bab 1
*
Ckitt~
Sebuah BMW hitam barusaja terparkir di parkiran khusus guru di KHS. Sang pengemudi yang menjabat sebagai kepala sekolah di sana tengah mencoba membujuk sang putra agar berpindah ke gendongannya.
" ayo sayang, kaa-san harus belajar sekarang. Hn? "
Tapi balita itu acuh tak acuh, bahkan wajahnya tak menatap ayahnya yang sekarang tengah frustasi karna sikapnnya. Dia malah membenamkan kepalanya di dada sintal milik ibunya.
Sedangkan sebelah tangan remaja pirang yang memakai seragam KHS itu sibuk mengelus sayang kepala balita yang ada di pangkuannya.
" tak apa sasu-nii aku akan mengantar sampai ruangan nii-san "
" ha'ah baiklah... Ma'afkan aku sayang "
Tangan putih itu mengelus kepala bersurai pirang di sampingnya dengan tatapan tak enak.
" tak apa "
Setelahnya mereka milih keluar dari mobil dengan seorang balita yang masih berada di gendongan remaja pirang.
Sepanjang perjalanan menuju ruangan Sasuke a.k.a kepala sekolah, mereka hanya diam. Ck.... Canggung. Hanya terdengar selotehan khas bayi dari Menma.
Yaa mau bagaimana lagi, walau Naruto sudah mengingat semuanya tapi tetap saja masih terasa canggung untuk memulai. Apa lagi Sasuke yang dasarnya bersifat dingin, ditambah dengan status Sasuke yang sekarang menjabat sebagai kepala sekolahnya ia malah merasa enggan.
Bukan tak mau hanya tak bisa. Status mereka yang sekarang adalah murit dan kepala sekolah membuat Naruto takut jika semua orang di KHS tau jika mereka punya hubungan khusus hingga menghasilkan buah, akan mencemooh Sasuke.
Naruto tersenyum miris mengingat hubungan yang ia jalin dengan Sasuke. Mereka sepasang kekasih itu lumrah karna di Konoha sudah dilegalkan hubungan sejenis.
Yang menjadi masalah adalah status dan strata mereka yang berbeda, jauh berbeda. Hubungan yang tak direstui dan perbuatan terlarang mereka yang terlewat batas hingga menghasilkan Menma sebelum mereka menikah, membuatnya terasa semakin kerdil dimata semua orang.
Tapi ia tak menyesali adanya Menma di antara mereka, karna putra tercintanya itu yang membuatnya sekarang bisa dekat dengan Sasukenya lagi setelah ia amnesia.
" naru!.... Hey, lov kau mendengar ku ?"
Naruto tersadar saat sebuah telapak tangan besar menyentuh pipi kanannya. Ia mendongak menatap Sasuke yang memandang khawatir padanya.
" kau tak apa?"
Naruto memandang sekelilingnya. Ah... Mereka sudah sampai di depan pintu ruangan Sasuke. Ia tersenyum dan menggeleng untuk membalas pertanyaan Sasuke.
" kau yakin ?"
" ya "
Ia memberikan Menma pada Sasuke yang dengan jelas menimbulkan protesan dari putranya itu.
Ia tersenyum melihat Menma mencebilkan bibirnya mewek #ahbahasaku. Matanya berkaca-kaca menatap padanya. Ia membingkai sisi wajah Menma dengan ke dua tangannya. Menarik-narik bibir bawah putranya yang maju dengan gemas.
" anak kaa-san yang tampan -"
" tou-san juga sayang "
Naruto merengut, karna kata-katanya yang terpotong.
" baiklah-baik, Menma sayang anak kaa-san dan tou-san yang tampan. Jika kau bersikap baik selama kaa-san belajar maka nanti kaa-san akan mengajakmu jalan-jalan saat istirahat nanti, ok!"
Menma semakin merengut, tapi tak dipungkiri ia mengangguk walau tak terlalu mengerti apa yang di katakan oleh ibunya.
" anak pintar "
Naruto mengusak rambut hutam Menma. Sasuke hanya dapat tersenyum tipis melihat interaksi keduanya.
" ingat jangan nakal pada tou-san, mengerti..... Ano nii-san, aku pergi dulu "
" hn, belajarlah yang rajin "
" dada Menma-chan "
Naruto melambaikan tangan sebelum berbalik pergi yang dibalas lambaian tangan mungil Menma walau dengan bantuan Sasuke. Dengan wajah takrela Menma melepas kepergian Naruto.
*
Naruto masih ingat pertama kali pamannya bertemu dengan Sasuke. Saat itu dia barusaja keluar dari rumah sakit karna alerginya kambuh sehingga membutuhkan perawatan. Sasuke menemaninya bermalam di rumah sakit, dan esoknya ia diantar pulang oleh Sasuke.
Ekspresi kaget dari sang paman membuatnya bingung saat pamannya menatap dengan wajah mengeras pada sasuke. Bahkan pamannya mengusir pria itu dari rumah mereka. Menyuruhnya menjauh bahkan menawarkan pindah sekolah saat ia memberitaujika Sasuke adalah kepala sekolah baru disana.
Tapi mendengar penjelasan pamannya di rumah sakit saat ia mendapat insiden kecil di festival sekolah, ia merasa alasan itu memang masuk akal. Kebencian pamannya terhadap keluarga Uchiha yang mengakibatkan ia menderita selama ini.
Ha'ah memikirkannya saja membuatnya pusing. Tapi dia cukup tenang sekarang, karna adanya Sasuke di sisinya lagi tapi.....
" haaaah, aku bisa gila "
Tak menutup kemungkinan mereka akan memisahkannya lagi dari Sasuke.
Ia terus berjalan melewati kolidor sekolah, masih dengan isi kepala yang memikirkan banyak hal.
*
" melihat apa yang dia perbuat padamu membuatku marah. Meninggalkanmu saat kau hamil dan dutuh perhatian lebih itu tidaklah benar "
" tapi paman, itu pekerjaannya dan-"
" disaat kedudukannya setinggi itu untuk bisa memerintahkan orang kepercayaannya pergi apa itu sulit? "
" tapi- "
" seharusnya kau tau tua bangka itu membuatnya jauh darimu. Untuk menjauhkan kalian, hingga dia tak tau apa yang terjadi padamu !"
" t-tapi pa-"
" apa yang dikatakan pamanmu benar naru, apa yang kulakukan memang salah. Tapi kebohongannya tentangmu tidak aku benarkan "
Sasuke menatap tajam pria di depannya yang seumuran dengan kakanya itu.
" lalu kenapa. Masih untung aku memberikan Menma padamu agar kau bisa merawatnya, memberinya status dan terhindar dari cemoohan "
Mereka semakin menunduk sedih, Sasuke tau setidahnya ia bersyukur bahwa Menma berada di dekapannya setelah dia lahir hingga dia tak mendapat pengalahan hidup buruk karna cemoohan dan tatapan tak suka banyak orang.
" tapi tetap saja apa yang paman lakukan salah, dengan mengatakan Naruto meninggal saat itu "
" aku hanya memberimu pelajaran sedikit "
Dengus Nagato.
" cih "
" lalu kau pikir bagaimana perasaanku? Keponakanku hamil padahal dia pria. Tanpa menikah diusianya yang belia, dan itu karna ulahmu "
Mereka hanya bisa terdiam mendengar perkataan Nagato.
" apa ? mau mengelak ?!"
Naruto menggeleng menatap wajah galak pamannya. Ia mengeratkan pelukannya pada Menma, bibirnya mengerucut kesal. Pamannya itu dengan tidak langsung menyuruh Sasuke untuk memperjelas status mereka dengan sebuah ikatan.
" paman tenang saja, aku sudah mengurus semuanya. Tinggal menunggu usia Naru-chan genap 17 thn"
Naruto tersentak menatap Sasuke dengan tak percaya.
" aku sudah mendaftarkan pernikahan kita di kantor sipil. Sudah lama sejak aku tau kau hamil, ha'ah hanya saja kekek selalu punya celah untuk mengecohku dulu. Tapi tidak untuk sekarang"
" bagus, dan aku ingin itu secepatnya. Sebelum ada Menma ke2 dan yang lainnya hadir "
Ya tuhan.... Setiap ia memikirkan sindiran pedas pamannya itu pipinya selalu bisa memerah sepirti kepiting rebus.
" Naruto, kau mes- Aduh"
Karna tak memperhatikan jalan, dahinya sukses membentur dinding. Otomatis Naruto langsung berjongkok dengan tangan mengusap dahinya yang sakit.
Klinting~
(Anggep suara koin yang membentur lantai )
Naruto mengernyit tak mengerti, sebelah tangannya memungut benda logam itu.
" ck, kasihan sekali. Setidaknya jika ingin melakukannya cari tenpat yang ramai. Merepotkan "
Maruto memgerjap. Sialan.... Akhirnya ia mengerti apa yang dimaksud pemuda itu.
" sialan kau Shika. YAH , KEMARI KAU !!"
Akhirnya suasana sepi di sana tergantian oleh suara tawa menbahana Shikamaru yang terus berlari menghindari amukan Naruto di belakangnya yang terussaja mengumpati teman seperjuangannya itu.
Enak saja Shikamaru itu, ia yang tampan dengan kulit exotis mata biru seperti bule itu malah disamakan dengan pengemis.
*
*
*
Tbc
Hay hay.... Aq kembali lagi dengan sequel Uchiha Kouchou...
Ma'af jika pendek dan tak sesuai... Atau malah banyak typo...
Haha maklumin yaaa...
See you next cap.... Bay bay... Bow. .
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro