Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Enambelas

Nicholas's POV

Aku terkikik melihat raut wajah Keira di sebelahku yang sedang memajukan bibirnya. Sangat menggemaskan!

Bibirnya tidak berhenti manyun semenjak aku menggodanya tadi. Dan selama perjalanan kami menuju ke rumah Mommy untuk makan malam, Keira sama sekali tidak berhenti memajukan bibir seksinya itu.

"Hei, berhenti mencibir. Kita akan sampai ke rumah Mommy sebentar lagi. Gue gak mau Mommy mengira gue habis memarahi lo." Ucapku masih mencoba memfokuskan pandanganku ke jalanan.

"Bawel lo, kadal buluk!" Umpatnya yang membuatku tertawa kecil.

"Panggil sayang, Kei. Mom akan jantungan kalau lo manggil gue dengan sebutan itu." Godaku, Keira mendengus tidak lagi meladeni ucapanku.

Pernahkah aku mengatakan kalau tunangan macanku ini sangat lucu?? Kalau pernah tidak masalah, karena tunangan macanku ini memang sangat lucu dengan segala ekspresinya yang menggemaskan itu.

"Gimana keluarga lo, Kei?" Tanyaku mencoba memulai percakapan yang kunilai aman.

Keira mendengus, "Maksud lo Alle? Atau Kak Kenneth?" Tanyanya bermaksud menyindir. "Kalau Alle yang lo maksud, Dia sangat baik. Sebentar lagi dia akan segera menikah dengan kak Kenneth dan dia pasti sangat bahagia. Kalau lo tanya tentang kak Kenneth, dia juga baik. Sibuk mengurus kantor Daddy, tapi dia masih giat latihan bela diri. Dan dia siap buat membikin lo menjadi perkedel kalau berani mendekati Alle lagi." Ucapnya panjang lebar.

Aku terbelalak dan tertawa mendengar seluruh ucapan Keira barusan sehingga membuat Keira mengernyit dan mencubit lenganku.

"Gue serius, nyet!!" Serunya.

"Iya... iya..." ucapku sambil berdeham. "Gue ngerti lo serius cemburunya."

"Gue... WHAT?! wah lo sarap! Gue? Keira? Cemburu sama lo? Huh gue pasti udah gila kalau sampai itu terjadi." Wajah Keira bersemu dan berpaling menatap jalanan dan jendela di sebelahnya bergantian sambil menyilangkan tangannya di depan dada. Terlihat salah tingkah di mataku.

"Lo gak cemburu sama gue." Ucapku. Keira kembali mendengus dan bergumam kata 'of Course' dengan kecil, namum masih bisa ditangkap oleh indra pendengaranku. "Tapi lo cemburu sama Alleira... Aduhhh!"

Keira memukul kepalaku dengan sangat kencang dan berkacak pinggang menatapku dengan wajah merah akibat malu.

"Gue lagi nyetir, Keira sayang... lo mau kita masuk ke rumah sakit bareng-bareng?" Tanyaku sambil mengelus tempurung kepalaku yang tadi di pukul olehnya.

"Jangankan Rumah sakit, Ke pelaminan gue juga ogah bareng-bareng sama lo! Cowok sarap!" Umpatnya masih berkacak pinggang.

"Yakin?" Godaku sambil memainkan alisku naik turun. "Lo yakin sanggup ngeliat gue sama orang lain di pelaminan?"

"Bukan urusan gue!" Keira membenarkan posisi duduknya menatap jalanan di hadapan kami tanpa mau menatap mataku lagi.

Tanpa sadar aku tersenyum dan tanganku meraih pipinya, mencubitnya perlahan karena terlalu gemas dengan tingkah lucunya itu.

Suatu saat, aku pasti akan bisa meluluhkan gunung es di hati Keira itu. Mengubah rasa benci Keira menjadi sesuatu yang lebih baik untuk dirasakan. Setidaknya tanpa harus aku memberitahu Keira kenyataan sebenarnya mengenai masa lalu kami.

Mengatakan kebenarannya sekarang hanya akan terdengar seperti penjahat yang mencari alasan dan tidak mau mengaku, dan lagi aku tidak mempunyai bukti apapun untuk membuktikan aku tidak bersalah.

Terlebih... kalau Keira benar-benar percaya akan ucapanku, aku takut Keira akan tertekan mengetahui kenyataannya. Dan lagi, tidak ada jaminan kalau Keira yang bertindak tanpa berpikir ini dapat mengontrol emosinya dengan tidak menyergap Bruce dan menimbulkan kehebohan baru yang pastinya akan sangat buruk untuk imagenya.

Biarlah kenyataan itu kusimpan sedikit lebih lama. Belum saatnya Keira tahu.

Aku mengelus tengkukku sembari berpikir. Lalu aku merasakan tangan halus seseorang menyentuh pundak tanganku, menggantikan posisi tanganku yang tadinya mengurut kecil tengkukku.

Begitu aku menoleh, aku melihat wajah Keira yang terlihat tersipu merah, namun ada sorot mata merasa bersalah disana.

"Gue pukulnya kekencengan ya?" Tanyanya pelan.

Senyumku tersungging dan aku menggeleng pelan sambil kembali fokus ke jalan raya.

"Cuman ada sesuatu yang gue pikirin aja." Jawabku.

"Sesuatu.... atau.... seseorang?" Tanyanya terdengar gugup.

Aku mengernyit. Apa dia bisa membaca pikiranku? "Ya... keduanya." Jawabku sambil menyunggingkan senyum.

"Apa lo lagi mikirin perempuan yang lo bilang tadi?" Tanyanya.

"Hah? Siapa? Alleira?" Tanyaku bingung.

Keira menggeleng. "Perempuan yang berhasil menggantikan posisi Alleira?" Tanyanya lagi.

Aku terdiam, lalu melirik Keira yang masih mengelus tengkukku. "Siapa?" Tanyaku berhati-hati.

"Makanya gue nanya lo, setan!" Keira kembali memukul kepalaku dengan tangannya yang tadi mengelus tengkukku.

"Galak banget sih lo! Gue laporin ke polisi atas tuduhan KDRT tau rasa lo!" Seruku tidak benar-benar serius karena kali ini wajah Keira kembali manyun dan terlihat lucu.

Sepertinya saat aku setengah tertidur tadi, aku tidak sengaja mengatakan hal ini padanya.

"Iya, gue lagi mikirin perempuan itu. Puas?" Tanyaku.

Keira mendengus, aku menarik senyumku. "Kalau gue bilang perempuan yang gue maksud itu... lo? Gimana?"

Tangannya kembalo terangkat dengan wajah yang memerah bak tomat busuk sambil menatapku.  "Mau gue pukul lagi kepala yang sebelahnya?" Tanya dia mengancam.

Aku tertawa dan menggeleng. "Jangan dong. Nanti gue jadi bego di pukulin terus. Masa iya gue ganteng-ganteng bego? Emang lo mau punya tunangan bego?" Tanyaku sambil tertawa. Keira juga kurasa akan tertawa kalau saja dia tidak mencoba menahannya dan membuang muka.

"Emang lo bego! Lagian diajak ngomong serius malah bercanda." Umpatnya pelan.

Aku hanya terkekeh dan menggeleng. Apanya yang bercanda, kalau memang perempuan yang berhasil menggeser posisi Alleira di hati gue adalah memang seorang Keira? Dasar... "Tunangan Macan." Gumamku pelan.

*

Aku dan Keira duduk bersisian di kursi makan. Aku tampak terlihat tenang, namun perempuan disampingku terlihat seperti cacing kepanasan ditatapi oleh Mommy.

"Jadi... Kalian benar sudah bertunangan, kan?!" Tanya Mommy lagi untuk yang ke sepuluh kalinya semenjak kami sampai di kediaman Mommy.

"Mom, untuk kesepuluh kalinya, jawaban kami sama. Ya! Kami benar-benar sudah bertunangan. Ini buktinya, mom!" Aku mengangkat tangan Kiri Keira dan tangan Kiriku bersama-sama, memamerkan cincin yang melekat di jari manis kami.

"Lalu kenapa kemarin kamu tidak memakai Cincin itu, dan mengaku kalau kamu masih lajang dan belum berniat mencari pendamping hidup? Lalu apa Nicholas bagi kamu?" Selidik Mommy tanpa jeda. Bisa kurasakan tangan Keira yang ku raih tadi sedikit menegang. Bibirnya membuka dan kemudian tertutup tidak bisa bersuara.

"Mom, Keira kan seorang model dan artis, wajar dong kalau dia menjaga imagenya dengan mengatakan dia masih lajang?" Belaku.

"Sampai kapan?" Tanya mami. "Sampai kapan kalian mau menyembunyikan hubungan kalian dari dunia? Apa kalian benar-benar tidak berencana untuk menikah? Demi Tuhan, umur kalian tidak lagi muda, umur Mom dan Dad juga sudah tidak muda lagi, kami ingin segera melihat cucu cucu lucu kami hadir di tengah tengah kami, kami..."

"Mom... kendalikan dirimu!" Daddy meraih bahu Mommy yang mendadak hilang kendali mencerca kami dengan banyak pertanyaan dan curhatan colongannya. "Tarik nafas yang dalam."

Mom menuruti Daddy, dan kemudian menghela nafasnya dengan sedikit kasar.

"Apa kalian sudah benar-benar pernah membicarakan perihal pernikahan berdua?" Tanya Mom dengan suara yang lebih tenang. Pandangan matanya tidak terlepas dari Keira yang sudah keringat dingin di sebelahku saat ini.

"Su..."

"Mom bertanya pada Keira, Nicholas!" Potong Mommy tanpa menatapku.

Mommy yang seperti ini nampak menakutkan sekarang. Aku jadi sangat merasa bersalah pada Keira harus menjawab pertanyaan Mommy dengan kebohongan.

"Su...Sudah, Mom." Jawab Keira Pelan.

"Lalu kapan kami bisa bertemu dengan kedua orang tuamu?" Tanya Mommy kemudian, sedikit mengejutkan kami.

"Hah?"

"Mom tidak bisa membiarkan kalian anak muda untuk menyelesaikan ini semua. Mom merasa kalau Mom harus turun tangan dan membicarakan tanggal pernikahan dengan orangtua mu, Keira." Ujar Mommy yang sangat sukses membuatku melongo.

"Mereka sa...sangat sibuk, Mom. Biar aku yang mengatakan ini pada mereka." Ujar Keira terbata.

Mata mommy memicing, seakan ingin mengetahui apa Keira sedang berbohong atau tidak. Untung saja Keira pandai berakting, dia tampak tidak getar terhadap tatapan Mommy, hanya saja aku merasa bersalah sudah menyeret Keira ke masalah ini.

"Baiklah." Mommy menghela nafas.

Aku menghembuskan nafasku lega. Entah sejak kapan aku menahan nafasku.

"Apa kamu mencintai Keira, Nic?"

Hah? Pertanyaan jebakan macam apa lagi itu? Apa aku mencintai Keira? Ya? Mungkin? Ehm... "Ya, aku mencintainya." Jawabku.

"Lalu, Keira... apa kamu mencintai Nicholas?"

Aku melirik kearah Keira yang sudah nampak gelisah sedari tadi. Tapi jujur, aku ingin tahu jawaban sebenarnya Keira atas pertanyaan itu.

"I-iya, tentu saja, Mrs... Mom." Jawab Keira terbata lagi. Bisa kulihat dia gugup hingga salah menyebutkan nama panggilan Mommy.

"Baiklah." Putus Mommy. "Mom akan biarkan kalian membicarakan perihal pernikahan ini berdua."

Aku kembali menghela nafas lega. Kenapa belakangan ini hobby ku menahan nafas?!

"Mom menunggu kabar baik dari kalian, 1 bulan dari sekarang." Aku yang baru saja merasa lega, kembali menegang, Keira juga begitu. "Lebih dari itu, Kalian tinggal memilih antara campur tangan Mommy untuk menikahi kalian, atau tidak ada pernikahan sama sekali. Dan Nicholas, kamu akan Mom jodohkan dengan anak teman Mommy lagi."

It doesn't sounds like a good options. Bagaimana bisa kami dikasih pilihan yang, well.... Sepertinya saat ini adil bagi Keira dengan pilihan kedua. Namun dua duanya bukan pilihan yang baik untukku!

"Mom!! Kenapa harus memburui kami? Mom tau jelas kalau kami sedang menjalani Karir kami, kan? Keira juga... Keira juga masih terikat kontrak kerja..." Terikat kontrak denganku.

"Mom harus bilang berapa kali, Nicholas? Mom tidak muda lagi. Dan Mom ingin segera melihat cucu Mommy." Omel Mommy seraya berkacak pinggang.

Mommy menghela nafas sedikit panjang lalu menatap kami berdua bergantian. "Well... kalau kalian memang belum mau menikah, baiklah."

Keira yang tadi menunduk, dengan cepat mengadahkan wajahnya menatap Mommy.

"Tapi... kalian bisa kan memberikan Mommy cucu terlebih dahulu?"

"Mom!!!!" Pekikku.

"Mommy!" Daddy tidak kalah kaget mendengar tawaran gila Mommy barusan.

Keira? Jangan tanyakan reaksinya. Sepertinya roh di tubuhnya sudah kabur meninggalkan raganya disini.

"Hei, tidak ada salahnya kan kalau kalian mempunyai anak terlebih dahulu?" Protes Mommy. "Bahkan Angelina Jolie dan Brad pitt saja baru menikah setelah mempunyai 3 anak."

"Mom, itu kan beda..."

"Beda apanya? Itu semua tergantung dari kalian sendiri. Mom tidak akan marah kalau ternyata memang Keira hamil duluan sebelum menikah. Bahkan Mom berharap Keira bisa mulai tinggal sama kamu, dan belajar menjadi seorang istri." Oceh Mommy lagi. "Kamu mau kan, Keira?"

Keira tidak menjawab, dia sepertinya terlalu syok dengan tawaran Mommy. Perempuan mana yang akan dengan sukarela tinggal bersama bahkan mempunyai anak dari tunangan pura-pura yang notabene sangat dibencinya. Kuulangi, SANGAT dibencinya.

Kusikut Keira setelah dia terdiam lama, sementara Mommy membutuhkan jawaban Keira sekarang.

"Ya? Ah... ya ya... Mrs... maksud ku Mom. Itu ide yang sangat bagus sekali." Keira sadar dari lamunannya berkat sikutanku, namun jawabannya sangat tidak nyambung dengan pertanyaan Mommy. Apa sebenarnya yang dia pikirkan?

"Benar?! Kamu merasa itu ide yang bagus???" Tanya Mommy bersemangat. "Baik lah, Mulai besok, kamu bisa mulai tinggal di Apartemen Nicholas."

"APA?!" Mata Keira terbelalak, bahkan dia berdiri dari posisinya hingga kami semua terkejut.

Aku menarik lengan Keira memintanya untuk duduk lagi, Keira menurut dengan wajah yang bingung.

Sepertinya tadi dia sedang tidak melamun karena terkejut mendengar ucapan Mommy, melainkan memikirkan hal lainnya. Tapi apa?

"Bukannya kamu sudah setuju dan mengatakan kalau itu ide yang bagus untuk mulai tinggal bersama dan memberikan Mom cucu terlebih dahulu?" Tanya Mommy tegas. "Mom tidak menerima penolakan lagi. Mom akan berhenti mengganggu kalian asalkan kalian setuju untuk tinggal bersama dan memberi kami cucu! Atau kalian bisa menghitung mundur tanggal pernikahan kalian 1 bulan dari sekarang."

Aku mengernyit. Kenapa penawaran Mommy berbeda setiap waktu? Bukankah tadi kami diberi waktu 1 bulan untuk membicarakan perihal pernikahan yang sepertinya mustahil untuk diadakan oleh ku dan juga Keira? Kenapa sekarang...?

"A-ap... apa? Ada apa ini?" Tanya Keira, wajahnya sudah terlihat seperti anak kucing yang tersesat. Sangat memelas.

"Lo baru saja menyetujui ide gila Mommy." Kataku berbisik. "Dan selamat. Lo akan berbagi kasur dengan gue mulai besok." Ucapku sambil tersenyum miring melihat mata Keira yang membulat.

"Tapi kenapa?" Bisiknya lagi.

"Lovebirds. Kalian masih punya waktu bertukar bisikan romantis di atas kasur nanti. Sekarang makanlah makanan kalian yang sudah dingin sedari tadi." Sindiran Mommy terdengar vulgar. Wajah Keira bahkan sampai memerah dibuatnya.

"Mom, kamu tuh kalo ngomong bukan disaring. Ini meja makan loh!" Tegur Daddy yang sedari tadi diam mendengarkan pembicaraan kami.

"Aku gemas melihat mereka berdua, Dad! Jelas-jelas mereka saling mencintai, mau menunggu apa lagi?!" Sinis Mommy.

Kami? Saling mencintai? Maksudnya Mom benar-benar mengira Keira mencintaiku? Akting Keira benar-benar luar biasa. Andai saja Mom tahu kalau Keira sepertinya akan membuatku menjadi rujak serut kalau kami ditinggal berdua nanti.

Daddy hanya terkekeh geli melempar tatapan bergantian pada aku dan Keira, sedangkan Keira mengernyit, memandang kedua orangtuaku ngeri begitu mendengar ucapan Mommy barusan.

Sepertinya mulai besok, hidupku tidak akan pernah sama lagi. Tidak akan ada ketenangan dan itu semua karena pasti karena Keira dan Mommyku.

***

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro