Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Extra Part (Mike, Alceo, Austin, Auryn)

"Aku cinta sama kamu. Apa kamu mau menjadi pacarku?"

Pertanyaan itu membuat Auryn membeku ditempat. Bukan karena ia tidak pernah mendengar pertanyaan itu, melainkan ia terlalu sering mendengarnya. Hampir setiap hari.

Tapi masalahnya, laki-laki yang baru mengutarakan perasaannya ini, bukan laki-laki yang ia kenal sama sekali. Auryn bahkan merasa tidak pernah melihatnya di sekolahan sebelumnya.

"Ehm..." Auryn berdiri gusar ditempatnya. Pasalnya laki-laki yang tidak ia kenal ini, tiba-tiba datang dan menariknya menuju ke taman belakang sekolah selepas jam sekolah usai. Dan sekarang, pasti kakak-kakak kembarnya sedang menunggu dengan tidak sabaran di parkiran.

"Maaf..."

Dua pasang tangan dengan tiba-tiba merangkul bahu Auryn, dari bau parfumnya, Auryn dapat mengenali kalau pemilik kedua tangan itu adalah kembarannya, Alceo Marvello Tyler, dan Austin Marvello Tyler.

"Ada apa ini? Kenapa kamu menggiring Auryn kesini?" Tanya Alceo dengan nada mengintimidasi.

"Dia macam-macam sama kamu?" Tanya Austin lebih mengkhawatirkan Auryn.

Auryn menggeleng. "Kalian kenapa kesini?" Tanya Auryn meskipun ia sudah tahu, kalau mereka pasti datang mencari Auryn.

"Aku bermaksud meminta Auryn untuk menjadi pacarku." Jawab laki-laki berkacamata itu dengan pelan. Ia lalu menunduk ketika Alceo menyeringai dan menatapnya dengan tatapan mengintimidasi.

"Atas dasar apa kamu berani meminta Auryn untuk menjadi pacar kamu?" Tanya Alceo lagi.

"Marvel, udah." Sanggah Auryn cepat, menghentikan konfrontasi Alceo. Ia lalu menatap laki-laki yang ia tidak tahu namanya dengan tatapan iba dan bersalah. "Maaf, tapi aku tidak bisa berpacaran sekarang." Jawab Auryn cepat, lalu beralih menatap kedua kembarannya dengan tatapan kesal. "Kita kembali."

Tanpa bantahan, Austin dan Alceo membiarkan diri mereka dibawa oleh Auryn menuju ke parkiran. Alceo langsung mengeluarkan kunci mobil untuk membuka kunci otomatisnya.

Auryn hanya menghela nafas pelan sambil masuk ke kursi penumpang di belakang Alceo.

Selama 16 tahun hidup dan bersama dengan kedua kakak kembarnya itu, Auryn memang sulit untuk mendapat seorang pacar.

Lihat sendiri, kan? Alceo selalu mengintimidasi orang-orang yang dekat dengan Auryn dengan kata-kata dan tatapannya. Meskipun dirinya sendiri selalu gonta ganti pacar sesering dan semudah mengganti baju.

Austin sendiri memang tidak mengintimidasi secara terang-terangan. Tapi Auryn jelas mengenal tabiat kembarannya yang diam-diam menghanyutkan itu. Austin akan menghampiri laki-laki yang mendekati Auryn diam-diam, lalu mengintimidasinya dengan kepintaran otak yang Austin miliki. Sedangkan Auryn, hanya bisa pasrah menerima semua bentuk 'kasih sayang' yang diberikan oleh kembarannya.

"Princess."

Panggilan yang familiar menyapa telinga Auryn begitu ia masuk kedalam mansion keluarganya. Dan begitu ia menoleh, Wajah tampan Mike yang sedang duduk dengan laptopnya di ruang keluarga terlihat.

"Mike!!!" Seru Auryn, ia berlari dan memeluk pinggang kakak tertuanya itu dengan erat.

"Yo, Mike." Sapa Alceo sedikit acuh, berjalan melewati Mike.

"Mike, tumben pulang?" Tanya Austin, ia berjalan kearah dapur untuk mencari makanan di dalam kulkas.

"Kangen sama kalian." Jawab Mike. Sejak masuk ke bangku kuliah, Mike memutuskan untuk tinggal terpisah dengan keluarga Tyler. Selain ia sadar akan posisinya, ia juga merasa harus belajar mandiri. Maka dari itu, Nicholas meluluskan permintaan Mike, tapi Mike tetap harus tinggal di bekas apartemen Nicholas dulu. Mike juga tetap harus memberi kabar pada Keira dan Nicholas, dan tentu saja, pulang setiap minggu.

"Gimana sekolah, Ryn?" Tanya Mike beralih pada Auryn yang masih memeluknya erat.

Satu rahasia yang tidak si kembar tahu, kalau Mike bukan anak kandung orang tua mereka.

"Bosen, Mike. Marvel berulah lagi." Sungut Auryn disaat Austin kembali dan ikut duduk di sofa terdekat dari Mike dan Auryn.

"Auryn baru di tembak lagi." Austin memperjelas tuduhan Auryn yang mengatakan seakan Alceo anak bermasalah.

"Yang keberapa kali dalam minggu ini?" Tanya Mike terlihat tertarik.

Memang wajah Auryn cantik, terlebih iris mata Hijaunya yang didapatkan dari sang Mommy, Keira. Dan juga ada tahi lalat di pipi kirinya yang menambak kesan manis di wajah Auryn.

"Ke lima sama hari ini." Jawab Austin sambil memakan pisang yang ia temukan dari meja makan.

"Auryn terkenal, ya? Luar biasa." Ujar Mike sambil tertawa, namun Auryn memanyunkan bibirnya tidak ikut senang.

"Bukan maunya aku." Sungut Auryn sebal. Ia lalu beralih menatap Mike, "Mike menginap, kan?"

Mike tersenyum dan mengangguk,"of course, Princess. Aku libur kuliah sampai minggu depan."

Auryn melebarkan pupil matanya, ia terpekik kecil dan menatap lekat Mike, "Beneran? Serius? Kamu tidak bohong, kan???" Tanya Auryn antusias.

Mike tertawa kecil dan mengangguk. "Iya, princess."

"Asikkkk! Aku bisa pelukin Mike lagi nanti malem!" Serunya sambil loncat-loncat, lalu berlari menaiki tangga, menuju kamar Alceo untuk membagi kebahagiaannya.

Seakan memang sudah insting untuk menjaga satu-satunya keturunan perempuan keluarga Tyler itu, Austin dan Mike kompak menyusul langkah Auryn yang memang ceroboh, dan paling lemah diantara ketiga lelaki keluarga ini.

"Marveeeeeeeeeellllllll...." teriak Auryn senang sambil membuka pintu kamar Alceo, tapi suaranya tertelan begitu melihat apa yang sedang Alceo lakukan di depan layar komputernya.

"Oh shit!!! Auryn! Ketuk pintu dulu sebelum masuk!!!" Seru Alceo gelagaban sambil mencoba menutup layar komputer dengan tubuhnya, dan tangannya menekan tombol, berharap layar komputer tersebut bisa berubah gelap, tapi tangannya melakukan kesalahan.

Suara desahan seorang wanita terdengar sangat jelas begitu Mike dan Austin berdiri di belakang Auryn yang masih bengong menatap Alceo yang benar-benar sedang berusaha menenggelamkan layar komputer dibalik tubuhnya.

"Kamu nonton apa, Vel? Kenapa mereka tidak pakai baju? Kenapa perempuan itu teriak kesakitan?" Tanya Auryn dengan wajah polosnya.

Mike dan Austin yang memang tahu, suara apa yang keluar dari komputer Alceo, dan apa yang sedang Alceo berusaha tutupi, ikutan panik. Mike menutup kedua mata Auryn, sedangkan Austin menutup kedua telinga Auryn.

"Mike! Austin! Lepas! Kenapa ditutup?"

"Kita ke kamar kamu ya, Ryn. Marvel lagi sibuk." Pinta Mike sambil menggiring Auryn yang masih 'dilindungi'

Di satu sisi, Austin yang merasa kalau suara desahan itu sudah tidak terdengar, melepas tangannya dari telinga Auryn dan berjalan kembali kearah kamar Alceo. Layar komputer sudah gelap, dan Alceo berdiri kaku dengan kabel yang mengisi sumber daya komputer tersebut di tangan kanannya.

Austin tersenyum geli melihat wajah pias Alceo, "Makanya, kalau mau nonton begituan, dikunci dulu pintunya. Jangan lupa, ngajak-ngajak. Aku aduin ke Mommy sama Daddy, bisa di gadai komputer kamu." Ujar Austin santai, namun Alceo tahu jelas, ada nada mengancam di dalam sana.

"Linknya apa?"

Sementara Alceo menahan nafsu untuk menjedotkan kepala kembarannya ke tembok, Mike sedang berusaha mengalihkan perhatian Auryn yang tidak kunjung move on dari film yang di tonton Alceo.

"Marvel nonton apa sih, Mike? Kok kayaknya seru banget?" Tanya Auryn ketika Mike sudah berhasil membawanya kekamar.

"Itu... Film perang-perangan." Jawab Mike asal. Mike sendiri merutuki keteledoran Alceo yang tidak memastikan privasinya dulu sebelum menonton tontonan itu.

"Judulnya apa? Kayaknya Marvel serius banget tadi."

Mike mengerut pelipisnya. Pertanyaan Auryn lebih sulit dari pelajaran kalkulus di kampusnya.

"Princess mandi ya? Bentar lagi Mommy sama Daddy pulang, loh."

"Judulnya apa, Mike???" Ngotot Auryn.

"Aku tidak tahu judulnya apa. Udah ya, kamu mandi? Oke?" Pinta Mike, berharap Auryn tidak lagi membahas perihal film itu. Dan Mike mengingatkan dirinya untuk menegur Alceo atas keteledoran itu.

Auryn memberengut dan menuruti perintah Mike dengan mengambil pakaian ganti, dan masuk ke kamar mandinya.

*

Alceo menatap was-was Auryn yang terus menerus memakukan tatapan kearahnya sejak tadi.

Bahkan makanan di hadapannya sudah tidak lagi terasa lezat. Alceo tahu kalau Auryn pasti masih memikirkan kejadian tadi. Dan Alceo sangat tidak menginginkan Auryn membahas topik itu disini, didepan kedua orang tua mereka.

Austin dan Mike memperhatikan interaksi mata kedua manusia itu dengan hati yang juga sama, was-was. Tidak tahu kapan Auryn akan melemparkan bom waktu yang akan menamatkan riwayat komputer Alceo selama mungkin sebulan penuh.

Nicholas dan Keira yang memang merasa ketegangan dan pisau tikam tidak terlihat dari kedua pasang mata anak-anak mereka, juga ikut memperhatikan.

Nicholaslah yang pertama kali memecah ketegangan itu dengan dehamannya.

"Auryn, Alceo, kalian berantem lagi?"

"Gak kok, Dad." Kilah Alceo cepat.

Nicholas lalu menatap kearah putri satu-satunya yang masih memasang wajah tegas yang mirip seperti Keira saat sedang kesal. "Princess?" Panggil Nicholas seakan meminta jawaban dari bibir Auryn.

"Auryn kesal, Dad!" Sungut Auryn membuat Mike, Alceo, dan Austin tegang seketika. "Mike dan Austin tidak mau memberitahu aku judul film yang tadi sedang di tonton Marvel. Padahal Marvel sepertinya seru sekali menontonnya. Auryn kan juga mau nonton!"

Seketika Alceo memucat, Austin dan Mike tersedak.

"Well, Alceo, kenapa kamu tidak memberitahu adik kamu judul filmnya, dan kita bisa melanjutkan makan malam dengan tenang?" Nicholas beralih menatap Alceo.

Ia gelagaban, "Ehm... Dad... itu..."

"Kenapa?" Tanya Nicholas tidak mengerti.

"Auryn, kan udah aku bilang kalau itu film perang-perangan. Kamu gak akan suka..." Mike mencoba membantu.

Auryn kembali memberengut, "Mike jangan ngomong sama Auryn! Auryn kesal sama Mike!" Seru Auryn, "Lagipula, kata siapa Auryn kan hanya penasaran, kenapa film perang-perangan itu berbeda dari film perang lainnya yang biasanya memakai kostum super ribet. Auryn yakin kok kalau film yang di tonton Alceo tadi, mereka tidak memakai baju! Auryn kan hanya mau tahu judulnya!"

Skakmat! Batin Austin yang memilih menunduk saat mata Nicholas dan Keira melotot begitu mendengar penjelasan kelewat polos Auryn.

"Gitu... maksud Alceo, Dad..." cicit Alceo sambil nyengir saat Nicholas sudah menatapnya penuh peringatan. Dan Alceo tahu kalau nasib komputernya sudah bisa dipastikan akan disita selama sebulan penuh oleh

Nicholas menghela nafasnya, lalu menatap Putri semata wayangnya, "Princess, mengenai liburan ke Dubai yang kamu bilang kemarin, Alceo bilang dia mau beliin kamu tiket kesana."

Alceo melotot.

"SERIUS, DAD? BENERAN, VEL?" Auryn berteriak antusias.

"Nic?" Keira membeo bingung.

"D-dad?" Mungkin Daddy lelah, mungkin ini cara Daddy mengalihkan perhatian Auryn. Daddy gak akan mungkin tega memakai uang jajanku untuk membeli tiket supermahal itu. Alceo membatin.

"Alceo juga bilang, dia akan membooking Royal Suite di Burj Al-Arab Khalifa untuk kamu."

Oke, ini gila. Kapan aku pernah mengatakan itu? Atau lebih tepatnya, UNTUK APA AKU MENGATAKAN ITU?! Alceo panas dingin.

Austin terkekeh melihat wajah kembarannya yang sudah seperti akan di sembelih, sementara Mike hanya geleng-geleng kepala.

"SERIUS? UWAAAAAAAAH MAKASIH MARVELLLL!!!!" Auryn melompat dari tempat duduknya dan memeluk tubuh Alceo erat. "Auryn sayang banget sama Marvel. Marvel memang yang terbaik!!" Puluhan cium mendarat di pipi Alceo yang masih meyakinkan dirinya kalau Ayahnya hanya bercanda dengan ucapannya tadi.

Dari mana Alceo mendapat uang untuk menyewa kamar dan membeli tiket itu? Meskipun Ayahnya seorang pengusaha kayaraya, Ibunya seorang Artis, bukan berarti anak-anaknya memiliki uang tanpa batasan seperti anak lainnya. Nicholas dan Keira selalu membatasi uang jajan anak-anaknya agar mereka bisa menghargai uang dan mengatur keuangan mereka sendiri.

Dan Alceo sangat yakin kalau nominal di tabungannya kini bahkan tidak mampu untuk membiayai Auryn untuk makan seharian di Dubai. Bahkan untuk makan di kafetaria seminggu kedepan saja, Alceo sudah berencana memalak kembarannya, Austin yang lebih hemat dari dirinya.

Miris.

"Auryn udah kenyang! Auryn mau ke kamar dulu! Asiiiik!" Seru Auryn bersemangat, lalu berlari menaiki tangga hingga hilang dibalik pintu kamarnya.

Suasana di ruang makan masih sunyi sepeninggalan Auryn. Nicholas dan Keira masih menatap Alceo, meminta penjelasan. Sedangkan Mike dan Austin hanya bisa mengirimi doa kepada saudara mereka.

"D-Dad gak serius, kan, sama ucapan Daddy tadi?" Tanya Alceo ngeri.

"Sangat serius Alceo Marvello Tyler. Kamu harus bertanggung jawab atas tindakan kamu." Ucap Nicholas tegas.

"Tapi, Dad..."

"Uang jajan kamu selama 3 bulan penuh akan Dad potong untuk uang tiket dan biaya hotel Auryn. Dan Komputer kamu akan Daddy sita selama setengah tahun. Kalau kamu mau ngerjain tugas, pakai Komputer Austin." Putus Nicholas tak terbantahkan.

"Daaaaad!!!" Alceo masih mau protes, tapi urung begitu Nicholas menatapnya galak.

Makan malam kembali berjalan dengan sangat sunyi. Alceo kehilangan seluruh nafsu makannya, namun tidak juga bisa menyalahkan kembarannya yang paling bungsu. Ia hanya bisa mengutuk kebodohannya dan berjanji akan mengunci pintu kamarnya setiap kali menonton film bodoh itu.

*

Auryn terlalu senang karena keinginannya untuk berlibur ke Dubai dikabulkan setelah ditolak berkali-kali oleh sang ayah, Nicholas.

Tapi Auryn sebenarnya masih penasaran dengan film yang ditonton Alceo.

Bahkan ia sengaja mencari di Google petunjuk mengenai film perang-perangan yang kiranya mirip dengan apa yang di tonton Alceo, tapi nihil.

Kenapa semuanya tau kecuali Aku? Auryn membatin kesal.

Ia melirik jam di nakasnya yang sudah menunjukan pukul 11. Berarti ia sudah 3 jam mencari petunjuk film itu namun tidak membuahkan hasil.

Auryn lalu memutuskan untuk mengambil air minum sebelum tidur. Ia suka terbangun tengah malam untuk minum, dan Auryn malas untuk turun mengambilnya di dapur kalau sudah tengah malam.

Saat kakinya melangkah melewati pintu kamar orang tuanya, ia mengernyit.

"Ahh... ahhh... ahhh.. enggg... ahhh..."

Loh? Itukan kayak suara film yang Ditonton Marvel tadi?

Rasa penasaran Auryn membawanya mendekat kearah pintu kamar Orangtuanya.

Berarti Mommy sama Daddy tahu dong judul film perang-perangan itu? Atau mereka juga lagi nonton? Ngintip gak ya? Auryn menimang.

Berkat rasa penasarannya, tanpa maksud kurang ajar, Auryn membuka pintu yang tidak terkunci dan mengintip perlahan, mencari letak televisi yang ia yakini sedang menampilkan adegan perang-perangan itu, namun layar televisi itu gelap. Auryn disuguhkan Live Show oleh Nicholas dan Keira yang masih tidak sadar kalau ada orang yang sedang mengintip olahraga malam mereka.

Auryn membulatkan matanya kemudian memejamkannya erat. "GYAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!!"

Nicholas yang sedang nanggung terkejut, begitu juga Keira.

Mereka serempak menoleh kearah pintu dimana putri kesayangan mereka terjungkal kebelakang, masih berteriak, sambil memejamkan matanya.

"Oh SHIT!!!" Nicholas berseru sambil bergegas meraih boxer dan bajunya. Begitu juga Keira yang panik.

Penghuni rumah yang rata-rata laki-laki dewasa, berbondong-bondong mendatangi sumber teriakan dari gadis kesayangan mereka.

"Kenapa? Kenapa?" Tanya Austin panik.

"Ryn, kamu kenapa?" Alceo ikut menghampiri sambil membawa pemukul baseballnya.

Mike yang kebiasaan tidur telanjang dada juga kelabakan tanpa mengenakan baju, "Princess?"

"D-daddy..." Auryn menunjuk pintu kamar Nicholas dan Keira yang sedikit terbuka, lalu tidak lama terbuka lebar bersamaan dengan Nicholas dan Keira yang keluar dari pintu tersebut. "B-bokong Daddy..." Auryn terputus-putus. "Daddy nyerang Mommy..."

Ketiga laki-laki itu lalu menatap Nicholas serempak, bahkan wajah Keira sudah memerah saat mendengar ucapam Auryn.

"Kamu sih gak kunci pintu!" Gerutu Keira pelan sambil memukul lengan Nicholas.

Nicholas sudah berada di ambang nanggung saat Auryn berteriak tadi. Sekarang ia malah merasa ingin menenggelamkan dirinya kedasar sumur.

"Daddy sama Mommy main perang-perangan kayak di film yang tadi di tonton Marvel." Ucap Auryn begitu matanya terbuka dan menatap kedua orangtuanya takut.

Ketiga laki-laki itu tidak berkomentar, tapi hanya menunggu penjelasan. Terutama Alceo yang masih merasa tidak adil dengan hukuman yang diberikan Nicholas.

Nicholas berdeham, "B-bawa Auryn kekamarnya."

Kalau biasanya semua akan langsung siap jalan begitu mendengar perintah Nicholas, tapi kali ini semuanya hanya diam di tempat.

"Kalian gak denger Daddu bilang apa?" Seru Nicholas lagi, tapi lagi-lagi mereka tidak bergeming.

"Aku mau hukumanku ditarik, uang jajanku kembali, dan aku ikut ke Dubai." Ujar Alceo, Nicholas melotot.

"Aku juga mau ikut ke Dubai." Tawar Austin mengerti maksud Alceo yang ingin 'menghukum' Daddy mereka.

Mike mengerti maksud kedua adiknya, lalu menyunggingkan senyum, "Mike juga mau ikut ke Dubai."

Mereka melakukan penawaran pada Nicholas sebagai imbalan membawa Auryn ke kamarnya dan membantu Auryn untuk melupakan apa yang sudah dilihatnya meskipun sepertinya percuma karena Auryn pasti akan tetap menanyakan perilah 'perang-perangan' itu.

"Fine! Kita semu akan ke Dubai. Daddy yang akan biayain." Putus Nicholas, ketiga anak lelakinya ternyata sudah dewasa dan bisa bernegosiasi. "Sekarang bawa Auryn ke kamarnya."

"Ihhhh... Daddy ikut? Gak seru ah!" Celetuk Auryn.

"Fine fine fine! Kalian pergi ber-empat! Sekarang kembali kekamar kamu, princess. Dan lupakan apa yang kamu lihat tadi." Pinta Nicholas, nafasnya masih sedikit terengah akibat aktivitasnya tadi, dan juga upaya menahan malu, mempertahankan wibawa, dan menjaga kestabilan emosinya agar tidak meledak.

"Tapi Daddy sama Mommy ngapain?" Tanya Auryn nampak masih tidak mau melepaskan topik yang berhasil membuatnya penasaran.

"Princess..." Nicholas menggeram. Ia menatap Alceo, berharap putranya dapat membantu.

"Hukuman aku ditarik gak, nih?" Tanya Alceo.

Ini pada mencontoh siapa sih? Perhitungan, tenang-tenang menghanyutkan, pura-pura kalem. Nicholas membatin, lalu ia melirik kearah Istrinya yang wajahnya masih merona malu akibat ketangkap basah. Biangnya nih.

"Iya, Alceo, Iya! Bawa adik kamu ke kamar!"

"Sip kalau gitu! Kan kalau begini, kita sama-sama enak, Dad." Alceo nyengir lalu menarik Auryn yang masih enggan pergi.

"Princess, balik ke kamar, ya?" Bujuk Mike.

"Ayo, Ryn! Kita susun jadwal perjalanan kita ke Dubai!" Ujar Austin.

"Auryn penasaran sama film tadi, kan? Yuk sini Marvel tunjukin."

"ALCEO!!!!" Nicholas, Keira, Mike, dan Austin serempak meneriaki Alceo.

"Yuk, Vel. Aku mau nonton." Auryn baru bangun saat mendengar bujukan Alceo.

Bukan membantu melupakan, malah kembali mengingatkan. Itulah yang Alceo Marvello Tyler lakukan.

"Sudah malam, Auryn." Mike bergumam. "Aku temenin kamu tidur, ya?"

"MAU!!" Seru Auryn bersemangat.

Alceo menatap horor Mike tanda Protes. Entah untuk alasan apa, Alceo tidak terlalu menyukai kedekatan Mike dengan adik bungsunya Auryn. Padahal Mike yang Alceo tahu adalah Kakak mereka, kan?

"Kalau gitu Princess harus janji gak ngebahas hal ini lagi, oke?" Tawar Mike.

Auryn akhirnya mau tidak mau menuruti Mike dan mengikuti tarikan Mike yang menariknya menuju ke kamar, melupakan gelas air yang masih kosong, tidak jadi terisi karena live show yang disuguhkan Nicholas tadi.

Nicholas dan Keira kemudian kembali ke kamar dengan Keira yang menggerutu sambil memukuli lengan suaminya, mengutuk kecerobohan dan kebodohan Suaminya yang tidak bisa menahan nafsu sedetik untuk mengecek kunci pintu dan berakhir dengan ketangkap basah oleh Auryn.

Austin dengan langkah bahagia kembali ke kamarnya, perjalanan ke Dubai lumayan juga untuk mengusir kebosanannya saat libur sekolah nanti. Ditambah terbebas dari bayangan orangtuanya.

Alceo juga kembali dengan langkah seringan kapas, memutar tongkat baseballnya dan langsung memeluk komputernya begitu sampai di kamar, menghujaninya dengan ciuman, "aku menyelamatkanmu, sayang." Gumamnya disela-sela ciuman.

Mike menarik Auryn ke atas kasur, menyelimuti gadis itu hingga dagu, mematikan lampu, dan membiarkan gadis itu menjadikannya sebagai guling hidup.

Sudah kebiasaan Auryn bergantung padanya sejak kecil, tapi Auryn memang harus mulai belajar kalau mereka tidak bisa selamanya seperti ini. Mike laki-laki dewasa normal, dan Auryn bukanlah adik kandungnya meski kenyataan itu tidak diketahui oleh ketiga adiknya.

"Mike, Auryn masih penasaran..." gumam Auryn di dalam dada Mike. Hampir seperti bisikan.

"Tidur, Princess. Tadi udah janji, kan?" Elak Mike.

"I mean, i see the whole things, Mike. I see Daddy Butt going up and down. And Mom's-"

"Cukup, Auryn." Potong Mike yang tanpa sadar sudah mengerut keningnya sendiri.

Auryn memberengut dan melepas pelukannya pada Mike, lalu membelakangi Mike.

Mike tahu Auryn sedang mengambek saat ini, dan seharusnya Mike membiarkannya agar Auryn tidak lagi membahas hal yang ia larang, tetapi tidak ia lakukan. Mike malah memeluk Auryn dari belakang, bermaksud menenangkan ambekkan Auryn.

"Kamu akan tahu hal itu kalau sudah besar, Ryn." Ucap Mike sambil mengecup puncak kepala Auryn.

"Tapi Auryn audah besar! Marvel tahu, Austin tahu, Auryn tidak! Mereka kan seumuran sama Auryn! Kenapa hanya Auryn yang tidak tahu?" Protes Auryn yang tiba-tiba berbalik hingga berhadapan dengan dada telanjang Mike. Nafasnya mendadak terasa sulit dan kenapa jadi panas banget ya? Auryn membatin.

"You really want to know?" Tanya Mike, mencoba melihat wajah Auryn.

Auryn mengerjap kemudian mengangguk yakin.

"Itu adalah hal yang hanya dilakukan oleh orang yang sudah menikah, Ryn."

Auryn nampak tidak puas dengan penjelasan Mike. Ia hanya mengernyit menatapnya.

Mike terkekeh dan melanjutkan ucapannya, "Itu adalah proses kamu, Alceo, dan Austin terbentuk di rahim Mommy. Itu adalah cara orang-orang untuk memiliki keturunan."

"Mike juga?"

"Iya, aku juga terbentuk dengan proses itu." Aku Mike geli. "Sudah, kan?"

"Lalu, kenapa Marvel nonton film seperti itu?" Tanya Auryn yang masih penasaran.

"Karena Marvel laki-laki. Semua laki-laki pasti suka menonton film itu." Jawab Mike tanpa berpikir panjang. Setelahnya, ia baru merasa menyesal sudah menjawab seperti itu. Ia hanya membuat laki-laki dimata Auryn sebagai sosok mesum.

"Termasuk Mike? Mike juga suka nonton film itu?" Tanya Auryn.

Nah kan! Mike terdiam dan tertawa garing.

"Sekarang Princess sudah tahu, jadi tidur ya?" Mike mengalihkan pembicaraan tanpa menjawab.

Awalnya Auryn menurut, tapi hanya beberapa menit sebelum pertanyaan susulan terlontar, "Sakit gak, Mike?"

"Sakit." Jawab Mike singkat.

Auryn berpikir sebentar, "Kalau begitu Auryn tidak mau melakukan itu. Tapi... kalau sama Mike, pasti gak akan sakit. Karena Mike kan selalu jagain Auryn. Mike pasti gak akan buat Auryn kesakitan. Iya kan?"

Mike menelan ludahnya susah payah. PEMBICARAAN MACAM APA TENGAH MALAM BEGINI? Rutuk batinnya.

"Itu artinya, Auryn harus menikah sama Mike, kan?" Tanya Mike sambil terkekeh kecil.

Alis Auryn terangkat saat melirik kearah Mike, lalu mendesah, "ah.. benar juga." Ucapnya pelan.

Mike menyunggingkan senyum kecil lalu kembali memeluk Auryn, "Tidurlah, Princess. Udah larut." Pinta Mike.

Auryn mengangguk, "goodnight, Mikey. (Baca : My-Key)"

"Goodnight, Princesa. Tolong jangan bilanb siapapun tentang percakapan kita hari ini. Dan jangan membahas hal ini lagi kepada siapapun. Ini semua rahasia antara kita berdua, ok?" Mike membayangkan Auryn yang kembali membahas hal ini, entah tawaran jalan-jalan kemana lagi yang akan Nicholas berikan.

"Janji." Sahut Auryn pelan. Nampaknya gadis itu sudah setengah terlelap.

Mike terkekeh dan ikut terlelap bersama gadis itu di dalam pelukannya.

***

End

Hihihi Author kembali! Semoga Extra part ini bisa mengobati kerinduan kalian sama mereka!

Ini cerita lepas saat triplet udah umur 16 tahun.

Cepet banget ya? Iya, dunia Wattpad itu cepet :p

Yang penasaran sama kisah Auryn-Mike, Author akan menceritakan mereka SETELAH cerita My Lady (Sequel Is it Love? KENNETH-ALLE).

Sementara nunggu, bisa cek MY LADY, karena seluruh keluarga gesrek akan berkumpul disana, dan juga triplets.

Dukung mereka yaaa! ^^

Kecup basah untuk kaliannn! 😚😚

Pertanyaannya :
Mengikuti siapa sifat Triplets?

Alceo Marvello Tyler

Austin Marvello Tyler

Auryn Marvella Tyler

Yuk yuk tebak tebak tidak berhadiah (?) Hahahah

Ciaooo!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro