Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 3. Serikat Baru

"Wah lucunya, sedang berjalan-jalan dengan kakak ya?" tanya ibu penjual dengan senyuman lebar.

"Iya!" balasku sambil tersenyum dan bertingkah seperti anak-anak. Tristan tidak bisa diharapkan, dia langsung kaku saat aku mengatakan kepadanya agar kita seperti kakak-adik.

"Wah menggemaskan sekali. Apa kalian akan melakukan perayaan?" Sepertinya ibu penjual roti satu ini kepo sekali ya.

"Iya. Ada acara rahasia." Telunjukku berada di depan mulut dengan gaya yang menurutku imut.

Ibu penjual roti hanya tertawa melihat tingkahku. "Baiklah aku tidak akan menghancurkan acara rahasiamu itu," katanya sambil mengikuti gayaku dan mengedipkan sebelah matanya. "Aku akan memberikan roti tambahan untuk kalian. Selamat bersenang-senang." 

"Yeay! Terima kasih!" Aku bersorak dari tempatku. Akhirnya aku bisa mendapatkan roti tambahan!! Perutku akan membuncit hanya untuk hari ini!

"Terima kasih." Tristan menunduk sopan sembari berjalan pergi dan aku mengikutinya setelah melambaikan tanganku kepada ibu penjual roti yang melambaikan tangannya juga kepadaku.

Aku masih memegang ujung baju Tristan, karena yang empunya baju tangannya sedang penuh, sambil bersenandung ria. "Roti, roti, roti~ Hari ini aku akan kenyaaang~" Aku sudah tidak peduli dengan tawa pelan Tristan. "Oh tempat duduk, ayo ke sana dulu," kataku sambil menarik baju Tristan ke arah sebuah bangku kosong yang membelakangi air mancur kecil di tengah kota.

"Apakah nona sudah lelah?"

"Tidak, Tristan yang lelah. Ayo duduk dan cek ada berapa uang sekarang?" Aku sudah duduk manis di salah satu ujung kursi, menunggu Tristan untuk duduk disebelahku.

Tristan duduk dan membuka kantung uang dengan hati-hati diantara aku dan Tristan. "Ini sisa uang sekarang nona, apakah nona menginginkan sesuatu?"

Sebenarnya aku cukup kaget dengan sisa uang yang ternyata masih. Sangat. Banyak!! Mungkin karena ibu memberikanku uang dengan koin emas, bukan dengan koin perak atau perunggu. "Bagaimana dengan menambah buah?!" tanyaku dengan antusias tetapi mataku melihat ke arah kantung belanja yang berbahan kertas yang dibawa oleh Tristan. 

"Saya kuat nona. Jadi jangan khawatir." Mataku melihat Tristan yang tersenyum manis. Dia memang adalah laki-laki yang manis dan pengertian karena itu aku juga harus begitu.

"Tidak, kita kembali saja." Aku turun dari kursi. "Pasti yang di sana sudah banyak yang selesai."

"Nona tidak ingin menambah lagi?" Tristan mulai mengambil kantung belanjaan dengan ekspresi bingung.

Aku menggeleng. "Simpan saia untuk pembukaan restoran kecil kita." Tristan melihatku dengan ekspresi kaget yang tidak terlalu kaget. "Ayo, kak Tristan." Aku menarik baju Tristan dengan senyuman ceria.

"Baik, nona." Tristan mengangguk dengan senyuman yang terlihat indah lalu berjalan bersama.

Setelah aku dan Tristan kembali, area yang sudah dibersihkan dan diperbaiki hampir semua bagian. Aku dan Tristan langsung membuat roti lapis di dapur. Kami memotong roti dengan ukuran yang dirasa cukup dan membelah roti agar bisa memasukan isi di dalamnya. Tristan yang memaksa untuk mengambil bagian memasak, katanya agar aku tidak terluka. Malvi masuk dan membantu memotong sayuran karena sebagian besar ruangan sudah hampir selesai.

Setelah beberapa menit akhirnya roti lapis telur sudah jadi. Untung saja ada sebuah piring besar yang bisa menjadi tempat roti lapis. Aku ingin membantu membawa tapi sudah direbut oleh Tristan dan Malvi, mengabaikan aku yang baru hampir menggapai piring. Padahal aku juga mau membawa piringnya! Sudalah, aku tidak boleh bertingkah seperti anak-anak. 

Di ruangan tengah, para pria itu sedang beristirahat dan aku bisa mendengar sorakan mereka saat makanan datang. Mataku melihat sekeliling, tadi aku memang mengatakan pada Malvi kalau ruang yang luas ini akan aku jadikan restoran dengan kursi dan meja yang banyak hingga bisa menampung orang sebanyak-banyaknya. Aku terdiam di daun pintu antara lorong dapur dan ruang tengah. Banyak kursi dan meja diatur dengan sedemikian rupa, sedikit kasar tetapi mirip seperti apa yang aku pikirkan.

Mataku melihat ke para pria yang sedang tersenyum sambil memakan rotinya. "Ini, bahan ini, kayu ini ... dari mana kalian bisa dapat?" Padahal aku tidak memberikan uang untuk pegangan mereka. Aku memegang meja kayu dan terkejut bahwa ini bahan kayu yang bagus.

Para pria itu tertawa, sampai ketuanya, Pak Andrew berjalan dan berlutut di depanku. "Ini adalah kayu-kayu milik kami. Milik keluarga kami yang tersisa."

"Apa?! Kenapa kalian pakai untuk meja dan kursi? Aku masih punya uang, tidak perlu menggunakan barang berharga kalian!" Aku yang serius panik malah ditertawakan.

"Hanya nona satu-satunya bangsawan yang akan mengatakan itu." Tentu saja. Mereka hampir tidak punya apa-apa, malah memberikan apa yang tersisa dari mereka. "Tetapi nona, kami sudah mendikasikan diri kami untuk nona. Karena kami semua sudah menjadi milik nona."

"Secepat itu?"

Pak Andrew mengangguk. "Kami bisa melihat nona sangat mempercayai Tristan." Hati kecilku rasanya sakit. "Sejujurnya kami tidak begitu mempercayai Tristan yang masih muda dan perlu banyak pengalaman tetapi nona berbeda. Hal itu juga yang membuat kami percaya bahwa pilihan nona benar."

Walau sedikit menyakiti hati kecilku tetapi aku tersenyum bahagia mendengarnya. "Baiklah! Kalau begitu mari kita berjuang untuk usaha ini! Kalau guild intel tidak bekerja setidaknya restoran bisa terus berjalan!"

"Guild intel?"

Aku terdiam. Benar juga, aku belum mengatakan apa yang ingin aku lakukan hanya restoran saja. Aku berjalan menuju kursi dan menaiki meja, ada beberapa yang terlihat ketakutan saat aku menaiki kursi dan meja. 

"Perhatian!" Semua orang yang menghadap ke sisi lain kini semua mengarah padaku. "Maafkan aku yang belum mengatakan kepada kalian semua, bahwa sebenarnya aku ingin membuka guild intel, yaitu guild atau serikat yang memberikan informasi kepada pelanggan khusus kita. Bisa informasi mengenai apa pun, tentunya aku akan meminta hewan-hewanku untuk menjadi penengah antara aku dan serikat ini." Aku meminta para hewan yang sudah terikat kontrak denganku untuk berada di meja yang sama. 

Terdengar suara kagum pelan.

"Akan aku perkenalkan. Yang pertama adalah Ghava, dia adalah elang yang paling pertama bersama denganku. Kami sudah pernah mencoba untuk berkomunikasi jarak jauh dan itu berhasil, karena itu aku akan meninggalkan Ghava di sini jika kalian memerlukan bantuanku. Lalu yang kedua ada Hiva, ia adalah ketua dari sekelompok tikus. Kalau ada sesuatu yang ingin kalian cari yang tidak bisa dilihat dengan mudah bisa mencarinya. Aku juga menempatkan salah satu ekor dari kelompoknya untuk berada di sini. Lalu yang terakhir si kucing oren, Cavi. Dia bisa membantu mencari informasi dari kucing-kucing yang lain dan mencari di tempat yang lebih tinggi seperti atap atau langit-langit bangunan." Aku berikan jeda sedikit untuk mereka mendapatkan informasi.

Ada yang mengangkat tangannya dan aku melihatnya dengan senyuman. "Lalu bagaimana dengan hewan-hewan yang lain?"

"Ah!" Aku tertawa pelan. "Mereka adalah teman-temanku dan um ..." Mataku melirik Malvi yang mengangguk. "Sebenarnya ada sedikit rahasia .... " Mataku bisa melihat para lelaki itu melihatku dengan tatapan penasaran.

"Nona," panggil Andrew yang berjalan ke arahku. "Anda tidak perlu mengatakannya sekarang jika anda merasa tidak nyaman. Kami tidak akan memaksa anda." Terlihat senyuman tulus dari wajah Andrew dan yang lain ikut mengangguk.

"Terima kasih." Aku tertunduk dengan senyuman lega. "Oh satu lagi!" Kepalaku kembali melihat mereka. "Ada ide ingin memakai kode apa?"

"Kode? Untuk apa?"

"Kode untuk memasuki serikat ini tentunya." Senyuman sinisku semakin menarik ke samping. "Tentu saja serikat informasi ini bukankah serikat yang akan ditemukan dimana-mana, apalagi meminta bantuan hewan untuk mendapatkan informasi. Ditambah kita tidak tahu informasi apa yang akan mereka tanyakan, bukan?" Semuanya mengangguk-anggukkan kepalanya. "Tentu saja kita punya bisnis lain, yaitu bisnis restoran tapi aku ada sedikit berpikir untuk menambahkan menu minuman keras di dalamnya."

"Mengapa nona ingin menambahkan itu?" Andrew melihatku dengan tatapan bingung.

"Tentu saja karena orang mabuk biasanya tidak sadar dengan perkataannya. Jadi kita bisa mendapatkan informasi khusus tapi aku kurang menyukai bar bir." Sebelah tanganku menggosok-gosokkan dagu. "Kita berikan minuman selain bir!"

"Anggur?" tanya Tristan bingung.

"Tidak-tidak. Maksudku racikan minuman keras." Dari pandangan mereka juga sudah dapat aku simpulkan mereka tidak bisa mengerti maksudku. "Ada beberapa racikan minuman keras hingga menjadi rasa yang baru. Tentu saja aku harus mencoba-coba dan memilih siapa yang pantas menjadi bartender. Tapi itu nanti saja! Kita jalankan dua bisnis kita ini! Semangat!!"

Terdengar teriakan riuh para lelaki ini. Kira-kira menu apa yang harus aku masukkan ya?

.
.
.
.
.

Jadi mulai sekarang saya akan update setiap 2x seminggu.

Ini dia list ceritanya:

1. The 7 Element Controllers

2. New Daily Life Royal Twins

3. A Little Hope [Revisi]

4. As Blue Sea

5. My Family is Perfect But I'm Not

6. Akar Merah

Itu dia urutannya, bisa dicari setelah saya posting.

Mungkin ada perubahan dari tata bahasa dsb-dsb tapi semoga kenyamanan dalam membaca masih bisa dinikmati yaa~

Sampai jumpa kembali :3

-(20/07/23)-


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro