bab 5
*
*
Karin masih mengingat kejadian seminggu yang lalu, saat dirinya ikut dengan Sasuke ke sekolah dimana pria itu menjabat sebagai kepala sekolah.
Setelah menyelesaikan urusannya di salah satu kelas, ia kemudian pergi mencari Sasuke. Langkahnya membawanya menuju ke ruangan kepala sekolah.
Tapi saat langkahnya barusaja sampai di UKS, matanya melihat pemandangan yang sungguh mengejutkan.
Di dalam sana, di salah satu ranjang UKS terdapat sepasang kekasih yang sedang bercumbu.
Ia tau punggung lebar berbalut kemaja hitam itu milik siapa. Matanya membola melihat siapa yang pria it cumbu. Salah satu murit berambut pirang di KHS, remaja yang ia lukai dan menyapanya pagi tadi, Naruto.
Tangannya terkepal, emosinya memuncah. Jadi remaja itu yang melahirkan Menma, kekasih Sasuke.
" takkan pernah kubiarkan "
Karin meremat celana magian pahanya. Saat ini ia tengah berada di restoran dimana dia disana tengah memiliki urusan dengan neneknya Mito.
" nenek pasti tau apa yang aku mau bukan? "
Mito dengan anggun menyesap teh yang barusaja ia pesan.
" dan kau pasti tau apa tugasmu bukan ?"
Karin mengangguk, sekarang dia bisa dengan leluasa melakukan apa yang ia mau. Sekarang ia sudah tau siapa yang harus ia singkirkan. Ah... Untuk masalah menyingkirkan, ia akan memberikannya pada neneknya saja. Sedangkan ia hanya cukup fokus untuk menarik perhatian Sasuke.
*
*
Hari minggu dikediaman Uchiha kali ini sedikit berbeda. Karena seluruh penghuninya tengah berkumpul di ruang keluarga. Mereka tengah bersantai menghabiskan waktu libur dengan karaoke.
Karaoke? Tepat sekali. Ide yang dianggap gila oleh para pria kecuali Itachi, karna ide itu sendiri darinya. Sedangkan Mikoto dengan semangat mengiyakan ide putra pertamanya itu.
Dia pikir itu tak buruk, lagi pula seluruh pria Uchiha disana terlalu kaku kecuali Itachi.
Mereka tengah bersantai duduk di sofa menghadap tv yang mrnayangkan mv dari sebuah girlband. Sedangkan Itachi tengah bergerak tak jelas mengikuti gerakan dance di layar.
Menma sendiri tengah duduk di atas karpet bulu halus di samping Itachi yang tengah ngedance. Balita itu terus tertawa dengan bertepuk tangan seperti memberi semangat sang paman.
Itachi sendiri dengan semangat memutar-mutar pinggul dan tubuhnya dengan tangan memegang mic. Sesekali dia akan mengajak Menma untuk menari bersamanya, dan keponakannya itu terlihat sangat antusias.
Sasuke sendiri hampir muntah melihat kakanya yang kelakuannya tak jelas, malah seperti orang kesurupan saat menari. Sebenarnya apa yang ada di kepala mungil putranya hingga putra kecilnya itu sangat suka dengan kelakuan absurt kakanya. Lihatlah tawa senang yang sejak tadi di perlihatkan Menma.
" aku benar-benar malu memiliki kakak seperti dia "
Sasuke berguman, sebelah tangannya menutupi wajahnya.
" lebih malu aku "
Sasuke menatap ayahnya yang berucap dengan wajah datar melihat pemandangan di depannya. Menggikit lidah, dia dengan ekstra menahan tawa melihat wajah di tekuk milik ayahnya.
Seumur-umur baru kali ini ia melihat wajah ayahnya yang ditekuk seperti itu.
" Itachi ganti lagu yang lain "
" memang kaa-san mau bernyanyi? "
" bukan aku tapi Sasuke "
" kau otouto ?"
" tidak "
Sasuke menatap garang kakanya yang tengah tersenyum memgejek padanya.
" ayolah, coba sekali "
" tak akan "
" ck, lihat tou-chan mu Menma.. Dia payah, lebih kerenan oji-chan "
Itachi berjongkok menatap Menma yang balas menatapnya.
" ppa ?"
" ya, papa mu. Dia payah "
Sialan kakanya itu, berani-beraninya dia meremehkannya. Akhirnya ia memilih maju, tangannya merampas mic yang ada di tangan Itachi.
" stel lagu ' nico touches the walls - niwaka ame ni mo makezu '"
Lagu di putar, lagu band rock cepat terdengar dan seluruh orang yang tengah duduh di sofa spicless melihat kelakuan ke dua putra FugaMiko itu. Sedangkan Menma yang melihat aksi ayah dan pamannya yang jingkrak-jingkrak aneh itu tertawa senang. Balita itu ikut menghentak-hentakkan badannya hingga limbung kebelakang dengan tawa membahana.
*
*
Sasuke mengambil map coklat yang tadi ia bawa ke sekolah. Di depannya Naruto menatapnya ingin tau, untuk apa dia dipanggil ke ruangan kepala sekolah. Ia membuka map dan memberikannya di depan Naruto. Tangan Naruto terulur membawa lebih dekat map itu ke arahnya, membacanya dengan teliti.
" i-ini "
" aku mendaftarkan pernikahan kita di kantor catatan sipil "
" t-tapi apa ini tak terlalu cepat "
Sasuke menatap lembut remaja didepannya. Tangannya terulur meraih lengan kiri Naruto untuk ia genggam.
" aku sudah menyiapkan ini sejak lama, bahkan sebelum aku meninggalkanmu untuk mengurus perusahaan di Inggris dulu "
Masih ada keraguan di mata Naruto dan itu bisa terlihat jelas oleh Sasuke.
" apa yang kau fikirkan lov ?"
" nii-san "
" hn ?"
" aku memikirkan nii-san "
" takkan terjadi apa-apa dengan ku lov "
Sasuke melepas genggamannya dan berjalan memutari meja kerjanya. Ia duduk di kursi sebelah Naruto. Ia memutar kursinya sehingga menghadap Naruto dan memutar kursi yang di duduki Naruto hingga menatapnya.
" jika kau menghawatirkan nama baikku di sekolah karna menikahi muritnya sendiri, maka itu tak perlu. Karna aku bisa mengatasinya nanti "
" tapi tetap saj-"
Chup
" hentikan pemikiran negative mu sayang.... Lalu apa yang kau mau, aku sudah tak bisa mundur lagi "
Naruto tanpa sadar meremas tangan Sasuke yang sejak tadi menggenggam tangannya. Sasuke tau kekhawatiran sang kekasih, tapi walau begitu ia takakan pernah mundur. Jika hubungan mereka tetap seperti ini maka kakeknya bisa dengan leluasa menyeretnya ke altar dengan Karin.
" kalau begitu kita harus menyembunyikannya "
" iya atau tidak "
Mengetahui jika Sasuke yang akan berucap, dia lebih dulu menyela.
" fine kau menang. Tapi, jika hanya kita berdua jangan pernah menahanku untuk melakukan apa yang ku mau "
Tanpa pikir panjang Naruto mengangguk tanpa tau apa yang akan terjadi padanya.
Chup
" kalau begitu tanda tangan disini sayang "
Tangan Sasuke menuntun tangan Naruto yang memegang bulpoin ke sisi kiri dimana nama Naruto telah tertulis disana.
" bagus, sekarang aku bisa tenang "
" ...... "
" ah... Satu lagi, pernikahan kita seminggu lagi..... Jugo "
Belum juga Naruto membantah, pintu ruang kepala sekolah terbuka. Masuklah pria tinggi besar berambut orange membungkuk kepada Sasuke.
" bawa ini ke kantor catatan sipil "
" hai "
*
*
" dia sudah bergerak... Danzo, kau tau apa yang harus kau lakuakan "
" ya... Uchiha-sama "
Wanita tua itu menatap datar pria suruhannya yang barusaja memasuki kantor catatan sipil setelah Jugo keluar 10 yang lalu.
" sayangnya rencanamu takkan terwujut, cucuku "
*
*
Restoran sore ini tak terlalu ramai hingga Mikoto tak harus menunggu lama Naruto selesai menjamu tamu.
Sore ini ia berencana akan mengajak Naruto untuk ke butik. Ia meninggalkan putra keduanya dirumah dan membawa cucunya bersamanya. Putranya itu tengah menghendel Karin yang sejak siang tadi dirumah.
" ma'af membuat ibu menunggu lama "
" tidak juga.... Tempatnya nyaman, aku suka "
" terima kasih "
Menma sudah berpindah tangan ke gendongan Naruto.
" silahkan diminum ibu, itu teh krisan "
" aku sudah meminumnya tadi dan rasanya sangat enak "
Naruto menunduk menatap Menma yang menarik-narik kemeja bagian dadanya. Ah... Ia tau apa yang putranya ingin sekarang.
" emm ibu ma'af, sepertinya Menma haus jadi aku akan menyusuinya "
" bawalah "
Setelah Naruto pergi Mikoto menatap kelakuan putra pertamanya yang sekarang tengah mengganggu Nagato di kasir.
" ck, pria bodoh. Jika suka kenapa tak mengatakannya saja "
Gumamnya.
Taklama kemudian datang pria tampan berambut orange dengan tindikan di wajahnya, mendekati tempat kasir. Pria itu terlihat berpelukan dengan Nagato, dan dia juga bisa melihat wajah Nagato beberapakali tersipu saat pria bertindik itu menggodanya.
" oh, sepertinya kau memiliki saingan yang cukup berat "
Itachi menatab bingung ibunya yang mengepalkan tangan ke arahnya, seperti memberi semangat. Wah, apa dia di beri lampu hijau.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc
Aq come back.. Ini up cepat aq No Edit... Sekali lagi No Edit...
Ok see ya.. Bay bay..... Bow
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro