Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

PERUNDINGAN RAHASIA

***
Suara belalang malam kini mulai mendominasi. Malam mulai larut namun Kaisar Qiang masih berada di ruangan utama miliknya. Pria itu tak sendirian, ia ditemani oleh Nona Yun gadis menyebalkan yang selalu meneriaki Kaisar Qiang sesuka hatinya sendiri.

Pria bermanik kelam itu mematikan beberapa lampu minyak dan hanya menyisakan satu lampu minyak di hadapannya. Lampu yang hanya menerangi keduanya diantara keremangan malam yang terasa makin dingin dan menusuk.

"Sekarang katakan padaku apa yang ingin kau sampaikan? Dan setelah itu biarlah aku menyampaikan apa yang ingin aku sampaikan padamu." ucap Kaisar Qiang seraya melirik Nona Yun yang duduk di hadapannya.

Nona Yun masih terdiam, ia menunduk mengamati meja kecil yang menjadi jarak antara dirinya dengan sang kaisar. Bagaimanapun ia tidak bisa terus-menerus seperti ini, mengharapkan Kaisar Qiang mau melepaskannya tanpa syarat. Ia tahu Kaisar pasti punya alasan tersendiri kenapa dia melakukan semua ini.

"Ayo katakan!" desak Kaisar Qiang dengan nada selunak mungkin.

Nona Yun mengedipkan dua bola matanya yang indah, perlahan ia mendongak balas menatap mata kelam sang kaisar yang kini tertuju penuh ke arahnya.

"Kenapa kau tak memerintahkan Panglimamu untuk membunuhku sekalian waktu itu? Bukankah kau mengincar kerajaan Iblis?" tanya Nona Yun dengan mata tegas.

"Kau ingin tahu jawabannya? Karena tujuan utamaku adalah menikahimu bukan membunuhmu."

"Jika memang kau ingin menikahiku kenapa kau harus membunuh kedua orangtuaku dan menghancurkan kerajaanku? Kau bisakan datang baik-baik dan memintaku?"

"Karena aku tahu orangtuamu tidak akan pernah mengijinkanku untuk menikahimu."

"Kenapa? Apa kau sudah mencoba?"

"Karena aku adalah manusia terganas di muka bumi ini, manusia yang hidup dengan racun di dalam tubuhnya. Orangtuamu sudah pasti takkan memberikanmu padaku karena mereka takut aku akan memanfaatkanmu."

"Memang kenyataannya seperti itu bukan?" celos Nona Yun pedas.

"Ya." jawab Kaisar Qiang dingin.

Pria itu tak menyembunyikan sedikitpun jawabannya, ia bersikap jujur meskipun terdengar begitu menyakitkan di telinga Nona Yun.

"Lagipula kau juga pasti takkan mau menikah denganku maka dari itu tak ada cara selain membunuh orangtuamu dan menghancurkan istanamu. Dengan begitu kau takkan ada tempat bersinggah selain ikut denganku." imbuh Kaisar Qiang jujur.

Nona Yun mendengus kesal, ia membuang muka ke samping. Tangannya menggenggam erat, menahan rasa geram yang kini bergumul dalam dadanya.

"Ada hal lain yang ingin kau sampaikan Nona Yun?" tanya Kaisar Qiang sembari menatap mata Nona Yun begitu dingin.

"Jauhi Pangeran Hong." ucap Nona Yun tanpa balas menatap Kaisar Qiang. Pria itu menyipitkan kedua matanya seakan ingin menelisik tentang apa yang dipikirkan Nona Yun sekarang. Kenapa tiba-tiba gadis yang berada di hadapannya ini membahas tentang Pangeran Hong?

"Aku tidak ingin kau melibatkan dirinya terlalu jauh, bagaimanapun ia masih terlalu kecil untuk kau manfaatkan." jelas Nona Yun sambil melirik Kaisar dengan ekor matanya.

"Kenapa?"

"Aku sudah bilangkan dia masih kecil!" ucap Nona Yun menaikkan nada bicaranya dengan kesal karena Kaisar Qiang seolah terus memancing emosinya.

"Aku sudah mengadakan perjanjian dengannya, lalu bagaimana?"

"Perjanjian? Perjanjian apa?"

"Lagipula dia sudah sanggup menyerahkan dirinya untuk menjadi salah satu kaki tanganku."

"Apa?"

"Ya."

"Lepaskan Pangerang Hong, kau terlalu gila kekuasaan, Kaisar Qiang." ucap Nona Yun mencuramkan alisnya tanda tidak suka.

"Tidak bisa, dia sudah terlanjur berjanji padaku. Dan aku sudah memberikan darahku untuk menyambung hidupmu."

"Apa?"

"Kau lupa ya bahwa kau sudah menggerayangi tubuhku dan menghisap darahku dengan begitu buas malam itu?" ucap Kaisar Qiang mengingatkan membuat wajah Nona Yun mendadak merah karena malu.

"Jangan membahas sesuatu yang tidak penting, Kaisar Qiang." tegas Nona Yun seraya menatap ke sisi lain guna menutupi perasaan malunya.

"Itu sama sekali penting bagiku, Nona Yun. Kau bahkan merendahkanku malam itu, apa perlu aku menceritakan semuanya padamu? Cerita bahwa kau sudah menghisapku dari bibir sampai...."

"Cukup Kaisar Qiang, jangan dibahas lagi!" peringat Nona Yun makin tak nyaman.

"Tapi jika kau masih memerlukan darahku, aku bisa memberikannya untukmu." imbuh Kaisar Qiang lalu pura-pura berpaling ke arah lain.

"Apa?" desis Nona Yun sambil menatap Kaisar Qiang tak mengerti.

Mereka berdua terdiam sejenak, hanya suara tarikan nafas masing-masing yang terdengar kala malam itu beriringan dengan derik jangkrik yang bersahutan.

"Aku hanya minta padamu Kaisar Qiang lepaskan aku dan adikku. Kami punya kehidupan sendiri, duniamu dengan duniaku begitu berbeda. Kenapa kau begitu bersikeras dengan tekadmu itu?"

"Jujur Nona Yun aku tak bisa melepaskanmu karena aku sudah menjelaskannya dari awal bahwa aku memang berniat menjadikanmu Ratuku."

"Dengar aku sekali lagi Kaisar Qiang, aku tidak butuh menjadi ratu. Aku hanya ingin pulang dan tinggal di duniaku sendiri, apa kau mengerti?"

"Terkadang pura-pura tak mengerti itu adalah hal terbaik Nona Yun."

"Kaisar Qiang berhentilah mempermainkan kata-kataku!"

"Aku juga tidak berniat ingin mempermainkanmu Nona Yun. Aku mengatakannya dengan jujur. Aku menangkapmu karena aku memang ingin memanfaatkanmu."

"Sekarang katakan padaku apa yang kau inginkan dariku Kaisar Qiang?" tanya Nona Yun tanpa basa-basi lagi.
Sejenak ia mulai merasa bosan pada topik pembicaraan mereka yang tidak jelas arah tujuannya.

Kaisar Qiang terdiam, ia menatap mata Nona Yun yang begitu antusias kepadanya. Pria itu menghela nafas lalu menatap lampu minyak di sampingnya.

"Aku ingin menjadi cahaya satu-satunya di muka bumi ini Nona Yun. Sanggupkah kau membantuku?"

"Apa maksudmu?"

"Aku ingin menguasai tujuh Dunia Besar dan menjadi satu-satunya cahaya di dunia ini."

"Kenapa kau memilih aku? Kau yakin aku bisa mewujudkannya untukmu?" tanya Nona Yun keberatan.

"Itulah kenapa aku mengambil dirimu untuk menjadi ratuku."

"Kau yakin dengan keinginanmu itu?"

"Tentu saja."

"Maaf Kaisar aku sama sekali tak bisa membantu." jawab Nona Yun singkat. Gadis itu lalu berdiri dari duduknya dan berjalan menuju ke arah jendela. Wajahnya terlihat suram ia mendongak menatap rembulan yang bersembunyi dibalik hitamnya awan.

"Kenapa?" tanya Kaisar Qiang penasaran sambil ikut berdiri dan menyusul Nona Yun ke depan jendela.

"Itu terlalu beresiko."

"Maka dari itu Nona Yun aku meminta kerjasama darimu, aku tahu aku tak bisa sampai ke sana tanpa dirimu. Itulah kenapa aku menjanjikanmu menjadi ratuku."

"Aku tetap tak bisa." jawab Nona Yun singkat lalu melengos menatap ke sisi lain guna menghindari tatap mata Kaisar Qiang yang begitu tajam.

"Bagaimana kalau kesediaanmu itu ditukar dengan bebasnya Pangeran Hong?" tawar Kaisar Qiang dengan cerdik.

Nona Yun menoleh, ia menatap Kaisar Qiang seolah tak percaya namun pria itu meraih tangan Nona Yun dan menggenggamnya begitu erat. Mata yang biasanya menyorot tajam kini perlahan berganti dengan tatapan kelembutan penuh permohonan.

"Bukan itu saja, jika kau mau membantuku aku akan melindungi kerajaan iblismu, menjadikan Pangeran Hong raja termasyur dan memberikan separuh wilayahku untukmu. Apa kau mau?" desak Kaisar Qiang menggebu-gebu.

"Apa kau yakin dengan segala konsekuensinya Kaisar Qiang?" tanya Nona Yun sekali lagi.

"Ya." jawab Kaisar Qiang dengan mantap. Nona Yun menghela nafas, ia menatap langit lalu memejamkan dua bola matanya yang indah sejenak.

Kaisar Qiang yang melihatnya sedikit terheran, namun ia tetap berusaha sesabar mungkin mendengar jawaban Nona Yun Xiaowen.

"Baiklah, tapi kau harus ingat akan janjimu Kaisar Qiang." putus Nona Yun hampir membuat sang kaisar melonjak kegirangan.

"Sekarang pergilah! Aku ingin beristirahat." imbuh Nona Yun terus menatap keluar jendela kamar.

Kaisar Qiang terdiam, ia belum juga beranjak dari samping Nona Yun membuat gadis itu harus kembali menoleh ke arah sang kaisar dengan tatapan tak suka.

"Apa kau tak dengar kata-kataku? Aku ingin kau segera pergi dan...."

Nona Yun terhenyak ketika Kaisar Qiang meraih lengannya dan menyorongnya hingga terbentur sisi jendela. Tatapan mereka beradu cukup lama hingga akhirnya kesadaran Nona Yun kembali ketika tangan kokoh Kaisar Qiang menarik pinggulnya agar mendekat padanya.

"A.. Apa? Apa yang akan..."

"Kau tak menawariku menginap Nona Yun?"

"Aku tak serendah itu Kaisar Qiang, pergilah!" tolak Nona Yun seraya mendorong dada Kaisar Qiang.

"Tiba-tiba aku merindukan kamarku ini." pancing Kaisar Qiang iseng.

"Ka.. Kalau begitu biarkan aku tidur di tempat yang lain saja." jawab Nona Yun terbata sembari berusaha menjaga jarak.

"Kau harus tetap di sini."

"A.. Apa?"

"Bagaimana kalau aku memberimu sedikit kekuatan?"

"Tidak... Aku tidak membutuhkannya." tolak Nona Yun berusaha melepaskan pelukan Kaisar Qiang. Namun pria itu tetap memaksakan kehendaknya.

Dengan kekuatannya sang kaisar mencengkeram pinggul Nona Yun, mendorongnya hingga tak bisa bergerak sama sekali. Pria itu terlanjur terobsesi padanya, meskipun ia berusaha menolak sang kaisar mencengkeram rahangnya dan memaksanya untuk menerima setiap pagutan yang sang kaisar berikan.

"Ehmn..." Nona Yun mengunci rapat bibirnya namun sang Kaisar menggigitnya membuat Nona Yun terpaksa membuka bibirnya.

Ciuman manis bercampur amisnya darah menyatu menjadi satu, Kaisar Qiang sengaja melukai bibirnya dan memberikan darahnya untuk Nona Yun hisap. Pria itu terus menekan bibirnya di mulut Nona Yun berharap si gadis mau mengulum bibirnya dan memanjakannya.

"Aku mohon jangan iming-imingi aku dengan darah manusia Kaisar Qiang, aku tidak bisa mengendalikan diriku jika terus menerus mencicipinya." ucap Nona Yun seraya melepas ciuman sang kaisar.

Gadis itu kembali mendorong tubuh Kaisar Qiang agar menjauh, tanpa sadar ia membuka satu rahasia hidupnya di hadapan sang kaisar. Rahasia dimana ia bisa menjadi bukan dirinya hanya karena haus oleh darah manusia. Ia tidak ingin menjadi iblis egois, iblis yang hidup hanya untuk memburu darah manusia.

"Kau bisa meminta padaku kapanpun kau mau? Aku sama sekali tak keberatan Nona Yun." jawab Kaisar Qiang dengan dingin.

Nona Yun menatapnya sekali lagi, pria itu mendekat lalu menyentuh wajahnya dengan perlahan.

"Jika itu mampu membuatmu hidup lebih lama, aku tidak apa-apa. Bukankah aku sudah pernah mengatakan padamu, mungkin aku tak bisa memberimu cinta tapi aku bisa melindungimu. Apa kau mengerti maksudku?" imbuhnya lagi.

Sejenak Nona Yun merasakan pancaran ketulusan dari hati sang kaisar, ia bisa melihat kesepian dari balik mata Kaisar Qiang. Gadis itu tak mampu mengelak ketika untuk kedua kalinya pria itu memagutnya dan menyapu bibir kenyalnya.

Sang kaisar menciumnya lebih dalam, dengan lidahnya ia membelai setiap sudut bibir Nona Yun dengan lembut.

"Dengan menjadi istriku maka hidupmu menjadi tanggunganku Nona Yun." bisiknya di sela-sela ciumannya.

Tangan sang Kaisar perlahan menyentuh wajah Nona Yun, memagut bibirnya sepuas hati dengan nafas yang menderu kasar.

"Nona Yun aku benar-benar kesepian."

****

Kaisar Qiang menatap wajahnya di cermin, ia bisa melihat bayangan wajah Nona Yun di sana. Sejenak pria itu tersenyum, ia tidak tahu bahwa akhir-akhir ini ia lebih rajin tersenyum jika mengingat Nona Yun. Wajah pria itu mendadak memerah, ia tersipu sendiri ketika membayangkan apa yang terjadi tadi malam di kamarnya. Memang tidak terjadi apa-apa selain hanya berciuman tapi entah kenapa efeknya sangat luar biasa dalam hatinya.

Senyumnya mendadak pudar ketika Panglima Xue meminta ijin masuk ke kediaman sang kaisar, pria itu berdehem lalu berbalik badan ketika Panglima Xue masuk ke ruangannya.

"Yang Mulia..."ucap Panglima Xue lalu membungkukkan badan guna menghormat pada sang kaisar.

"Ada apa?" tanya sang kaisar dengan dingin sambil menatap panglimanya.

"Nona Yun memaksa untuk melihat persenjataan kita Yang Mulia, saya tidak mengijinkan karena saya tahu dia adalah...."

"Dimana dia sekarang?"

"Masih di markas Yang Mulia."

"Aku yang akan menemuinya." jawab Kaisar Qiang dengan serius.

"Tapi Yang Mulia pagi ini anda akan menghadiri rapat dewan jadi...."

"Aku kaisarnya, rapat takkan berjalan tanpa adanya diriku. Jadi kenapa kau harus panik?" ucap Kaisar Qiang lalu berjalan menuju keluar ruangannya guna menuju ke markas senjata miliknya.

"Baik Yang Mulia." jawab Panglima Xue lalu membungkuk dan mengekor di belakang sang kaisar.

Pria bermata tajam itu menuntun langkah kakinya menuju ke markas persenjataan. Benaknya bertanya kenapa gadis itu sudah membuat ulah sepagi ini. Apa lagi yang ia pikirkan saat ini?

Kaisar Qiang menghela nafas, ia bahkan tidak keberatan untuk mengurusi gadis merepotkan itu sepagi ini. Tindakan sang kaisar cukup membuat sang panglima keheranan, ada apakah dengan Kaisarnya?
Kenapa pria yang sedingin Liuu Qiang Wen bisa begitu perhatian dengan gadis iblis itu? Bahkan untuk menanggapi hal seremeh ini, Kaisarnya rela menunda rapat.

"Maaf Yang Mulia, apakah anda baik-baik saja?"

*********************

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro