Sembilanbelas
Keira's POV
Aku tidak mengerti kenapa Nicholas bersikeras ingin ikut pulang denganku.
Tapi di satu sisi, perasaan panik yang sempat menyerangku, mendadak menghilang entah kemana saat tahu kalau Nicholas akan ada bersamaku.
Tapi apa yang harus ku katakan kepada keluargaku mengenai Nicholas? Aku harus memperkenalkan Nicholas sebagai apa?
Bosku? Pacarku? Tunanganku? Objek fantasiku? Orang yang ingin ku telanjangi?
Huss! Hentikan pemikiran kurang ajarmu!! Gerutu hatiku.
Aku berharap Kak Kenneth sudah berangkat kerja begitu kami sampai nanti. Aku tidak tahu harus mengatakan apa dan harus berbuat apa kalau kak Kenneth sampai melihat Nicholas.
Apa kak Kenneth akan membunuhnya ditempat? Oh tidak, jangan!
Demi Tuhan, aku masih belum bisa menikmati tubuh dan kejantanan besar milik Nicholas itu secara sadar!
Aku akan membunuh kak Kenneth kalau dirinya berani membunuh Nicholasku!
Oops! Apa yang kupikirkan barusan? Berdekatan terlalu lama dengan Nicholas, mampu membuat otakku lumpuh!
Bayangan kejantanan Nicholas terus membayangiku semejak aku bangun tidur yang secara mengejutkan, sangat pulas.
Aku melirik kearah Nicholas yang sedang menyetir sambil berbicara melalui Earphone entah kepada siapa. Lalu mata kurang ajar milikku turun melirik kearah Kejantanan Nicholas yang terbalut rapih oleh celana bahannya.
Kejantanan itu yang mengambil keperawananku dulu? Oh... aku menyesal tidak dapat melihat semua itu dan merasakannya sendiri selain rasa nyeri setelahnya.
Perasaan apa ini? Kenapa jantungku berdebar seperti ini? Bukankah seharusnya aku membenci Nicholas?
"EHEM!!!"
Aku mengerjap dan mendongak, mengalihkan pandanganku dari kejantanan Nicholas dan menatap mata sang pemilik yang berada dekat denganku.
Bukan. Nicholas tidak mendekat padaku, tapi sebaliknya.
Aku terlonjak dan segera membenarkan posisiku yang secara tidak sadar, selama aku melamun, tubuhku bergerak maju mendekati kejantanan Nicholas yang baru ku perhatikan lagi, seperti sedikit menonjol di bandingkan tadi.
"Lo ngelamunin apaan sampai ngeliatin ehem gue dengan tampang mupeng gitu?" Tanyanya.
Sial! Dia seperti sedang menahan tawanya.
"Siapa yang ngeliatin?! G-gue cuman... ngantuk! Iya ngantuk!" Elakku, membuang muka kearah jendela.
"Oh ya?" Tanyanya tidak terdengar kaget. "Gue kira lo bakalan melucuti celana gue kalau gak gue sadarin tadi." Sindirnya yang membuatku meringis.
Ah!! Ku tarik dan kuralat keinginanku lagi! Kalau kak Kenneth membunuh Nicholas ditempat, aku akan membantunya dengan menyiapkan pisau dapur untuk menguliti Nicholas nanti!!
"Lo tahu? Lo itu cewek terunik yang pernah gue temuin." Ujar Nicholas.
So? Dikira gue barang? Barang unik? Barang antik? Kurang asem. Aku mendengus meladeni ucapannya barusan.
Nicholas kemudian tertawa dan kurasakan tangan besar milik Nicholas menyentuh puncak kepalaku dan sedikit membelainya dengan lembut.
"I'll never get bored at you, Kei." Ujarnya.
Apa itu sebuah pujian? Atau hanya berupa perumpamaan? Aku tidak tahu. Tapi jantungku menghangat bersamaan dengan belaian lembut di puncak kepalaku.
*
Let me get this clear.
Tujuan ku kembali kerumah pagi ini, adalah menjenguk sekaligus memaksa Kelly untuk makan, lalu berbicara sebentar dengan Mommy -dan Daddy beserta kak Kenneth kalau mereka ada di rumah-, lalu keluar dari Apartemen ini bersama Nicholas IN PEACE!
Tapi kenapa....?
Seharusnya aku memukul kepala Nicholas sampai pingsan saat di basement tadi, sehingga dirinya tidak ikut bersamaku sekarang.
Begitu aku memasukan kode kombinasi Apartemen Daddy, ketiga orang diatas yang sedang berbicara di ruang tamu, langsung mengarahkan pandangan matanya menatapku. Terkecuali kak Kenneth yang langsung menatap tajam Nicholas seakan siap mengeluarkan seluruh jurus karate, judo, dan ilmu bela diri yang dia tekuni.
Alhasil, aku masih belum bertemu dengan Kelly setelah tiga puluh menit menginjakkan kaki disini.
Tatapan mata tajam milik Daddy dan Kak Kenneth menatap Nicholas dari ujung kaki ke ujung kepala. Sedangkan Mommy, matanya berbinar menatapku dan Nicholas bergantian.
Nicholas berdeham lalu berdiri dan menjulurkan tangannya kedapa Daddy yang masih duduk di hadapan kami sambil tersenyum.
"Perkenalkan, Om, Tante. Saya Nicholas Tyler. Teman SMA Keira dan juga Kenneth." Sapanya.
Daddy, masih dengan tatapan tajam, membalas uluran tangan Nicholas dan menjabatnya. Mommy juga melakukan hal yang sama, tapi tentu saja dengan mata yang mengerling menggodaku.
Kak Kenneth mendengus di samping Daddy, "Gue gak merasa punya teman SMA seperti lo." Dengusnya pelan yang kemudian dihadihi pukulan di pahanya oleh Mommy.
"Sopan sedikit sama tamu!" Omel Mommy. Matanya beralih menatap Nicholas dan Tersenyum, "Duduk, Nic. Diminum dulu minumannya." Jamu Mommy dengan pancaran mata yang mengartikan berjuta arti.
Nicholas kembali duduk di sampingku tanpa memperdulikan dengusan Kak Kenneth. Saat Nicholas mengambil gelas yang disuguhkan untuk diminum, aku berbisik kepadanya, "Awas, ada peletnya."
Nicholas menyunggingkan senyumnya, lalu membalas bisikanku, "Dipelet sama lo? Rela kok." Aku melotot menatapnya yang dengan santai meminum jus jeruk di tangannya.
"Jadi... kenapa sepagi ini kalian bisa sama-sama?" Tanya Mommy tertarik untuk menggoda dan mengorek informasi.
Aku tahu, pasti Mommy sudah memasukan Nicholas kedalam daftar potensial calon menantu miliknya. Yang bisa kupastikan, Mustahil!
"Ngapain lo disini?!" Seru Kak Kenneth tidak bersahabat. "Awww..."
Mommy mencubit pinggang kak Kenneth sambil menatapnya tajam. "Sopan!!!" Desis Mommy. Lalu beralih menatap Nicholas dengan senyumannya. "Nicholas sepagi ini ke sini, sudah sarapan? Mau sarapan bersama?" Tanya Mommy.
"Apa pekerjaan kamu?!" Selidik Daddy, tidak mengindahkan Mommy yang tengah mengajak Nicholas untuk sarapan.
"Ya?" Nicholas mengerjap menatap Daddy.
"Apa yang membuatmu yakin bisa pulang dengan selamat dari sini?! Meskipun kamu teman SMA anak-anak om, tapi om tidak akan membiarkan anak om dekat dengan laki-laki tidak jelas asal usul--- aw aw aw kakikuuu!!!"
"Gue lagi ngomong, onta!" Seru Mommy sambil berdiri dan berkacak pinggang menatap Daddy dan kak Kenneth. "Kalian ini kenapa sih?! Baru pertama kali Keira membawa laki-laki pulang, yang berarti dia itu normal dan tidak menyimpang! Kenapa harus kalian introgasi?! Kalian mau Keira tidak menikah-menikah hanya karena kalian tidak bisa bersikap ramah terhadap laki-laki pilihan Keira?!" Sewot Mommy.
Wajahku memerah. Ingin rasanya mengubur mukaku kedalam tahan yang dalam. Kenapa juga Mommy harus mengatakan hal memalukan itu di hadapan Nicholas?
"Kalau kalian tidak bisa bersikap ramah, lebih baik kalian masuk ke kamar kalian masing-masing!" Seru Mommy yang membuat kedua laki-laki itu terdiam.
Bukan rahasia lagi kalau ucapan dan perintah Mommy itu tidak terbantahkan, bahkan oleh Daddy sendiri.
Tapi tunggu...
"Mom!! Aku dan Nicholas tidak ada apapun!!" Aku melotot menatap Mommy yang sudah salah kaprah mengira aku membawa Nicholas untuk dikenalkan sebagai pacar.
"Apa maksud kamu?!" Sewot Mommy berbalik menatapku seram.
"Mom, Nicholas dan aku hanya atasan dan bawahan. Nicholas adalah CEO tempat aku bekerja sebagai Brand Ambassador. Dan lagi, dia bukan laki-laki pilihanku seperti ucapan Mommy barusan." Lurusku. Merinding rasanya kalau aku sampai memilih Nicholas untuk menjadi pasangan hidupku. Bisa-bisa, perang dunia terus setiap hari mengingat aku seharusnya membenci dia, bukan mencintai dia.
Helaan nafas lega keluar dari bibir Daddy. Sedangkan kak Kenneth masih menatap Nicholas tajam. Mom masih berkacak pinggang menatapku.
Aku menyadadari kalau Nicholas menatapku, tapi kuabaikan.
"Aku kemari hanya ingin menjenguk Kelly, dan kebetulan... ehm... aku kebetulan bertemu dengan Nicholas yang memberiku tumpangan kemari. Begitu, kan?" Aku melirik kearah Nicholas, meminta bantuan darinya untuk membenarkan pernyataanku, tapi yang keluar hanya helaan nafas setelah mendapat tatapan yang tidak ku ketahui maksudnya.
"Kemana mobilmu?" Tanya Mommy masih tidak mau melepaskanku.
"Ehm... m-masuk bengkel." Dosa deh gue dosa, bohong mulu sama orang tua. Kutuk hatiku sendiri.
Mom menatapku dan Nicholas bergantian seakan sedang menyelidiki kebenaran dari ucapanku barusan, lalu menghela nafas dan membanting bokongnya kesofa lagi.
"Mom kira kalau anak Mom yang lain akan segera menyusul kakaknya untuk segera menikah. Ternyata penantian Mom masih harus menunggu waktu yang panjang." Cicit Mommy, entah pura-pura kecewa, atau benar-benar kecewa.
Aku jadi merasa bersalah sekarang.
Hening. Keheningan melanda kami berlima di ruang tamu. Tidak satupun dari kami berniat membuka percakapan setelah kekecewaan Mommy barusan, tapi hanya satu manusia idiot yang sudah bosan hidup menyuarakan topik yang membahayakan nyawanya.
"Alleira apa kabar, Ken?"
Aku sontak menatap kak Kenneth dan mencubit pinggang Nicholas yang sengaja atau tidak sengaja mengangkat topik itu di depan kak Kenneth.
"Baik, thanks for Asking." Jawab kak Kenneth, sama sekali tidak terdengar ramah.
"Gue denger dari Keira, kalian bentar lagi udah mau menikah ya?" Wah... kenapa gue harus dibawa-bawa? Bisa kurasakan sekarang tatapam tajam kak Kenneth mengarah kepadaku.
Seperti sebuah telepati, aku bisa merasakan kalau kak Kenneth tengah mengatakan sesuatu melalui tatapan matanya yang kurang lebih berbunyi, "Gue sidang lo nanti, pengkhianat!" Seperti itu lah kira-kira ancamamnya. Alhasil aku langsung menunduk, memutuskan kontak mata itu.
"Selamat ya untuk kalian." Ucap Nicholas seakan tidak bisa membaca keadaan.
"Kamu kenal sama Alleira juga?" Tanya Mommy.
"Kenal, Tante. Dulu kami sempat dekat." Jawab Nicholas yang benar-benar tidak peka kalau nyawanya sudah berada diujung tanduk sekarang.
"EHEM!!!" Kak Kenneth berdeham dengan keras.
"Sebelum saya tahu kalau Kenneth adalah tunangan Alleira, tentu saja." Ujar Nicholas tenang. Aku melirik ke wajah Nicholas dari posisiku yang merunduk dan aku mendapati senyum di bibir Nicholas.
"Lalu, bagaimana pendapatmu mengenai Keira?" Tanya Mommy masih tidak mau menyerah.
"Mom!!!"
"Via!!!"
Aku dan Daddy serempak memprotes pada Mom.
"Apa sih?! Meskipun Atasan, bukan berarti Nicholas dan Keira tidak boleh saling cinta, kan?!" Protes Mommy tidak terima. "Benar begitu, kan, Nicholas?"
"I-iya... tante." Jawab Nicholas salah tingkah.
Kenapa juga Nicholas baru salah tingkah sekarang? Seharusnya dia sudah harus salah tingkah sejak mata tajam kak Kenneth mengarah kepadanya.
"Jadi, jadi... gimana? Pendapat kamu tentang Keira? Keira cantik kok, baik juga. Sudah cukup dewasa dan bisa mengurus kamu dengan baik juga nantinya. Sudah cocok untuk di jadikan is--"
"MOMMY!!!" Pekikku. Wajahku sudah memerah menahan malu. Aku seperti sedang diobral oleh Mommyku sendiri. Apa sebegitu mengenaskannya diriku sampai harus di obral seperti ini?
Daddy hanya bisa geleng-geleng kepala mendengar Mommy. Tidak ada yang bisa membantuku. Bahkan Kak kenneth saja sudah menahan tawanya dibalik wajah tegas yang sedang dia usahakan untuk menakuti Nicholas di sampingku ini.
"Sudahlah!" Aku segera menarik tangan Nicholas untuk berdiri dan menariknya berjalan kearah kamar Kelly, meninggalkan kedua orangtuaku dan kak Kenneth.
Mommy masih tidak mau melepaskanku, beliau masih berteriak kalau pembicaraannya belum selesai, dan mengutukku tidak sopan karena mengabaikannya.
Sekali ini saja, Mom. Maafkan Keira. Wajah Keira akan terbakar sebentar lagi kalau tidak segera kabur. Sesal batinku.
"Keluarga lo lucu ya." Komentar Nicholas dibelakangku.
"Is that a compliment, or a joke? Lo masih berada di apartemen keluarga gue. Lo bisa aja pulang gak selamat kalau berani macam-macam." Ancamku tanpa menatapnya.
"Gue Aware kok. Dan gue gak lagi bercanda." Ujarnya. Aku berhenti menariknya dan kami berhenti tepat di depan kamar Kelly yang terletak lumayan jauh dari ruang tamu. Aku berbalik dan menatap Nicholas yang tersenyum kepadaku. Ya masa senyum sama pintu?! "Gue selalu berharap punya keluarga sehangat ini." Ucapnya lembut sambil menyelipkan rambutku di telinga.
Jantungku kembali berulah mendengar ketulusan dari ucapan Nicholas barusan. Aku bisa merasakan sorot kehangatan, kesepian dan kesedihan secara bersamaan dari sorot matanya.
Apakah ini ada pengaruhnya dengan jarak kami yang terlalu dekat, atau lorong kamar Kelly yang terlalu sempit. Tapi seakan jarak itu tidak memiliki arti berarti.
Aku masih terkunci oleh sorot matanya yang menenangkan, dan mengabaikan degup jantungku yang seakan memprotes keluar dari tempatnya. Terlebih saat kami sadari kalau jarak diantara kami semakin menipis.
Tangannya yang tadi memainkan rambutku, menahan pipiku. Wajah Nicholas semakin mendekat, memperkecil jarak diantara kami.
Aku tahu kalau ini bukanlah ciuman pertamaku, tapi aku tetap merasa gugup. Lebih gugup dari pada harus beradegan mesra di depan kamera.
Aku memejamkan mataku, menanti datangnya bibir lembut milik Nicholas untuk menyentuh bibirku.
"Kak Keira?"
Aku membuka mataku dengan cepat. Bisa kulihat dalam satu centi lagi, bibir Nicholas akan menempel di bibirku dan panggilan barusan seakan menyadarkan dan menyelamatkanku dari situasi awkward yang seharusnya tidak terjadi.
Secepat kilat aku mendorong tubuh Nicholas yang juga sama terkejutnya begitu mendengar suara Kelly yang tiba-tiba membuka pintu dan memanggilku dirinya langsung berbalik memunggungiku. Bodoh sekali!
"Kakak ngapain?" Tanya Kelly.
Aku yang tadinya membelakangi pintu kamar Kelly, kini berbalik menatap Kelly dengan raut wajah yang pastinya merah seperti kepiting rebus.
"T-Tidak... Kakak hanya mau menjenguk kamu. Kamu sudah baikkan?" Tanyaku yang dibalas dengan senyuman lemah di bibirnya.
"Sudah lebih baik." Jawabnya.
Ck! Aku berkacak pinggang menatapnya dan mengerutkan alisku. Hendak memulai ceramah singkatku. "Kamu tuh sampai kapan mau terpuruk gini sih, kel? Gak ada untungnya untuk kamu. Kamu sampai sakit gini juga laki-laki itu tidak peduli. Kamu seharusnya lebih menghargai dirimu sendiri dan menyayangi diri kamu." Omelku.
"Iya, kak. Kelly ngerti." Jawabnya sambil tersenyum, namun aku tahu dia memaksakan senyumnya itu.
"Kamu makan ya, kel? Kasihan papa sama mama." Ujarku sambil memeluk tubuh kelly yang sudah tidak kecil lagi.
"Kakak datang sama siapa?" Tanyanya sambil menguraikan pelukanku. Matanya lekat menatap punggung Nicholas yang masih memunggungi kami.
Apa Nicholas se-salah tingkah itu?
"Ini bos di perusahaan di tempat kakak bekerja menjadi model." ujarku sambil menarik kemeja Nicholas untuk berbalik yang anehnya sama sekali tidak digubris olehnya. Dirinya masih tetap membelakangi kami. "Nic... woy... eh kadal buluk!" Panggilku sambil menarik-narik kemejanya.
Setelah beberapa detik, aku bisa mendengar Nicholas menghela nafas panjang lalu berbalik.
Sebegitu salah tingkahnya dia ketahuan hampir menciumku? Lagian main sosor aja sih!
"Ini kenalin. Adik gue, Kelly Agnesia McKenzie. Kel, kenalin, ini Nicholas Tyler, atasan Kakak dan teman sekolah kakak dulu." Ujarku bergantian memperkenalkan kedua orang ini.
"Hai... Nicholas Tyler. Senang berkenalan denganmu, Kelly." Ujar Nicholas sambil tersenyum dan menjulurkan tangannya, namun aku merasa senyum Nicholas terlihat aneh.
Beberapa detik, Uluran tangan Nicholas tidak di sambut oleh Kelly. Aku melirik kearah Kelly yang menatap lekat Nicholas. Wajahnya memucat.
Apa sebegitu dahsyat pesona ketampanan Nicholas sampai membuat Kelly lupa kalau beberapa menit yang lalu, dirinya baru saja hampir menangis akibat patah hati?
Aku menyiku pinggang Kelly untuk membangunkannya dari lamunan.
"O-oh... Kelly Agnesia McKenzie. Senang bertemu dengan anda, dan selamat datang di Los Angeles." Ujarnya datar sambil menjabat tangan Nicholas.
"Er... For your Information, Kel. Nicholas memang tinggal dan berasal dari Los Angeles." Ujarku menatap Kelly dan Nicholas yang bertatapan intens tanpa melepas jabatan tangannya.
Nicholas masih tersenyum, sedangkan Kelly hanya menatap datar Nicholas dengan tatapan yang.... entahlah apa aku benar mengartikannya, tapi aku merasa kalau Kelly menatap Nicholas dengan penuh rasa sakit dan kecewa.
"Oh, benarkah?" Tanya Kelly tanpa menatapku. "Aku kira kak Nicholas baru tiba dari New York." Ucapnya yang membuatku mengernyit.
"Kamu kenal Nicholas?" Tanyaku pada Kelly.
Kelly mendengus dan melepas jabatan tangannya. Wajahnya datar dan menatap mataku. "Tidak." Jawabnya. "Aku sama sekali tidak mengenalnya." Ucapannya terasa tajam ditelingaku.
Sebenarnya ada apa dengan Kelly? Kenapa mendadak aku merasakan aura dingin dan juga pancaran kebencian dari dirinya?
"Aku permisi, Kak. Kalau tidak ada hal lain lagi, kakak bisa pulang. Aku mau istirahat lagi." Ujar Kelly kembali masuk kedalam kamarnya.
Sebelum pintu tertutup, aku menahan gagang pintu itu. "Are you Ok?" Tanyaku bingung.
"I'm Fine, Kak." Jawabnya pelan.
Aku menghela nafas dan melepas peganganku pada gagang pintu, membiarkan Kelly menutup pintu kamarnya rapat.
"Jangan mogok makan lagi ya, Kel." Ujarku, entah di dengar atau tidak.
Aku berbalik dan menatap Nicholas yang sudah tidak tersenyum, namun menatap datar pintu kamar Kelly.
"Maaf ya, Dia lagi patah hati. Biasalah, ABG labil." Ujarku mencobs tertawa, diikuti oleh tawa Nicholas yang aku tidak merasa mengenal tawa itu. Tawa yang sangat dipaksakan.
"Dia adik lo?" Tanyanya terdengar serius.
"Lah, emang tadi gue kenalinnya apaan?" Aku balik bertanya. "Kenapa? Lo suka? Naksir?" Tanyaku menyelidik.
Dia tertawa mendengar pertanyaanku, namun sekali lagi. Aku merasa berbeda dengan tawa Nicholas.
"Gak apa-apa. Hanya memastikan." Jawab Nicholas yang sama sekali tidak membuatku puas. "Gue harus balik kantor sekarang. Lo mau ikut?" Tanyanya.
"Kayaknya gue balik ke apartemen gue aja deh sekalian ngambil mobil sama ambil beberapa barang kebutuhan gue. Drop gue disana, bisa?" Tanyaku setelah berpikir sebentar.
Nicholas tersenyum mengiyakan. "Yuk." Ajaknya sambil berjalan mendahuluiku.
Sebelum mengikuti Nicholas, aku berbalik melihat pintu kamar Kelly dan aku berani bersumpah kalau aku mendengar isakkan Kelly di balik pintu ini.
Apa yang sebenarnya terjadi?
***
Tbc
HAIIII *Ngumpet, takut ditimpuk batu*
Makasih ya yang sudah setia menunggu. Maaf banget updatenya lama.
Idea didn't come so easily. Dan sekali lagi, author memang berhati" untuk cerita yang satu ini karena banyak jebakan rahasia yang bisa aja kebongkar kalau author ga pinter-pinter umpetin.
Author juga belakangan sibuk banget sampe kurang istirahat dan sakit, jadi tolong jangan ditodong ya :')
Mendapat ide untuk menulis itu susah-susah gampang tau! Hahaha
Kabar baik, Dirty Marriage akan siap terbit sebentar lagi! Ditunggu ya kalian kalian para readers tercinta author!!! 😚
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro