Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

SETIAP WAKTU, SETIAP BERSAMAMU

***
Bunga plum perlahan berguguran, setiap kelopaknya yang indah terpaksa bertaburan mengotori halaman istana. Istana Qiang terlihat lengang, tak ada aktifitas yang mencolok perhatian apalagi setelah peristiwa penyerangan yang Nona Yun lakukan kemarin.

Langkah sang kaisar pemimpin tunggal kerajaan Qiang bergerak sedikit cepat. Pria bersurai kelam dengan ikatan rambut tinggi itu tengah dikawal beberapa prajurit pilihannya menuju ke sebuah kediaman yang diyakini sebagai kediaman ratunya. Wajahnya terlihat dingin dan misterius, ia memakai zirah besi pertanda bahwa ia akan melakukan sebuah peperangan besar.

Tap. Tap. Tap.

Langkahnya terdengar memasuki kediaman Nona Yun, pria itu masuk seorang diri tanpa ditemani siapapun. Suara nafas berhembus mengisyaratkan jika saat ini pikirannya tengah berat apalagi setelah melihat kondiri ratunya yang begitu menyedihkan.

Kaisar Qiang melangkah mendekat, hatinya mendadak terenyuh ketika melihat kondisi Nona Yun yang terikat di ranjang dengan luka-luka lebam yang tak bisa dihindari. Pria itu mengelus rambut Nona Yun sejenak, menatap wajah wanita yang kini teramat ia sayangi meskipun ia berusaha mengelak pada perasaannya sendiri.

"Maaf jika aku membuatmu seperti ini, aku tidak ingin kau pergi dariku. Selamanya." bisik Kaisar Qiang terdengar sangat lirih dan sedih.

Pria yang terkenal kejam dan egois tersebut, untuk pertama kalinya menyebut kata maaf untuk sang gadis. Ia tahu apa yang ia ucapkan adalah salah, mungkin akan jadi karma tersendiri jika ia mengucapkan hal tersebut sembarangan. Namun untuk gadis itu, tanpa ia sadari ia bisa menjadi jati diri yang berbeda. Percaya atau tidak Kaisar Qiang merasa berbeda dalam hidupnya.

"Aku tak bisa hidup dengan kenyataan seperti ini, kita dekat tapi bermusuhan hal ini membuatku hampir gila. Nona Yun sebenci apapun dirimu padaku, aku tidak ingin hal seperti ini terjadi. Bukan kebencian yang seperti ini yang kumau. Kau mengerti bukan?" gumam Kaisar Qiang Wen lirih sembari mengelus pelan pipi Nona Yun yang memerah lebam.

"Aku tak ingin melukaimu seberontak apapun dirimu padaku, aku tahu itu adalah jati dirimu dan aku tak melarangmu berbuat demikian namun melihat kebencianmu karena ada oranglain yang merusak hubungan kita, entah kenapa aku merasa sakit dan tidak rela. Nona Yun aku janji, aku akan mengembalikan kepercayaanmu padaku secepatnya." ucap sang kaisar dengan tatapan perih.

Perlahan tatapan sang kaisar beralih ke bahu gadis itu, ia melihat luka itu sudah terbalut kain. Luka yang ia timbulkan untuk menghentikan keberingasan sang gadis yang tak terkontrol kala itu.

"Mungkin racun itu sedikit bisa membuatmu tidur nyenyak istriku. Istirahatlah dan aku akan melakukan tugasku untukmu." ucap sang kaisar lalu meraih kepala Nona Yun dan perlahan mendaratkan sebuah ciuman manis di kening sang istri.

Kaisar Qiang Wen beranjak berdiri, ia melangkahkan kakinya menuju ke pintu namun tanpa sadar tangan Nona Yun menarik tangan sang kaisar hingga pria itu menoleh sejenak.

Nona Yun masih terpejam, melihat kondisinya yang seperti ini cukup membuat sang kaisar pilu namun apa daya jika ia tidak mengikat kakinya ia takut kalau-kalau gadisnya itu kembali mengamuk dan membuat kegaduhan apalagi sampai pergi dari istananya. Ia sungguh tidak mau.

Sang pria kembali tertegun, langkahnya terhenti dan kembali menghampiri Nona Yun yang masih terpejam matanya. Perlahan sang kaisar muda itu meraih kepala Nona Yun dan mendekatkan wajahnya, nafas yang hangat menerpa wajah Nona Yun hingga pada akhirnya...

Cup.

Sebuah ciuman mendarat di bibir Nona Yun yang sedikit luka, bibir yang terlihat kering sejenak ia sapu perlahan hingga basah. Tak lama kemudian Kaisar Qiang Wen melepaskan ciumannya, ia menatap wajah Nona Yun dalam-dalam lalu beranjak berdiri dan mulai pergi dari kediaman Nona Yun tanpa menoleh lagi.

Tanpa sang kaisar sadari, Nona Yun membuka matanya yang sayu. Ia menoleh ke arah pintu yang kini sudah tertutup kembali. Sejenak ia mendekap dadanya yang seakan ingin melompat, tangan mungilnya menyentuh bibirnya yang kini lembab akibat lumatan sang kaisar.

"Dengan apa kau akan membeli kepercayaanku, Qiang Wen?" gumam Nona Yun lirih lalu memejamkan matanya lagi.

Gadis itu meremas sprei sutera yang kini menjadi alasnya, tubuhnya masih terasa lemas bahkan untuk menggerakkan tubuhnya saja terasa begitu sulit. Nona Yun kembali membuka matanya, ia berusaha memulihkan kekuatannya namun sepertinya usahanya nihil.

"Bedebah, apa yang kau lakukan pada tubuhku Qiang Wen?!" desisnya lirih.

Semakin ia mencoba mengeluarkan tenaganya, ia semakin terasa lemas hingga akhirnya Nona Yun tak punya pilihan selain menabahkan diri dan berusaha lebih sabar. Gadis itu harus melewati beberapa malam lagi untuk kembali pulih dan segera pergi dari istana terkutuk ini.

"Qiang Wen, suatu hari nanti kau takkan bisa menahanku pergi."

*****

Suara derap kuda melaju begitu kencang, bukan hanya satu ekor tapi lebih. Liuu Qiang Wen memimpin barisan paling depan bersama sang panglima yang terkenal begitu setia dan cerdas hingga ia dijuluki sebagai bayangan sang kaisar.

Kala itu hari mulai senja setibanya di perbatasan negeri, Kaisar pergi hanya demi satu tujuan yakni meluruskan semua permasalahannya dengan Nona Yun. Ia harap kali ini perjuangannya tidaklah sia-sia dan ia berharap bisa berbaikan dengan Nona Yun lagi. Jika ia bisa berbaikan maka rencana awalnya untuk menaklukkan tujuh dunia besar bisa tersampaikan dengan mudah.

Tatapan sang kaisar menerawang jauh, langkah kudanya berderap sedikit pelan ketika pria itu menarik tali kendali. Semua rombongan Liuu Qiang Wen menatap ke arah pasukan iblis yang masih gencar berperang dengan pasukannya.

Liuu Qiang Wen membuka topeng besinya, ia begitu menikmati pertunjukan tersebut. Di era pemerintahannya semua anak buah Liuu Qiang Wen diberkahi dengan ilmu penglihatan yang hebat, hanya orang-orang tertentulah yang diberkahi Liuu untuk dapat melihat iblis secara nyata. Semua karena kehebatan Liuu Qiang Wen sebagai kaisar tunggal, kaisar pemimpin seluruh umat manusia.

"Hentikan peperangan ini sejenak, meskipun kita akan menang aku yakin hal ini akan sia-sia saja." titah Kaisar Qiang pada Panglima Xue yang duduk di atas kuda di sebelahnya.

Panglima Xue menoleh lalu menundukkan kepalanya sejenak pada sang kaisar yang masih menerawang jauh ke tengah-tengah peperangan yang maha hebat.

"Bukankah dari dulu anda memang menginginkan peperangan yang seperti ini Yang Mulia Kaisar?" tanya Panglima Xue tersirat namun sopan.

Liuu Qiang Wen menoleh ke arah sang panglima, ia menatap tajam seolah ingin menjatuhi hukuman karena panglimanya dengan berani melontarkan pertanyaan seperti itu.

"Aku punya tujuan yang lebih hebat daripada ini Panglima. Aku tidak bisa jika harus keasyikan bermain di sini dan akhirnya aku kehilangan tujuan utamaku." jelas Kaisar dengan tenang dan dingin.

"Saya harap anda melakukan hal ini dengan alasan yang benar, Yang Mulia. Saya harap anda melakukan ini bukan karena istri anda sedang sakit, saya harap anda tidak sedang jatuh cinta kepadanya sehingga...."

"Mendadak aku ingin memotong lidah manusia, Panglima Xue. Bagaimana menurutmu?" sahut Kaisar Qiang lalu mendongak menatap senja yang makin menggelap.

Panglima Xue membungkam mulutnya, ia kembali menganggukkan kepala dengan tatapan sedikit segan. Bagaimanapun ia sudah lancang mengurusi hal pribadi sang kaisar.

"Maaf Yang Mulia jika saya khilaf, saya hanya mewakili bagaimana perasaan orang-orang yang mendukung anda. Selama ini anda begitu keras dan selalu berada di jalur yang anda anggap benar namun akhir-akhir ini saya merasakan kalau....."

"Jangan membuatku benar-benar berhasrat ingin memotong lidah seseorang Panglima Xue!" gertak halus sang kaisar seraya melirik ke arah Panglima Xue melalui ekor matanya yang tajam.

"Ampun Yang Mulia." bungkam Panglima Xue dengan menganggukkan kepala dalam-dalam.

Kaisar Liuu Qiang Wen menghela nafas dalam, dadanya mendadak sesak akibat mendengar ucapan sang panglima. Suasana hatinya yang tenang mendadak musnah, sepertinya kali ini ia memang ingin membunuh orang. Lalu siapa?

"Aku ingin peperangan ini segera berakhir." dengus Kaisar lalu turun dari kudanya dan kembali memakai topeng besinya. Panglima Xue pun ikut turun dari kudanya dan berdiri di samping tuan besarnya.

"Yang Mulia biarkan saya...."

"Tidak usah, ini urusanku. Biarkan aku sendiri yang mengakhiri semua permasalahan ini." sahut Kaisar Qiang dingin ketika Panglima Xue mencoba menahan langkahnya menuju ke tengah peperangan.

"Tapi Yang Mulia, bangsa iblis sangat licik saya takut anda...."

Srrriing.

Suara pedang dicabut dan dengan cepat pedang itu mengarah ke leher sang panglima membuat sang panglima hanya mendelik dan menahan nafasnya yang tercekat di leher.

"Kau meragukanku Panglima Xue? Kau kira aku bisa terkalahkan oleh bangsa iblis? Jangan menyembahku jika kau meragukanku! Potong kepalaku jika kau melihat bahwa aku terkalahkan oleh musuh!" tegas Kaisar Qiang tidak suka.

Sang panglima langsung bersujud dan menyembah berkali-kali akibat kelalaiannya yang fatal.

"Ampun Yang Mulia... Ampuni Panglimamu yang bodoh ini." ucap Panglima Xue sambil terus bersujud.

"Kau sudah kehilangan tanganmu, jangan sampai kau kehilangan lidahmu apalagi kepalamu Panglima Xue!" ucap Kaisar Qiang begitu marah lalu menyarungkan pedangnya lagi dengan kasar.

Pria muda bersurai kelam nan indah itu melangkah cepat menuju ke seseorang yang ia yakini sebagai pemimpin bangsa iblis. Tanpa merasa kehilangan ia menebas semua orang yang menghalangi jalannya baik itu kaumnya sendiri ataupun kaum iblis. Yang terakhir tanpa ragu sedikitpun Kaisar Qiang menebas salah satu panglima perangnya yang tengah beradu dengan pimpinan bangsa iblis.

Blasshhh.

Kepala salah satu panglima yang setia padanya menggelinding membuat pimpinan bangsa iblis terheran-heran lalu mundur beberapa langkah dari pria bertopeng yang kini hadir di hadapannya.

"Kau.. Kau siapa?" tanyanya ditelan keheranan yang luar biasa.

Kaisar Qiang belum menjawab, ia lantas membuka topeng besinya dan membuat pimpinan bangsa iblis kaget bukan main. Tanpa pikir panjang bangsa iblis mengalungkan pedang dan trisula ke arah leher sang kaisar. Ketegangan tersebut membuat pihak kaisar panik, mereka maju namun sang kaisar segera mengangkat tangannya, mengisyaratkan agar pasukannya tidak maju apalagi mendekat apalagi menyerang.

"Rupanya kau punya nyali juga untuk menemui kami di sini." cebik sang iblis menyakitkan.

"Aku tidak bersalah, untuk apa aku takut dengan kalian." balas Kaisar dengan roman tenang.

"Apa? Kau menganggap dirimu tak bersalah? Lalu pembunuhan terhadap raja kami, penculikan terhadap calon ratu kami... Apakah semua itu hanya permainan yang lucu bagimu?" ucap sang iblis terdengar begitu berang.

"Kaisar sepertiku memang membutuhkan sedikit hiburan, aku membunuhnya dan itu bukanlah dosaku. Bukankah iblis memang diciptakan untuk dibinasakan, dijadikan budak dibawah kaki manusia?" balas Kaisar Qiang penuh berani.

"Apa kau bilang?!" geramnya sambil maju dan mengarahkan senjata ke arah leher Kaisar Qiang. Dengan sigap sang kaisar menangkapnya dan menggenggam mata pedang dengan tangan terbuka hingga darah perlahan merembes di sela-sela jarinya.

"Kau ingin tahu keadaan Ratumu bukan? Dia baik-baik saja bersamaku. Lalu apa gunanya kau menyerangku? Apa kau ingin tahtaku? Atau kau ingin ratumu kembali? Tenang saja, jika aku sudah tak membutuhkannya, aku pasti akan mengembalikannya padamu." ucap sang kaisar tenang namun benar-benar menyulut emosi para iblis yang mendengarnya.

"Bedebah kau! Kau kira ratu kami adalah barang. Kau pantas mati!" tegasnya murka lalu melayangkan pukulan ke wajah Kaisar Qiang.

Sang kaisar segera menangkisnya, ia balas memukul sang iblis dengan tangan kosong. Mereka terlibat adu kekuatan yang cukup hebat, keduanya memang memiliki kekuatan sebanding sehingga pertempuran mereka cukup lama dan imbang.

"Kembalikan ratu kami atau kau akan mati!!" ancamnya beringas lalu menendang tubuh sang kaisar namun sayangnya bisa dihindari dengan cepat.

Kaisar Liuu Qiang Wen menangkis serangan sang iblis, menendang tubuhnya dan mendorongnya kuat-kuat. Sang kaisar tidak menyia-nyiakan kesempatan ketika melihat sang iblis tersungkur dan terhempas kuat sedikit jauh darinya. Kaisar Liuu Qiang Wen segera memelintir tangan sang iblis hingga terdengar suara retakan yang cukup keras, ia meringkusnya dan dengan kekuatan ajaibnya sang kaisar mampu membekuk si pembuat onar.

"Aku tahu kau hanya ingin menyelamatkan ratumu dariku, tapi ketahuilah aku sama sekali tidak pernah menyiksa ratumu. Darimana kau dapat kabar murahan seperti itu? Tidak ada asap jika tidak ada api, sekarang jelaskan padaku apa yang terjadi! Atau kau memang sudah bosan hidup! Jika begitu biarlah kau mati dan dibakar di sini bersama pasukanmu yang lainnya!" gertak Kaisar Qiang kesal.

Sang iblis menatap Kaisar Qiang penuh kebencian namun nyalinya sedikit menciut ketika mendengar ancaman Kaisar Qiang yang begitu mengerikan. Pantas saja jika ia ngeri karena apapun yang diancamkan oleh sang raja sianida, apapun itu pasti akan ia lakukan.

"Apa kami harus mempercayai ucapanmu? Apa kami harus percaya bahwa ratu kami baik-baik saja?"

"Pergilah bersamaku jika kau tidak percaya ucapanku, makhluk rendahan!" tegas Kaisar Qiang kesal sambil mengepalkan kedua tangannya.

Sang iblis terdiam sejenak, ia balas menatap mata Kaisar Qiang dalam-dalam seolah menerawang akan kejujuran orang tersebut.

"Baiklah! Aku percaya padamu, aku akan mengatakan yang sejujurnya padamu tapi berjanjilah setelah ini pertemukan kami dengan ratu kami. Apa kau keberatan?" ucap Sang iblis mengajukan persyaratan.

"Baiklah! Akan ku penuhi permintaanmu. Sekarang katakan padaku kenyataan yang sebenarnya." ucap sang kaisar penasaran.

Sang iblis menghela nafas, ia mendongak menatap langit yang semakin menggelap. Ia seakan menerawang jauh ke ingatannya yang lalu.

"Kala itu seseorang sengaja datang padaku, dengan pakaian serba merah ia mengatakan padaku bahwa Ratu kami, Nona Yun Xiaowen tengah diperlakukan secara tak adil oleh Raja manusia. Kami tak percaya namun ia terus menyulut kemarahan kami hingga akhirnya kami terbakar dan terbawa emosi."

"Siapakah orang itu? Apakah kau tahu namanya?" tanya sang kaisar penuh selidik.

Si iblis menatap mata kaisar sangat tajam, ia bisa membaca bagaimana kaisar muda tersebut memiliki rasa antusias yang tinggi terhadap ceritanya.

"Kau sangat mengenalnya, ia adalah....."

****************************

Siapa dalang dibalik semua ini? Apakah Yun akan memaafkan sang kaisar? Rahasia apa yang disembunyikan Pangeran Hong?

Pertanyaan itu akan terjawab dalam versi E-BOOK yang sudah tersedia di Google PlayStore.
Kisah ini memiliki 57 bab yang bisa kalian baca hingga puas.
Pastikan kalian membeli kisah yang original hanya di Google PlayStore ya.

Terima kasih. ☺🧡

Eitss....
Jangan lupa mampir ke karya penulis yang lain, diantaranya;
1. Dilamar Mas Mantan
2. Sotya// Permata
3. Dibalik Masakan Asin Buatan Ibuku
4. Dsb.



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro