udah pacaran berapa lama?"
"Baru aja. Sekitar 2 minggu atau seminggu gitu." Bukan Volna yang menjawab tetapi Xander.
"Terus, kamu ketemu dia kapan?"
"Beberapa tahun yang lalu." Xander menjawab dengan enteng, membuat Volna menaikan alisnya. Dia merasa dia tidak pernah bertemu sebelumnya, jadi beberapa tahun yang dimaksud itu. Kapan?
"Terus punya dia?" Mama Xander kini menunjuk Alan yang berdiri di sebelah Volna, melihat dia ditunjuk membuat dia mundur perlahan sambil memeluk lengan Volna, bersembunyi.
"Hah?"
"Mama nyuruhnya cari pacar, bukan cariin mama cucu Xander." Xander mengaduh sebab telinganya ditarik dengan kencang, rasanya telinganya hampir lepas.
"Apa sih, aku belum ngapa-ngapain kok."
"Terus itu?"
"Emm, maaf tante ini Alan, adik saya." Volna akhirnya berbicara menyelesaikan salah paham ini. Membuat perempuan paruh baya itu melepaskan tangannya dari telinga Xander yang sudah memerah.
"Oh, adiknya. Maaf ya. Aduh, jadi nuduh yang enggak-enggak." Mama Xander meringis lalu memegang kedua tangan Volna tersenyum.
"Kenapa datang malam-malam nih? Kalau berkunjung siang-siang aja dong. Nggak bisa buat makanan ini, enggak ada persiapan." Mamanya tersenyum lebar, bahagia sekali melihat Volna sebagai pacar Xander.
"Ma, sini." Xander menarik tangan mamanya terlebih dahulu dan berbicara beberapa saat kemudian, Volna menatap mereka berdua yang berbicara dan terlihat mamanya sesekali melihat ke arah Volna kalau terkena kontak mata dia langsung tersenyum senang.
Mereka sudah kembali dan Alan masih memeluk kaki Volna, masih takut dengan wajah orang asing yang berada di depannya.
"Volna ya kan?" Volna mengangguk.
"Siapin tempat tidur ya Sher." Mamanya berbicara ke salah satu pegawainya dan yang diajak berbicara langsung mengangguk patuh meminta Volna dan Alan untuk mengikutinya. Volna awalnya menatap Xander tetapi Xander hanya tersenyum dan melambaikan tangannya, dia yakin kalau dia aman.
"Jadi, kamu pulang malem terus ngedate sama dia setelah cafe kamu tutup?" Kini giliran Xander yang diinterogasi dan menganggukan kepalanya sebagai jawaban.
"Tuh kan, udah cafenya tutup aja. Pacar kamu kasihan tau, nunggu kamu tutup cafe dulu." Mamanya berdecak kesal, emosi melihat tingkah Xander yang menurutnya membuat cewek itu tidak akan betah pacaran dengannya.
"Dia kerja di cafe aku Ma. Jangan ditutup lah." Xander memberikan perlawanan bukannya dipuji atau bagaimana dia malah dipukul lagi.
"Menantu mama kenapa kamu suruh kerja juga? Suruh keluar dari cafe kamu, dia tinggal di sini aja biar mama yang bayarin."
"Tap–" ucapan Xander terpotong. "Masuk kamar. Tidur." Xander mengalah dia menekuk wajahnya dan masuk ke dalam kamarnya.
Dia langsung melompat ke kasur dan mengklik kontak yang selalu dia sematkan.
Nana :( Kita jauhan :(
Makasih ya Xan
Bukan itu jawaban yang Xander mau, jawaban Volna sekarang adalah jawaban yang membuat dia kepikiran.
makasih apa coba? Xander berteriak dalam hati, dia frustasi.
Makasih buat apa sih?
Semuanya
Perasaan Xanxan nggak ngasih apa-apa. Tapi oke lah, bayarannya apa nih?
Harus dibayar?
Iya donggggg
Potong dari gaji aku aja Xan
Xander cemberut ketika dia melihat jawaban terakhir Volna entah kenapa ceweknya tidak pernah peka.
Enggak mau uang. Mau yang lain.
Mau apa?
Cium, peluk, sayang
Xan, jangan aneh-aneh
Ihh, maunya dibayar CPNS :(
CPNS apaan? N nya apa coba?
Cium peluk Nana sayang hehe
Apaan sih. Udah tidur sana.
Pipinya merah pasti.
Jadi pengen meluk
Apaan sih? Enggak jelas
bye.
Volna mematikan ponselnya ke layar kunci dan menarik selimut untuk Alan tersenyum lalu menyiapkan alarm untuk besok pagi, dia harus pulang pagi-pagi atau setidaknya dia bisa membuatkan sarapan pagi terlebih dahulu untuk semuanya sebagai ucapan terima kasih.
Volna bangun dengan agak terkejut, alarmnya sudah mati sejak tadi membuat dia bergegas turun dan melihat Alan yang masih tertidur pulas. Walaupun hanya terpaut 5 menit tetapi menurut Volna itu sudah sangat terlambat.
"Alan, bangun yuk. Kita pulang."Alan mengusap matanya dalam posisi berbaring. Mencoba berdiri tetapi enggan gravitasi kasur sangat kuat apalagi ini masih pagi dengan udara dingin dari AC.
Volna tidak ingin berbohong kalau dia nyaman untuk tidur lebih lama di kamar ini tapi dia juga sadar diri ini bukan rumahnya dan dia datang malam-malam tanpa tujuan yang jelas.
Volna keluar karena Alan masih ingin tidur lebih lama, Setidaknya Volna ingin memasak untuk semuanya dan pulang terlebih dahulu. Baru sampai di dapur sudah ada beberapa orang yang memasak dan terkadang berebut pekerjaan.
"Kami aja nyonya kami aja yang masak," ucap salah seorang dengan panik membuat yang ditegur mengomel.
"Apa sih? Biar Volna itu makan masakan mertua. Kalian enggak punya anak enggak tau kan. Ngenes sih kalian."
"Tap–" Mama Xander langsung menutup mulut pelayan rumah tangganya itu dengan satu tangan.
"Berisik. Sana tidur lagi aja," usirnya dengan kejam mereka tidak bergerak dari tempatnya, masih mengawasi nyonyanya yang memasak kalau sampai nyonyanya kenapa-kenapa mereka tidak yakin akan bernapas lagi besok.
"Pagi Tante." Volna hanya bisa mengucapkan itu, membuat pelayan dan Mama Xander berbalik menatapnya.
"Eh loh, kok udah bangun sayang. Masakannya belum selesai ini."
"Enggak usah repot-repot Tan, ini juga saya mau pulang." Volna mengayunkan kedua tangannya ke depan, gerakan refleks saat dia tidak enak hati.
"Siapa yang suruh pulang belum sarapan terus kamu juga mau sekolah kan. Biar dianter sama Xander aja." Volna menggeleng tidak enak, tidak menyetujui usulan mama dari Xander itu.
"Saya itu tante, enggak bawa seragam."
"Wah, iya juga." Volna tersenyum lega mendengar jawabannya dan berikutnya dia langsung panik kembali.
"Sher, kamu ikut sama Volna minta di anterin supir buat ambil seragam terus balik sini." Volna sudah tidak bisa berbicara lagi dia sudah diajak untuk keluar dan masuk ke dalam mobil setelah kunci rumahnya diminta.
Dalam perjalanan Volna hanya diam tidak tau harus berbuat apa sesekali menjawab saat mendengarkan cerita pelayan yang ada di sebelahnya sementara pelayan yang dipanggil Sher ternyata memiliki nama panjang Sherlyn. Dia bercerita tentang kehidupannya di bagaimana bisa bekerja di rumah Xander.
"Kamu kok bisa pacaran sama Tuan muda gimana? Dia galak banget padahal ngejar dia berapa lama?" Volna menggeleng dan jawabannya membuat Sherlyn terkejut.
"Saya enggak ngejar dia."
"Masa? Kok bisa?"
"Enggak tau hehe."
"Jadi, dia ngejarnya gimana? Duh, keren kamu bisa dapet Tuan muda dia kayak susah banget buat digapai tau enggak sih dulu itu ya, pernah waktu SMP katanya dia ditembak cewek kelasnya terus dia nolak langsung tanpa minta maaf padahal posisinya itu nembaknya di depan kelas." Volna mendengarkan dengan senantiasa tanpa ada niat untuk memotongnya.
"Tapi ya, kayaknya sebelum kamu ada cewek lain sih. Waktu itu SMP juga nih dia pulang-pulang kayak orang kesurupan gitu, senyum-senyum sendiri terus meluk guling di ruang tamu sambil nonton TV sering banget lihat ponsel juga. Tapi kayaknya enggak pacaran soalnya baru kamu aja yang diajak ke rumah." Volna sebenarnya ingin bertanya siapa orangnya tetapi dia yakin pelayan itu tidak tahu apapun, mungkin dia akan bertanya dengan Xander di waktu yang tepat.
"Eh maaf ya. Kebiasaan kalau ngomong aku-kamu. Di kampungku biasanya manggil kayak gitu soalnya." Volna hanya mengangguk lalu tersenyum, tidak keberatan sama sekali.
***
Lanjut? Yes or No?
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro