Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Sembilan

Keira's POV

Aku mengerjap untuk membiasakan cahaya yang masuk kedalam pelupuk mataku pagi ini.

Aroma maskulin yang sedikit familiar menyapa indra penciumanku. Kesadaranku perlahan merasuki bersamaan dengan sakit kepala yang kurasakan akibat hangover.

Seberapa banyak yang aku minum kemarin?

Hal yang kuingat adalah aku sedang terlalu memikirkan ucapan Kinny dan berusaha melarikan rasa stressku dengan menikmati alkohol.

Flashback On

"Kei, Sebagai sahabat yang baik dan cantik, dan setelah gue pikir ulang, gue gak setuju sama keputusan lo untuk menjalani tunangan pura-pura ini sama Nicholas." Komentar Kinny setelah Hayley meninggalkan kami di apartemenku.

"Gak setuju dimana lagi sih, Kin? Lagian ini tuh cuman pura-pura. Kalau gak di depan keluarganya juga gue gak akan mau deket-deket sama Nicholas." Ujarku sedikit jengah. "Lagipula ini win-win solution. Gue dapet kerjaan gue balik, dan dia gak perlu di jodohin."

"Terus pacarnya?" Tanya Kinny yang membuatku mengetnyit tidak mengerti.

"Kenapa?" Tanyaku menyuarakan kebingunganku.

"Kalau tiba-tiba Pacarnya siap nikah, dan muncul di hadapan orang tua nicholas, apa tanggapan Orang tua Nicholas kepada lo? Dan lagi, lo tau dunia Selebritis tuh kejam dan gak sebego itu. Seberapa keras lo menyimpan rahasia, pasti hubungan lo dan Nicholas yang hanya pura-pura akan terbongkar di media. Apa pacarnya akan diam saja melihat pacarnya punya tunangan?" Jelas Kinny panjang lebar.

"Ya kan kita hanya pura-pura di depan..."

"Apa lo yakin keluarga Nicholas gak akan bilang ke Media kalau Anaknya, Anak satu-satunya, kebanggaan mereka, Penerus Tyler Enterprise itu akan segera menikah? Media juga pasti akan tertarik mengekspos kehidupan pengusaha Muda, Kaya, Tampan kayak Nicholas." Potong Kinny yang terdengar masuk akal.

Tidak ada jaminan kalau hubungan kami tidak akan terekspos kemedia meskipun ini semua adalah hubungan palsu. Dan lebih parah kalau sampai hubungan palsu kami terbongkar. Karirku akan hancur seketika kalau pacarnya tiba-tiba muncul saat berita kami terkuak ke media.

Meskipun kemungkinan hubungan kami terkuak adalah 1%, tapi pencegahan lebih baik bukan?

"Lalu? Apa gue harus kerjasama juga sama pacarnya Nicholas untuk menyembunyikan perihal hubungan kami?" Tanyaku mulai gelisah.

"Lo gila? Iya kali pacarnya bakalan ikhlas ngeliat pacarnya punya tunangan meski pura-pura? Kalau gue jadi dia juga kayaknya gue akan ngorbanin pendidikan gue untuk langsung nikah sama Nicholas ketimbang ngeliat pacar gue punya tunangan pura-pura sedangkan pacar resminya di sembunyiin dari media. Secara kehidupan juga udah terjamin berkecukupan." Ujar Kinny yang semakin membuatku stress.

"Terus gue harus apa dong?" Tanyaku bingung. Kegelisahan mulai menggerogotiku.

"Bukannya gue jahat. Tapi sebagai sahabat lo, gue cukup merasa lo adalah pihak yang sangat dirugikan disini." Ujar Kinny seakan sedang memutar arah pembicaraannya. "Dan gue rasa lo berhak menuntut lebih dari sekedar kontrak dan seluruh bayaran yang lo akan terima. Karena kalau Case ini Blow up ke media, bukan hanya karir lo, tapi kehidupan lo akan hancur."

"Hold up, Kin! Sebenarnya apa yang mau lo sampaiin? To the point, Bisa?" Ujarku tidak sabaran. Tentu saja aku sudah tau resiko apa yang aku hadapi, dan Kinny sudah terus menerus mengingatkanku akan hal itu semenjak 30 menit yang lalu.

"Ok... ok... gue akan bilang langsung maksud gue, dan gue harap lo bisa memikirkan matang - matang usul gu..."

"Kin!!!" Potongku lagi sudah mulai geram.

"Minta Nicholas untuk putusin pacarnya." Ujar Kinny yang membuatku terbelalak.

Flashback Off

"Auhhhh.... shhh...."

Aku mengurut pelipisku yang mendadak kembali nyeri mengingat percakapanku dengan Kinny.

Apa aku tidak akan menjadi egois dengan merusak hubungan mereka?
Tapi apa yang dikatakan Kinny ada benarnya, aku adalah pihak yang akan sangat dirugikan nantinya. Dan ketimbang di judge oleh seisi dunia sebagai perusak hubungan orang, akan lebih baik di judge oleh satu orang, yaitu pacarnya Nicholas.

Aku akan membicarakan hal ini pada Nicholas nantinya sebagai syarat tambahan.

Ngomong-ngomong Nicholas... Kenapa kamar ini mirip dengan kamar yang pernah aku tiduri ya?

Dan kalau dulu, pintu di sebelah sana akan terbuka dan Nenek paruh Baya akan muncul sambil membawakan...

"Selamat Pagi, Ms.Keira. Anda sudah bangun?" Pintu tiba-tiba terbuka seperti dejavu. Dan Nenek Paruh baya itu masuk sambil kembali membawa baju yang kemarin ku kenakan.

Mataku terbelalak, segera ku alihkan pandanganku ketubuh polosku dan menatap baju yang ada di tangan Nenek paruh baya itu lagi.

Dan aku bersumpah sebelum aku bernegosiasi dengan Nicholas, aku akan membunuhnya terlebih dahulu!

*

Kemana laki-laki sialan itu?
Hanya karena aku adalah tunangan pura-puranya, bukan berarti dia bisa seenaknya menyentuhku!
Aku akan membunuhnya begitu aku melihat batang hidung mancungnya itu! Aku bersumpah sambil keluar dari kamar begitu selesai berpakaian lagi.

Aku mendapati meja makan yang kosong, tidak seperti kemarin, namun ada satu porsi makanan yang sedang disiapkan oleh Nanny.

Aku celingak celinguk mencari hidung mancung Nicholas ketika Nanny memanggilku. "Nicholas tidak ada disini." Ujarnya.

Oh? Apa aku sangat terlihat sedang mencarinya?
Bagus lah. Dia memang lebih baik lari sebelum ku tampar lagi karena sudah seenaknya memakai tubuhku disaat aku sedang mabuk.

Aku duduk di hadapan makanan yang tadi baru di siapkan oleh Nanny. Terlihat menggiurkan meskipun ini hanya English Breakfast yang sederhana.

"Makanlah." Ujar Nanny sebelum kemudian beranjak hendak meninggalkanku sendiri.

"Nan, uhm... maksudku... begitu kan Nicholas memanggilmu?" Tanyaku bingung.

"Ya, Ms.Keira." jawabnya sambil tersenyum.

"Terima kasih." Ujarku tulus. "Panggil Keira saja sudah cukup."

Nanny kembali tersenyum.

"Apa Nicholas belum bangun?" Tanyaku sebelum Nanny benar-benar pergi.

Sebenarnya aku cukup bingung sejak terakhir kali berada disini. Apa Nanny tidak pernah protes Nicholas membawa perempuan yang tidak dia kenal kedalam sini dan melakukan hal "seperti itu"? Meski Nanny tidak muda lagi dan aku yakin sudah banyak pengalaman tapi tetap saja, bukankah ini hal yang aneh?

"Nicholas bermalam dirumah Orang tuanya setelah mengantar anda kemari." Ujar Nanny penuh dengan hormat. "Dia meminta saya untuk menyiapkan sarapan dan mencuci baju anda sebelum pergi."

Pergi setelah memakai tubuhku? Aku mendengus dalam hati. Aku semakin bersumpah akan membunuh dan melempar tubuhnya untuk makan hiu.

"Anda kelihatannya sangat menghormati Nicholas." Komentarku sambil menikmati makanan di hadapanku. "Anda sudah lama bekerja disini?" Tanpa maksud menyindir, tapi aku benar-benar penasaran kenapa ada orang yang betah bedekatan dengan Nicholas.

Merasa kalau percakapan ini akan memakan waktu lama, Nanny berbalik menatapku. Aku mengisyaratkannya untuk duduk di hadapanku. Aku tidak setega itu untuk membiarkan Nanny berdiri sambil berbicara padaku.

"Saya mengurus Nicholas semenjak dia bayi." Ujar Nanny membuatku sedikit kaget. "Kedua orang tua Nicholas sangat sibuk mengembangkan usaha mereka, jadi aku sudah menganggap Nicholas seperti anakku sendiri."

Jadi Nicholas kurang kasih sayang keluarganya? Pantas saja dia jado liar begitu.

"Sejak kecil, Nicholas sudah di didik dengan keras untuk siap menjadi penerus keluarganya karena dia adalah anak tunggal. Dan dia juga sering menjadi pion untuk mengembangkan perusahaan mereka dengan dijodohkan sana-sini." Lanjut Nanny, pandangannya seakan menerawang.

"Meski dia kekurangan perhatian dari kedua orangtuanya, tapi Nicholas tumbuh menjadi laki-laki yang baik dan penuh tanggung jawab."

Hell yeah? Nanny tidak tahu saja seberapa Iblis anak angkatnya itu.

"Tidak ada dari kami yang pernah memukulnya karena dia selalu bisa membuat kedua orangtua bahkan orang-orang disekitarnya berpuas hati."

Kalimat itu seakan menohokku. Tidak ada? As in Tidak pernah ada yang menampar Nicholas selain aku? Yang benar saja. Apa Nicholas tidak pernah cerita kalau Dia pernah dihajar sampai babak belur oleh kak Kenneth dulu? Aku yakin dia pasti malu.

"Saya tahu ini bukan posisi saya untuk bicara, tapi saya hanya ingin menyampaikan sesuatu. Maaf kalau saya lancang, tapi saya rasa Anda telah salah paham dengan Nicholas kemarin."

"Salah paham?" Ulangku tidak percaya. Ok! Sekarang jelaskan kenapa aku bisa telanjang kalau Nicholas tidak berbuat macam-macam padaku?

"Ya. Waktu itu saya sudah ingin menjelaskannya, tapi Nicholas tidak memperbolehkan. Sebenarnya waktu itu Nicholas membawa anda kesini dalam keadaan mabuk parah, sama seperti semalam. Saya juga bisa melihat noda bekas, maaf... Muntahan di kemeja Nicholas."

Aku terkesiap. Apa aku yang melakukan itu?

"Saya mengikuti Nicholas karena khawatir, meskipun Nicholas mengatakan kalau dia dapat mengatasinya, namun saya tetap mengikuti Nicholas sampai kekamar. Lalu anda..." kalimatnya terpotong. Nanny nampak ragu sebelum melanjutkan kata-katanya yang membuatku kehilangan selera makan, wajahku memanas, dan ingin rasanya aku menenggelamkan diriku ke dasar sungai nil saat ini.

Benarkan Keira yang sedang diceritakan Nanny adalah aku? Atau mungkin Nanny salah orang?

"Nicholas menjelaskan kalau itu adalah kebiasaan anda ketika mabuk. Memang sulit di percaya, tapi itu juga yang terjadi pada anda semalam."

Kebiasaanku? Menelanjangkan diri? Mati saja kamu, Kei!!!

"Kalau waktu itu Nicholas meminta saya tidur bersama Anda agar dia dapat tidur di kamar saya, untuk kemarin, Nicholas memilih untuk pulang ke rumah orang tuanya. Mungkin agar anda tidak salah paham lagi begitu melihat dirinya pagi ini." Sambung Nanny, menatapku sayu seakan menyampaikan kalau dirinya sedang tidak bohong. "Saya bisa menjamin Nicholas tidak macam-macam karena saya mendidiknya tumbuh menjadi laki-laki yang bertanggung jawab dan menghargai perempuan."

"Jadi.... Saya beneran ngigo?" Hanya itu yang bisa aku tanyakan.

Nanny mengangguk.

Gue beneran salah paham? I mean, orang di planet mana yang punya kebiasaan nelanjangin diri kalau mabuk? Dan lagi, meski 2 kali ini Nicholas gak ngapa-ngapain, tapi kenyataan kalau Nicholas udah mengambil keperawanan gue itu gak bisa dibantah. Kaus basket miliknya yang masih ada di lemari gue, dan juga darah keperawanan mengering gue hari itu yang menjadi bukti! Hatiku berperang.

"Maaf saya bicara terlalu banyak. Saya permisi." Pamit Nanny.

"Ehm... Nan." Panggilku sebelum Nanny menghilang, Nanny berbalik menunggu ucapanku selanjutnya. "Terima kasih." Meski sejujurnya aku tidak tahu kenapa aku berterima kasih pada saat ini, tapi aku merasa kalau Apa yang Nanny bicarakan ada benarnya meskipun kebenaran yang sebenarnya hanya diketahui oleh Nicholas dan Tuhan.

*

Nicholas's POV

Aku berkutat dengan Komputerku pagi ini. Aku mencoba memfokuskan isi kepalaku pada layar komputerku tapi terus menerus gagal. Aku tidak bisa bohong kalau kepalaku terus menyerukan pertanyaan tentang 'apa Keira sudah bangun?', 'Apa Keira akan kesini?', 'Atau sudah dalam perjalanan kesini?', 'Atau Keira semakin membenciku karena kembali bangun dikamarku?'

Tidak! Aku tidak ingin mengetahui jawaban pertanyaan terakhir.

Kenapa juga aku terus membiarkan Keira salah paham padaku? Ah.... Aku telah menghancurkan Masa depannya dan telah mendorongnya ke jurang neraka.

Mesin interkomku berbunyi, aku sedikit terkejut dan sempat berharap kalau saja Sekertarisku mengabarkan kalau Keira ada di depan sedang menungguku.

"Speak." Ujarku berusaha berwibawa.

"Mr.Brian Wilkins ingin bertemu anda, Sir." Ujar Angeline.

Brian? As in...

"Persilahkan dia masuk." Jawabku sambil mencoba mengambil seluruh memoriku tentang Pria bernama Brian sambil menyembunyikan kekakuan tubuhku.

"Baik, Sir." Jawab Angeline sebelum mematikan panggilan interkom.

Tidak butuh waktu lama, pintu sudah terbuka dan Brian, muncul dengan senyum lebarnya di ambang pintu.

"Nicholas, My Bro!!! It's been 6 years since we see Each Other!" Seru Brian.

Aku berusaha tersenyum dan menyambut jabatan tangan Brian.

"Yeah, Bri. It's been a long time since 'After-Party' Celebration kemenangan tim basket kita." Ujarku sarkastik.

Aku tidak pernah menyangka atau berharap akan bertemu Brian lagi.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro