Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 8 - Aku Suka Lagu Ini, tapi Aku Benci Dia

Ji In ambruk di ambang pintu. Bukan pengaruh soju, melainkan lelah yang berevolusi menjadi kantuk. Susah payah ia bangun, berjalan sambil raba-raba tembok dengan liar. Tas jinjing disimpan di atas rak kecil, begitupun jemarinya menekan sakelar lampu.

Mata Ji In seakan dicuci teramat manja. Otaknya berkeliaran dikala edarkan pandangan ke sekitar. Seingat Ji In, rumah baru disebut bersih saat kedatangan Yong Moon, kepala kepolisian, atau pihak penting lainnya yang butuhkan etika dalam menjamu tamu.

Perut Ji In langsung lancarkan demo usai terpaku pada hidangan di meja kopi. Langkahnya mantap dekati makanan, duduk bersila sambil nyalakan TV. Namun, perhatian Ji In teralihkan dengan mudahnya, menyimak sebait lagu yang mengalun samar-samar.

"Lagu siapa?" Kerutan nampak jelas di kening Ji In, lantas bangkit ikuti sumber suara dengan langkah pelan. Senyum merekah di bibir merahnya seiring mata tertutup lembut. Biarkan telinga ini dimanjakan oleh lagu misterius yang terdengar makin jelas, tak peduli kakinya terantuk ranjang tidur.

Mata bulat Ji In terbuka pelan. Woo Ji adalah sosok yang pertama dilihat, terbaring miring meringkuk bersama ponsel. Ji In nyaris terperanjat jauhi dia. Suara candu itu memang bersumber di ponsel milik Woo Ji. Tangan kurus berhiaskan cincin perak hadir menyabet benda pipih dari si empunya, mengotak-atik sebentar.

Let It Flow - FiveV

"Apa ini lagu comeback FiveV?" Gadis itu duduk memeluk lutut di bawah tepi ranjang, sedang mata membaca liriknya. Irama yang tergolong mellow mengajak Ji In berkelana masuki masa lalu bersama ribuan bunga.

"Kamu yakin gak mau kasih Woo Ji kesempatan kedua?" Ji In langsung menggeleng kuat. Ia tak mau masa ini datang kembali, tidak sampai ajal menjemput kapan saja. Sayang sekali dia tak dengarkan apa kata Ji In.

"Sampai dia bersujud di hadapanku, aku takkan pernah beri dia celah untuk bahagiakan aku." Ia akui telah ucapkan sumpah tersebut, telah terlaksana sejak pindah sekolah demi menjaga kewarasannya. Dan Woo Ji kembali hadir di kehidupan dewasanya, membawa sebuah mimpi kelabu untuk diterka warnanya.

Salah satu baris lirik berkata 'Cukuplah kali ini kau hancurkan bahagiaku', seakan bangkitkan dendam dalam hati Ji In. Kedua tangannya terkepal kuat hingga nyaris remukkan ponsel punya Woo Ji.

Dan untuk kali berikutnya....
Aku harus menerka kado darimu....

Mendengarnya saja buat sudut bibir Ji In tertarik samar. Sinar biru dari ponsel menerpa wajah tirusnya, nampaklah spektrum suara yang masih putarkan lagu tersebut. "Ya.... Aku harus menebak kado apa yang kamu bawa untuk pertemuan kita sekarang, Woo Ji-ya."

****

Layar ponsel yang Ji In genggam bertukar menjadi poster podcast di akun instagram aplikasi podcast khusus Korea: now.. Foto Ji In dengan kaca pembesar dan buku kecil terpampang jelas di instastory, berikut bintang tamu yang akan memeriahkan acara bertajuk 'See You, Jinn'. Tak ada foto FiveV seperti yang beliau katakan.

"Dimakan gulai jamurnya." Suara berat Woo Ji menginterupsi kegiatan Ji In yang cari informasi pasal bintang tamunya. Dia sendiri tak menatapnya, asyik menghabiskan nasi dengan lauk pauk rendah kalori. "Nanti keburu dingin."

Ji In bergeming, hanya melengos malas sambil comot selembar jamur enoki berbalur bumbu merah. Pikirnya, ini pasti hidangan kemarin malam. Ketimbang didemo perut, ia gigit jamur bersama segumpal nasi menggunakan sumpit. Pedas bumbu merah terasa meletup-letup penuhi rongga mulut, tapi terbayarkan akan suara renyah jamur ketika ia kunyah. Lidah Ji In seolah disiksa sekaligus dimanja oleh cita rasa masakan viral khas negara sendiri.

"Masakan kamu lumayan juga." Ia jepit lagi sekitar dua lembar jamur enoki untuk tunaikan rasa candu bumbu merah.

"Kau ... barusan bicara padaku?" Woo Ji menunjuk diri sendiri, tak lupa mata bulat yang menatap tak percaya.

"Lupakan." Ji In akhiri dengan decak sebal, kembali menjadi wanita yang tak butuh perhatian si idola paling tenar di kalangan gosip gadis.

"Kemarin kamu sibuk?" tanya Woo Ji mengambil segelas smoothie merah.

"Maksud kamu?" Ji In tetap tak menatap lawan bicaranya.

"Kamu kan ... pemilik podcast 'See You, Jinn'," jawabnya mengusap tengkuk. "Waktu itu, grup FiveV akan jadi bintang tamu di acaramu. Aku sangat senang bisa berjumpa denganmu lagi. Tapi...."

Tapi? Ji In menunggu sambungannya. Hal itu pula yang buat berhenti makan. Ia mengamati Woo Ji sekadar ingin dapatkan informasi menggantung tadi. Lagipula, persetan dia menunggu tatapan Ji In yang melunak. Mata ini akan senantiasa tajam bagai elang.

"Kalau bukan karena ulah Sun Lee...." Tangan Woo Ji terkepal sampai sumpitnya patah. Ia menyipit murka, masa bodoh air mata tertampung di pelupuk. "Aku dan teman-temanku bisa menghadiri podcastmu, Ji In-ah."

Sun Lee? Makin tampak saja lipatan di dahi Ji In. Rasanya pernah dengar nama itu, tapi di mana? Ia menggeleng pelan undang perhatian Woo Ji. Urusan ingat Sun Lee belakangan. "Kenapa kamu antusias sekali ikut podcast saya?"

"Karena aku ... ingin melihatmu tampil cantik untuk waktu yang lama," jawab Woo Ji mengulum senyum, tak lepas menatap Ji In begitu lembut. "Seperti masa kamu berambut pendek."

Gemeletuk akibat mengunyah jamur mewakili reaksi Ji In. Mereka langsung terdiam, sibuk dengan makanan dan masalah masing-masing. Mereka mungkin tak tahu apa yang dipikirkan. Ji In pun hanya berfirasat, mungkin Woo Ji punya urusan sama mumetnya dengan misi gagal waktu itu. Namun mengingat dirinya yang dia sebutkan....

Ia tak mampu deskripsikan perasaannya sendiri ketika menguak Ji In versi SMA.

"Sejak kapan kamu menguntit?" Ji In sanggup mendengus saja, itupun tergolong sinis. "Apa tak ada kerjaan yang tak berkaitan dengan saya?"

"Gak, aku gak nguntit!" kata Woo Ji patahkan dugaan Ji In. "Aku hanya gak sengaja lihat kamu ketawa bareng teman-teman kamu. Waktu itu kau kelihatan manis sekali, sampai aku terpana dan nabrak pilar."

Ji In nyaris kelepasan tawa, nyaris kehilangan sisi dinginnya. "Sama saja menguntit, mau prosesnya sampai nerawang kasih tau aktivitas saya ke teman-teman kamu. Tapi, kamu gak salah minum obat, kan? Bisa-bisanya kamu bilang saya manis."

"Kau pikir aku gila?" Dia telah selesai menyantap porsi hidangannya. "Aku bilang begini tulus dari hatiku paling dalam. Emang dasar Ji In-ah, pikirannya negatiiiif mulu."

"Saya gak berpikiran negatif," kilahnya melahap suapan terakhir berupa jamur enoki yang penuh bumbu merah. "Saya terbiasa berpikir waspada."

"Kau tak pernah berubah."

"Ngomong-ngomong," Ji In mengalihkan topik pembicaraan, "saya tak sengaja dengar lagu comeback ka----"

"Itu bukan lagu comeback grup FiveV," potong Woo Ji beranjak membawa peralatan makan kotor ke wastafel dapur. "Kami sepakat rekam ulang lagu ini dengan aura yang berbeda."

"Sayang sekali diubah. Padahal lagunya enak didengar, mewakili penderitaan korban----"

"Sudah kubilang itu bukan lagu comeback grup FiveV!" Ji In tersentak mendengarnya. Bentakan dia adalah lakban yang membekap mulut. Perhatian Ji In sepenuhnya bergulir pada punggung Woo Ji yang berbalut kaus kelabu.

"Maaf sudah membentakmu, Ji In-ah." Woo Ji embuskan napas berat, berbalik pamerkan tatapan sayu. "Aku----aku tak mau mengingat masa lalu kita. Mungkin kamu berpikir aku egois. Aku tidak menyesali keputusanku sendiri. Ada alasan mengapa aku bertindak egois untuk lagu itu.

"Aku tidak mau dihantui masa lalu dan rasa bersalah." Ucapan Woo Ji terngiang sampai berkumpul di dapur rekaman macam radio rusak. "Kau juga tak mau diteror masa lalu dan perasaan dendam, kan?"

Makanan di meja kopi tak ia sentuh. Semuanya jenis vegetarian. Ada sekotak pizza, tapi makanan itu khusus untuk Na Byul. Dia dapat nasihat dari tuan Lee agar tubuhnya terlihat berisi, tentu Na Byul juga wajib makan makanan berkalori rendah.

"... In-ah. Ji In-ah." Pemilik nama sedikit terperanjat, melihat Na Byul yang cemaskan dirinya. "Kamu gak apa-apa, kan?"

"A-aku gak apa-apa," elaknya berpaling melahap pisang. "Aku gak apa-apa...."

"Tapi kayaknya kamu lagi banyak pikiran," sanggah Na Byul mengambil sepotong pizza. "Mikirin podcast? Tadi aku lihat instastory now.kr, bayangin jadwalnya aja bikin kepalaku mumet."

"Kau lihat?" Ji In terkekeh sumbang. "Mungkin ucapan tuan Lee ada benarnya." Namun hati berkata aku-harus-cari-informasi-soal-FiveV. "Boleh aku tanya, Na Byul-ah?"

"Tanya soal apa?"

"Soal FiveV."

"Grup boyband yang sempat kena rumor jadi korban bullying?"

Ji In membeliak samar. Ia baru tahu soal rumor yang Na Byul sebutkan. "Jadi korban bullying? Kok bisa?"

"Itu cuma rumor, Ji In. Belum ada konfirmasi dari pihak agensi, tapi banyak Fivestar----fandom FiveV----simpan banyak bukti yang mengarah bahwa FiveV adalah korban bullying. Kebanyakan penampakan luka memar dan cambuk. Di antara lima member, Edge lah yang paling sering terlihat babak belur. Padahal mereka famous banget, kenapa jadi korban bullying?"

Edge? Satu target baru untuk Ji In selidiki suatu saat nanti bersama alasan Woo Ji membenci lagu barunya dengan Sun Lee----target misi yang ia gagalkan hari itu.

"Kenapa kamu nanyain FiveV?" Dia akhiri penjelasannya dengan sebiji pertanyaan.

Ji In tersenyum tipis dan berkata, "Sekadar ingin tahu" sebelum beranjak pergi dapati giliran untuk salurkan suara di depan mikrofon. []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro