Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

44 ߷ Raina and the Fireflies Grove



Lagi-lagi tempat ini.

Zhenira menatap padang pasir di sekelilingnya dengan perasaan campur aduk. Ia tidak tenang jika mengingat kalau ini sudah kedua kalinya ia memimpikan tempat ini.

Apakah kali ini aku akan bertemu lagi dengan siluman elang raksasa waktu itu?

Zhenira menggeleng, lalu memilih untuk melanjutkan langkahnya sembari merapatkan cardigan putih yang ia pakai. Telapak kaki tanpa alasnya terasa tergelitik oleh pasir-pasir yang ia pijak. Bulan di atas sana juga masih sama seperti hari itu. Ia hanya tinggal menunggu waktu sampai hal-hal aneh itu kembali terjadi.

Namun hingga awan berjalan menutupi sebagian sisi bulan, Zhenira tidak juga mengalami hal aneh seperti mimpi-mimpinya sebelum ini. Akan tetapi ia yakin, kalau mimpi kali ini juga bukan suatu kebetulan.

"Putri Zhenira ..."

Zhenira tersentak saat sekilas suara yang memanggil namanya terdengar begitu pelan. Ia tidak asing dengan suara itu. "Seperti suara Raina, tapi di mana?"

"RAINA!"

"KAMUKAH DI SANA?"

"TOLONG JAWAB AKU!"

Wush!

Semilir angin yang cukup kencang menerbangkan rambut panjang Zhenira yang sengaja digerai. Gadis dengan netra secoklat madu itu spontan menutup mata dengan lengannya untuk menghalau pasir-pasir yang juga ikut beterbangan karena tiupan angin.

Setelah beberapa saat, barulah Zhenira kembali membuka mata dan menurunkan lengannya. Lagi-lagi Zhenira dibuat terkejut saat dirinya sudah berada di sarang burung elang yang sama. Sarang besar dengan berbagai tumpukan jerami di belakangnya. Akan tetapi, burung elang raksasa itu sedang tidak berada di tempat. Hanya terdapat sisa biji-bijian berupa jagung dan gandum saja di dekat sarang burung elang tersebut.

Jelas saja Zhenira dibuat penasaran. Ke mana kira-kira perginya burung elang raksasa yang merupakan jelmaan dari Raina itu?

"Putri Zhenira ..."

Suara panggilan itu terdengar lagi. Membuat Zhenira yang kini sudah berada di dekat sarang burung elang tersebut jadi merengut. "Raina, aku tahu kalau itu kau. Jadi cepatlah tunjukkan dirimu dan jangan bermain petak umpet denganku."

Sosok seorang perempuan dengan gaun putih bersihnya muncul dari balik tumpukan jerami di depan Zhenira. Perempuan itu tersenyum ramah dengan tatapan penuh keramahan ke arah Zhenira. Akan tetapi, itu bukan Raina. Ya, Zhenira yakin kalau perempuan yang kini sudah berdiri di depannya ini bukan Raina.

"Raina menghadap Anda, Tuan Putri."

"Kamu bukan Raina."

Perempuan bergaun putih polos itu tersenyum. "Saya Raina, Tuan Putri. Sayalah pemilik tubuh asli dari burung elang raksasa itu."

"Hah? Jadi kamu Raina yang asli?"

Perempuan itu mengangguk. Masih dengan senyuman, tangannya mengayun dan mengeluarkan satu gelembung ajaib yang bisa menunjukkan gambar. "Dia Raina yang Anda kenal, bukan?" tanyanya sambil menunjukkan wajah Raina yang selama ini ia kenal sebagai salah satu orang kepercayaan Zaaron. "Nama aslinya adalah Aina, Putri Zhenira. Sementara Raina itu adalah nama saya," jelas sang burung elang raksasa dalam wujud manusianya itu.

"Nona Aina menggunakan nama Raina untuk menyembunyikan identitasnya sebagai Aina. Karena Nona Aina dulunya adalah seorang mantan ketua bandit yang sudah menjadi buronan di mana-mana. Itulah kenapa dia mengganti nama menjadi Raina."

"Sungguh? Aku tidak percaya ini."

Wajar saja Zhenira tidak percaya. Raina si mulut pedas berwajah datar tanpa ekspresi itu adalah seorang mantan ketua bandit? Yang benar saja.

"Saya pun juga tidak akan percaya jika bukan Yang Mulia Zaaron sendiri yang menceritakannya pada saya, Tuan Putri."

"Lantas, apakah kau tidak masalah kalau Aina menggunakan namamu?"

Mulai sekarang aku akan memanggil Raina sebagai Aina jika kami hanya berdua.

Raina asli menggeleng. "Itu tidak masalah bagi saya, Tuan Putri. Nama saya itu merupakan nama yang umum digunakan. Karena itu, saya pun juga sadar kalau masih banyak orang dengan nama Raina di luar sana. Jadi tidak masalah."

"Ohh, begitukah?" Zhenira mengangguk, kemudian bertanya dengan hati-hati. "Lantas, apakah kamu tahu kenapa aku bisa berada di tempat ini lagi?"

"Saya yang memanggil Anda kemari. Karena ada sesuatu yang ingin saya tunjukkan, Tuan Putri. Mari ikuti saya."

Raina memimpin jalan, mengarahkan Zhenira pada sebuah pintu kayu kecil dibalik tumpukan jerami. Zhenira bahkan harus menunduk saat mengikuti Raina masuk ke dalamnya. Namun ia juga dibuat kagum, karena pintu itu ternyata terhubung dengan dunia luar. Hutan yang lebat dengan banyak sekali kunang-kunang beterbangan.

"Wahh! Indah sekali!" Zhenira tidak bisa mengabaikan keindahan alam ini. Langit malam penuh bintang, pepohonan rindang penuh kunang-kunang, dan semburat hijau kemerahan dari aurora di atas sana.

"Fireflies Grove, Anda bisa menemukan hutan ini saat pergi ke Wilayah Timur Negeri Silvanna, Tuan Putri." Raina menjelaskan. "Sama seperti namanya, hutan ini adalah rumahnya para kunang-kunang. Hutan ini berada sekitar 6 km dari Kastil Merlion dan 3 km dari Stealth Academy."

Kening Zhenira mengerut dalam. Gadis itu menoleh ke arah Raina dengan ekspresi penasaran yang sangat kentara. "Jadi, hutan ini berada dekat dari Stealth Academy?" tanyanya. "Lalu padang pasir itu? Juga ada di Negeri Silvanna."

Raina terkekeh geli kala mendengar pertanyaan dari sang putri di sampingnya. "Tentu tidak, Tuan Putri. Tempat itu hanyalah salah satu portal penghubung yang dibuat Yang Mulia Zaaron untuk menghubungi Anda lewat mimpi. Beliau ingin terhubung dengan Anda lewat mimpi-mimpi itu. Sebelum ini, padang pasir dan sarang burung elang raksasa itu tidak ada. Saya pun sebenarnya tidak tinggal di sini. Saya berada di sini karena perintah Yang Mulia."

Jujur, Zhenira jadi semakin dibuat pusing akan rentetan fakta yang baru saja dibeberkan oleh Raina. "Jadi, semua itu hanya buatan?"

"Benar, itu semua buatan. Tetapi, Fireflies Grove ini memang ada. Yang kita pijak sekarang hanyalah tiruannya. Yang asli, bisa Anda kunjungi langsung saat tiba di Stealth Academy nanti."

"Tunggu-tunggu! Kenapa kau bisa tahu kalau aku akan pergi ke Stealth Academy?" Jelas saja Zhenira penasaran. Ia bahkan tidak bercerita pada siapapun selain Oscars dan teman-temannya. Lantas bagaimana Raina bisa tahu kalau ia akan pergi ke Stealth Academy?

"Itu hal yang mudah, Yang Mulia. Karena saya mempunyai ini." Raina kembali menunjukkan gelembung ajaib miliknya. "Tidak hanya di dalam dimensi, gelembung ini juga bisa melihat aktivitas seseorang di luar dimensi. Untuk menggunakannya, kita hanya perlu menyebutkan nama orang yang ingin kita pantau saja."

"Jadi selama ini kamu memantauku?"

Raina mengangguk lagi. Membuat Zhenira spontan bergidik ngeri.

"Saya hanya melakukannya saat diperintah Yang Mulia, tapi akhir-akhir ini saya melakukannya sendiri. Yang Mulia Zaaron belum menemui saya lagi sampai hari ini. Rumor yang tersebar mengatakan kalau beliau sakit semenjak Anda kembali ke dunia Anda, Putri Zhenira."

Pengakuan Raina membuat Zhenira terkejut. "Zaaron sakit? Iblis berkedok Raja itu bisa sakit? Hahaha, yang benar saja. Aku tidak percaya." Jelas saja ia tidak percaya. Ini pasti hanya akal-akalan Zaaron supaya ia kasihan dan kembali ke Negeri Silvanna untuk menjenguk. Nanti pasti ujung-ujungnya ia tidak diperbolehkan pulang lagi seperti yang terjadi sebelum ini.

"Saya pun belum mengetahui secara pasti. Apakah Yang Mulia benar-benar sakit atau tidak."

"Bukankah kau bisa melihatnya melalui gelembung itu?"

"Benar, Tuan Putri. Tetapi istana utama memiliki pelindung, dan gelembung ini tidak bisa menembus pelindung yang dibuat oleh Yang Mulia. Jadi saya tidak mengetahui keadaan pasti di dalam istana selama pelindung itu masih ada."

Zhenira berdecak. Baru saja ia dibuat kagum oleh kekuatan gelembung ajaib milik Raina, tapi lagi-lagi itu semua dipatahkan oleh batasan-batasan tak terduga. "Lalu, apa tujuanmu membawaku kemari? Kau bilang ingin menunjukkan sesuatu. Aku tidak melihat ada sesuatu yang bisa ditunjukkan di sini," ujar Zhenira sembari menatap sekeliling hutan gelap dengan banyaknya kunang-kunang di mana-mana.

"Sedikit lagi, Tuan Putri. Tempatnya tidak jauh dari sini."

Lagi-lagi, Raina menggiring Zhenira agar mengikuti langkah kakinya. Menapaki jalanan hutan dengan rasa penasaran. Suara hewan malam seperti jangkrik dan katak juga turut menemani langkah kaki Zhenira yang semakin merapatkan cardigan miliknya. Udara malam membuat gadis bernetra secoklat madu itu sedikit kedinginan.

Sedikitnya Zhenira jadi tahu, kalau dunia mimpi itu luas dan penuh tipuan. Sama seperti yang sering dikatakan oleh sang ibunda, kalau mimpi hanyalah bunga tidur. Namun berbeda dengan semua mimpinya yang benar-benar nyata. Bahkan terkadang, ia tidak bisa membedakan mana yang hanya berupa mimpi dan kenyataan. Tetapi yang jelas, ia sudah bisa membedakannya sekarang.

"Nah, kita sudah sampai."

Zhenira kembali ditarik secara paksa dari lamunan saat suara Raina terdengar. Gadis itu terperangah dengan hal indah yang tengah dilihatnya sekarang. Puluhan ikan koi berenang di langit bebas.

"Bagaimana mungkin ikan-ikan itu bisa berenang di udara?!" Zhenira langsung menyuarakan isi pikirannya sembari melangkah maju dengan decak kagum dan mendekati ikan-ikan luar biasa tersebut. Ikan-ikan itu memiliki warna orange keemasan yang sangat indah dan berkilauan. "Pasti semua ikan ini adalah ikan siluman, bukan?" tebaknya.

Raina mengulas senyum geli dan mengangguk. Sang elang raksasa dalam wujud manusianya itu cukup terhibur dengan reaksi terkejut Putri Zhenira. "Tepat sekali, Tuan Putri. Ikan-ikan ini memang ikan siluman. Ikan siluman yang bertugas menyampaikan pesan antar dimensi. Biasanya kami memakai ikan ini untuk menghubungi teman kami yang berada di luar dimensi. Selain ikan koi, burung gagak juga bisa diandalkan sebagai pengantar surat."

"Tunggu, burung gagak?"

Raina mengangguk. "Iya, burung gagak."

Ingatan Zhenira seketika melayang saat pertama kali ia didatangi oleh seekor burung gagak bernetra sebiru kristal di kamarnya yang ternyata adalah Zaaron. Mungkinkah pada waktu itu, Zaaron ingin menyampaikan pesan padanya dengan menyamar sebagai burung gagak? Akan tetapi, kotak mimpi itu juga muncul saat burung gagak Zaaron pergi tanpa jejak, bukan?

Oke, ia sudah mengerti sekarang.

"Apakah ikan koi itu bisa menyampaikan pesanku pada seorang teman di bumi?"

"Tentu saja bisa, tapi nanti saat Anda sudah benar-benar mengunjungi Fireflies Grove yang asli. Untuk saat ini, kembalilah tidur, Tuan Putri. Saya hanya ingin menunjukkan ikan koi pengantar pesan itu pada Anda. Maaf karena telah mengganggu waktu tidur Anda."

Raina mengatakan kalimat itu sebelum meniupkan serbuk emas pada Zhenira untuk mengembalikannya ke dunia nyata. Karena Raina yakin, pengetahuan sedikit apapun tentang Negeri Silvanna akan sangat berguna bagi Zhenira yang ingin memulai kembali petualangannya menjelajah misteri yang ada di dunia ini.



Wahhh, akhirnya part ini berakhir juga. Gimana menurut kalian? Ada yang bisa ngasih tahu konsep Negeri Silvanna dan dunia mimpi tuh gimana?

Kalau tahu, komen di bawah, ya^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro