Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

bab 8


*

*

Acara pesta pernikahan yang terunda sudah di selenggarakan kemarin malam. Hari ini Sasuke berencana mengajak Naruto ke rumah yang akan ditinggali mereka nanti.

Menma sedang ikut kedua orang tuanya dan Madara memancing. Dan urusan perusahaan dilimpahkan pada dirinya dan Itachi.

Saat jam istirahat kantor, Sasuke memilih pulang dan berencana mampir ke rumah yang ia bangun dengan sang istri nanti.

" sudah siap ?"

Sasuke memeluk tubuh Naruto dari belakang. Ia menumpukan kepalanya di pundak sang istri. Naruto sendiri hanya menggeleng melihat tingkah manja sang suami. Ia tengah sibuk menata piring yang barusaja ia cuci.

" kemana ?"

Chup

" apa kau lupa, jika hari ini kita akan melihat rumah baru kita lov "

Sasuke mengecup pipi kiri Naruto, dan kembali mengeratkan pelukannya di perut sang istri. Terkadang Naruto berfikir, apa sikap mereka tertukar. Sikap Sasuke yang sangat manja dan dia yang harus bisa memahami suaminya itu saat merajuk.

" sudah ?"

Naruto mengelap tangannya dengan lap.

" sudah "

" ayo "

Sasuke menarik tangan istrinya keluar mansion, disana sudah ada sebuah motor sport hitam terparkir lengkap dengan dua helm.

" nii-san yakin akan menggunakan ini?"

Naruto menatap Sasuke yang sudah menaiki motor hitam itu. Tangan sasuke menarik lengan Naruto mendekat, ia memakaikan helm di kepala istrinya.

" aku hanya ingin selama kita pergi kau memelukku.... Jaa naiklah "

Dengan semangat Naruto menaiki motor sport itu. Hihihi... Di sangat suka jika suaminya itu bersikap semanis itu.

Kedua lengannya terulur kedepan, mendekap tubuh Sasuke. Sedangkan tubuh depannya ia tumpukan ke punggung lebar suaminya, dan kepalanya ia rebahkan di pundak kiri Sasuke.

Motor di nyalakan, Sasuke lelajukan motornya keluar dari pagar mansion Uchiha. Awalnya ia mengendarainya dengan santai, tapi lama kelamaan semakin cepat. Selain jalan yang lenggang, ia juga ingin tubuh di belakangnya lebih merapat kepadanya.

Motor sport hitam itu membelah jalanan kota Konoha. Senyum taklepas dari bibirnya hingga mereka melewati perempatan.

BRAK !!

Kecelakaan terjadi, sebuah sedan hitam menabrak motor Sasuke. Saat tubuh mereka terpental, sasuke sempat meraih tubuh sang istri ke pelukannya. Tapi walau begitu benturan yang di terima Naruto cukup keras saat terhempas ke aspal, karna pelukannya di tubuh Naruto terlepas. Lengan kirinya terparut aspal hingga jas dan kemeja yang ia pakai sobek, membuat darahnya mengucur deras.

Tangnnya yang terluka mencoba meraih tubuh sang terkasih yang terpental jauh darinya. Tapi sayang, lengannya malah terlindas oleh mobil yang baru saja menabraknya itu kabur.

Ia meringis, tangannya kebas. Mata sayunya menatap tubuh Naruto yang tak ada pergerakan sedikitpun. Helm yang tadi ia pasang sudah lepas dari kepala pirang yang berubah warna menjadi merah karena darah.

Tangisnya pecah, ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada istrinya. Mereka barusaja bersatu. Kenapa kami-sama melakukan hal ini kepada mereka.

Ia tak perduli dengan mobil yang barusaja menabraknya itu kabur. Yang ia perdulikan hanya nyawa istrinya yang harus selamat. Sial sial sial.... Mata hitam miliknya tak mau berkompromi. Matanya terasa berat, antara sadar dan tidak sadar. Tapi sebelum semuanya menjadi gelap, sayup-sayup ia mendengar suara sirine.

*

*

Ceklek

Ruang UGD terbuka, menampakkan Kabuto dengan wajah pias.

" bagaimana keadaan mereka?"

Itachi langsung mendatangi dokter kepercayaan keluarganya dengan wajah cemas.

" Itachi, apa kau sudah menghubungi kedua orang tuamu?"

Itachi mengangguk, tanpa melepas tatapan dari Kabuto.

Drap

Drap

Drap

Suara beberapa pasang kaki yang terburu mengalihkan tatapan Itachi dan Kabuto.

" b-bagaimana mereka.... Bagaimana anak dan menantuku "

Mikoto memberondong pertanyaan pada kabuto. Untung Menma sudah ada di tangan Madara. Jika tidak Madara tak tau apa yang akan terjadi jika menantunya itu lepas kendali.

" kita bicara diruanganku "

Kabuto menggiring mereka semua ke ruangannya. Setelah mereka masuk dan duduk, barulah Kabuto angkat bicara.

" begini.... Ha'ah, kalian harus memilih. Untuk keadaan Sasuke, lengan kirinya rusak parah. Lengannya terparut aspal dan tulangnya remuk karna terlindas mobil kita harus mengamputasi lengannya. Jika tidak aku tak tau apa ia akan sanggup hidup dengan tangan cacat, yang mungkin tak bisa di gunakan. Yang lainnya tak perlu kalian khawatirkan "

Seluruh orang yang ada di ruangan itu menahan nafas, mendengar penjelasan Kabuto.

" l-lalu menantuku "

" ada pendarahan hebat di kepalanya, karena benturan keras. Kita juga harus mengoperasinya, tapi.... Kemungkinan terburuk... Dia akan koma "

Mereka kembali mendesah, kenapa cobaan menimpa pasangan muda itu terus menerus. Kenapa harus mereka.

Madara mengeratkan pelukannya pada cucu kecilnya. Menma terlihat tenang tertidur di pelukannya.

" apapun.... Lakukan apapun untuk menyelamatkan mereka "

Keputusan diambil oleh Fugaku yang sejak tadi mengelus punggung istrinya, yang menangis hebat di pelukannya.

*

*

Operasi dilakukan di waktu yang bersamaan, hanya saja berbeda ruangan. Itachi dan sang kakek menunggu di depan ruang operasi Naruto, begitu pula Menma yang masih di gendongan sang kakek.

Sedangkan Fugaku dan Mikoto berada di depan ruang operasi Sasuke.

2 jam, waktu yang di butuhkan untuk operasi Naruto. Operasi berjalan lancar dan Naruto sudah di pindahkan ke ruang rawat VIV.

Tak lama kemudian ruang operasi Sasuke juga terbuka, memperlihatkan wajah pucat pria tampan itu. Ranjang itu di dorong menuju ruang rawat VIV di sebelah ruang rawat Naruto.

Mikoto tak berhenti menangis melihat kedua tubuh itu terbaring lemah di atas ranjang. Anak dan menantunya barusaja merasakan kebahagiaan. Tapi kenapa....

" aku ingin kau menyelidikinya anata.... Aku ingin orang yang menabrak mereka ditemukan "

" pasti "

Tangan Fugaku tak lepas dari mengelus punggung sang istri.

*

*

Pria bersurai gelap itu mengerjapkan matanya, menyesuaikan dengan sinar matahari yang menerobos gorden putih rumah sakit.

Ceklek

Ia menolehkan kepalanya kearah pintu yang barusaja terbuka.

" ibu "

" oh tuhan... Sasuke "

Mikoto yang barusaja kembali dari kantin rumah sakit langsung menghampiri ranjang rawat sang putra. Tangannya tak lupa memencet tombol emergency yang ada di atas ranjang Sasuke.

" apa yang kau rasakan, hmm? "

" Naru-....... I-ibu k-kenapa tanganku "

Airmata menggenang di pelupuk mata Mikoto, saat matanya menatap Sasuke yangberusaha menggerakkan lengan kirinya.

" ibu?"

" tenanglah sayang "

Pintu kembali terbuka, dan masuklah dokter Kabuto dengan seorang suster. Kabuto langsung mengambil alih tempat Mikoto. Dia memeriksa keadaan Sasuke dan menjelaskan kenapa dia dengan terpaksa harus memotong lengan kiri Sasuke.

Lengan itu tak terpotong hingga pundak, tapi hanya sebatas atas siku. Sasuke hanya bisa meraung menangis meratapi nasipnya. Tapi tangisan itu hanya sesaat, sebelum otaknya mengingat Naruto.

" N-Naru dimana dia..... Dimana Naruto "

" kau harus berjanji pada ibu, jangan tunjukkan sisi lemahmu padanya... Karena, dia juga butuh dukungan darimu "

Sasuke hanya mengangguk, ia hanya ingin cepat bertemu dengan belahan jiwanya. Tapi sayang sang ibu menolak. Ia harus bersabar 2 hari lagi untuk bisa menemui Naruto.

" keadaannya ?"

" koma, dan kami tak tau kapan ia akan sadar "

Air mata kembali menganak sungai di wajah putih yang ternoda lecet itu. Akankah ia akan kehilangan sosok mentarinya untuk yang kedua kalinya.

Ia tak sanggup tuhan... Apalagi ada Menma yang-

" bimana Menma, dia-"

" tenanglah sayang, putramu ada di rumah dengan kakekmu "

Ia bisa bernafas lega jika putranya baik-baik saja. Ia hanya takut putranya akan rewel saat tak menemukan dirinya atau sang istri di dekat-nya .

" istirahatlah.... Lusa, ibu akan membawamu menemui istrimu. Berdoalah agar ia cepat sadar "

Ia memejamkan matanya walau dengan paksa. Kenyataan tentang dirinya belum ia terima. Ditambah lagi dengan kenyataan bahwa hidup sang istri sekarang diujung tanduk.

Tidak... Ia harus kuat demi sang istri. Ia harus memberikan semangat pada sang istri, agar cepat bangun dari tidurnya. Masih ada Menma dan Naruto yang membutuhkannya. Jadi ia tak boleh lemah.

*

*

Sasuke menggenggam jemari tan sang istri dengan tangan kanannya. Ia angkat tangan itu dan mengecupnya tepat di punggung tangan sang istri.

" bangunlah ... Apa kau tak merindukanku? Merindukan kami yang ada di sini?"

Hanya monitor EKG yang menjawab semuanya. Sudah berhari-hari ia menunggu, bahkan sudah hampir 2 minggu. Ia bahkan sudah kembali beraktifitas seperti biasa, tapi keadaan sang istri tak ada kemajuan.

Infus, alat pendeteksi jatung dan alat bantu pernafasan menempel di tubuh Naruto. Ia bahkan tak sanggup melihat itu semua.

Suara getaran ponsel membuat fokus Sasuke teralih. Ia mengambil ponsel miliknya dari saku jas armani yang ia pakai. Nama sang sekertaris terpampang di layar datar itu.

Sasuke tak lagi mengurus sekolah. Ia yang sekarang hanya fokus ke perusahaan milihnya dan keadaan sang istri. Sekolah sekarang kembali diambil alih oleh sang kakek.

Awalnya ia ingin beranjak untuk mengangkat telfon, tapi lengannya tertahan karena ada yang menggenggamnya. Ia menoleh dan menatap tangan Naruto yang menggenggam tangannya.

" S-Su....ke "

Senyum lebar terukir di bibirnya, tanpa pikir panjang ia tekan tombol emergency di dinding atas ranjang.

Ia terlalu bahagia dengan itu semua, hingga melupakan telfon yang terus berdering.

" bagaimana keadaannya "

" kau bisa bernafas lega Sasuke, tak ada yang perlu di khawatirkan. Dia baik-baik saja "

" terimakasih dokter "

" seharusnya kau tersenyum atau berguling-guling mungkin "

" aku bukanlah dirimu, yang akan melakukan opsi kedua itu "

" hahaha... Selamat ok, aku akan mengabari keluargamu. Kau temani saja istrimu "

" hn "

Naruto tersenyum menatap wajah tampan suaminya. Tangan tan itu terulur ke sisi wajah Sasuke. Dia elusnya pipi tirus sang suami.

Sudah berapa lama ia tak sadarkan diri, hingga perubahan tubuh sang suami yang sekarang berubah 180°. Rambut panjang hingga menutupi sebelah mata itu, dan lihatlah tubuh tegap yang semakin kurus itu.

" apa nii-san makan dengan baik?"

" bagaimana bisa aku makan dengan baik, jika kau masih disini lov "

Sasuke merundukkan tubuhnya yang sejak tadi duduk di pinggir ranjang rawat sang istri. Ia menumpukan kepalanya di dada Naruto dan merengkuh tubuh sang istri. Ia takmau sang istri melihat air matanya.

" aku mencintai nii-san "

Tangan Naruto terulur memeluk kepala sang suami yang ada di atas dadanya.

" dan aku lebih mencintaimu "

Sasuke mendongakkan kepalanya. Ia memposisikan wajahnya sejajar dengan wajah sang istri. Perlahan lahan ia menyatukan bibirnya dengan bibir Naruto. Ciuman itu terasa lembut, tak ada nafsu. Mereka hanya saling menyalurkan rasa cinta dan rindu mereka.

Tangan Naruto bergerak turun kebawah, mengelus lengan sang suami. Hingga ia menyadari satu hal.

" nii-san "

Matanya berkaca-kaca menatap wajah tersenyum Sasuke.

" nii-san "

Sasuke hanya bisa tersenyum melihat wajah merah menahan tangis sang istri. Dengan lembut ia menjelaskan tentang keadaannya sekarang.

Naruto hanya bisa menangis mendengar penjelasan sang suami. Sedangkan Sasuke dengan lembut mengelus punggung sang terkasih yang ada di pelukannya.

Pintu ruang rawat Naruto kembali terbuka. Disana keluarga Uchiha barusaja masuk beserta Nagato.

Ruang rawat itu kembali ramai dengan celotehan Menma dan Mikoto.

*

*

Sasuke terbangun, saat jam menunjukkan pukul 2 pagi. Tubuh tegap tanpa penutup apapun itu bangun. Ia mendudukkan tubuhnya di pinggir ranjang. Sehingga tubuh tegap itu terlihat jelas.

Kepalanya menoleh, ia menatap wajah terlelap sang istri. Tangannya terulur mengusap sisi wajah Naruto yang dihiasi kumis kucing.

Percintaan yang sejah pukul 10 hingga 1 pagi tadi, membuat dirinya tetap tak tenang. Diluar ia bisa menutupi dengan wajah datar yang ia miliki, tapi jauh di lubuk hatinya ia masih tak bisa menerima keadaan tentang dirinya.

Ia kembali berbalik, tangan kanannya terulur memegang sisi lengan kirinya yang tak lagi sempurna seperti dulu.

Greb

Sasuke bisa merasakan sepasang lengan mungil milik aang istri yang memeluk tubuhnya. Sedangkan Naruto menumpukan wajahnya di punggung sang suami.

" semuanya akan baik-baik saja "

Sasuke mengelus lengan tan milik sang istri yang berada di perut berototnya.

" aku tau "

Ia berbalik, menarik tubuh sang istri yang terbungkus dengan selimut tipis dari dada kebawah ke pangkuannya.

Ia mengeratkan pelukannya di tubuh sang istri, dan dengan senang hati Naruto membalas pelukan sang suami lebih erat.

" aku mencintaimu.... Sangat mencintaimu "

" aku juga mencintai nii-san "

Akhirnya sisa pagi itu, mereka habiskan dengan saling berbagi kehangatan dengan saling memeluk tubuh masing-masing.

" again ?!"

Ah.... Atau mungkin tidak. Ha'ah... Indahnya dunia, jika kita menghabiskan sisa hidup kita dengan orang yang tepat.

*

*

Waktu berlalu dengan cepat, tak terasa setahun sudah berlalu. Usia Menma sudah 1 tahun setengah. Uchiha kecil itu menatap sang ibu yang sibuk menonton tv, tapi sebelah tangan sang ibu tak berhenti mengelus kepala ayahnya yang berada di pangkuan sang ibu.

Menma berlari menuju ke sofa dimana kedua orang tuanya berada.

" Menma-chan, jangan berlari nanti kau jatuh "

Tqk ia hiraukan seruan pamannya, yang tengah sibuk di dapur dengan ikan hasil pancingan mereka.

Kaki kecilnya berlali melewati karpet bulu di ruang keluarga. Ia dengan serius mencoba naik keatas sofa, dan tindakan itu tak luput dari tatapan kedua orang tuanya.

Sasuke tertawa melihat Menma yang kesusahan untuk menaiki sofa. Tangan kanannya terulur meraih tubuh gembul sang putra. Ia telungkupkan tubuh gembul Menma di atas dadanya.

Menma menyamankan tubuhnya di atas tubuh sang ayah. Baby gembul itu merebahkan kepalanya di dada bidang sang ayah. Sedangkan lengan Sasuke merengkuh tubuh sang anak agar dia tak jatuh.

Naruto tersenyum menatap ayah dan anak itu. Ia menunduk, mengecup kedua kepala bersurai gelap itu.

" oyasumi "

Sasuke mendongak, ia membalas senyum sang istri.

" ne oyasumi "

Chup

Kepalanya berbalik, ia mencium perut datar yang beberapa bulan lagi akan berubah ukuran itu.

Di sisilain, Mikoto tengah sibuk memotret keluarga putra keduanya dari berbagai sisi. Ia menyikut pinggang putra keduanya.

" kapan kau menyusul "

Itachi hanya mendengus mendengar sindiran dari sang ibu.

Apa dia harus menghamili Nagato dulu, agar pria berambut merah pujaannya itu mau menikah dengannya. Ah... Bukan ide yang buruk. Itu patut dicoba.

Mikoto yang melihat seringai licik putra pertamanya berucap.

" apapun yang ada di krpala licikmu itu.... Ibu akan membantu "

Itachi tersenyum lebar, ia memeluk tubuh ibunya dari samping.

" ibu yang terbaik "

" ibu tau "

*

*

*

End...... The End

Haduh... Ma'af, yang tadi kepotong.... Ini yang full...

Ok jangan tanya kelanjutannya, karna cerita ini udah end...

Ok see ya...

Bay bay.... Bow...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro