Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

35 ߷ Start the Hunt



In the real world ...

"Sudah hari ketiga, tapi mereka semua belum kembali juga."

Kalimat yang diucapkan sembari menahan tangis itu berasal dari Dhiana Evans, ibu dari Zhenira. Semua orang tua yang ada di ruangan itu juga turut merasakan kesedihan yang dirasakan oleh Dhian. Karena semua anak-anak mereka juga belum kembali dari alam bawah sadar mereka sejak tiga hari yang lalu.

Ya, semua orang tua dari kesepuluh remaja itu sudah tahu duduk permasalahannya. Dhiana Evans lah yang meminta suami beserta kakaknya agar memberitahukan perihal ini kepada orang tua mereka. Karena bagaimana pun, setiap orang tua pasti akan khawatir bila tahu kalau anak-anaknya tak kunjung pulang. Kali ini bukan karena kenakalan mereka, tapi takdirlah yang membawa mereka pada petualangan tanpa batas di alam bawah sadar mereka.

Awalnya Darren tidak setuju, tapi Reyhan membujuk adik iparnya itu dengan perkelahian sengit ala keduanya. Dhian sampai harus menendang tulang kering kakaknya agar bergenti berkelahi karena sang suami sudah kewalahan saat itu.

Saat ini, mereka berada di salah satu ruangan khusus milik Revallino Reyhan di mansionnya. Ruangan itu awalnya adalah tempat latihan Reyhan dan Darren. Akan tetapi, tempat yang memiliki luas sekitar 10 × 15 meter itu kini disulap menjadi tempat penampungan. Bagaimana tidak? Tubuh milik kesepuluh remaja yang jiwanya masih berpetualang di alam mimpi itu diletakkan berjejeran di sana. Masing-masing dari mereka diberi matras tebal dan selimut yang nyaman.

Sudah tiga hari, dan kesepuluh remaja itu masih belum juga membuka mata. Mereka para orang tua hanya bisa berdoa agar anak-anak mereka bisa segera kembali bersama mereka lagi secepatnya. Masing-masing dari para orang tua juga tahu, kalau anak-anak mereka saat ini pasti tengah mencari jalan keluar agar bisa pulang kembali ke dunia nyata.

Hal yang seharusnya menjadi rahasia, kini malah sudah tidak bisa dirahasiakan lagi karena keadaan yang memaksa. Keistimewaan Zhenira sudah diketahui oleh para orang tua dari sahabat-sahabatnya. Tidak hanya Zhenira, tapi keistimewaan Zero juga.

Keistimewaan mereka dalam mengendalikan mimpi.

Namun kini, mimpi itu tidak bisa mereka kendalikan karena ada campur tangan sang iblis.

🌌🌌🌌

Kembali ke bumi perkemahan yang masih menampilkan bagaimana Raja Zaaron dan Putri Zelina mengatur berbagai hal untuk perburuan mereka hari ini. Kejadian kemarin sudah berlalu, Zhenira pun sudah ketemu, dan Zaaron meminta semua orang untuk tidak mengungkit-ungkit kejadian itu lagi.

Acara tahunan Negeri Silvanna sudah bisa kembali dilaksanakan. Terutama perburuan yang seharusnya dilaksanakan kemarin akan menjadi kegiatan utama pada hari yang cerah ini. Ya, cuacanya sangat mendukung untuk memulai perburuan. Langit biru dengan awan putih, daun-daun yang masih basah karena embun, juga sejuknya udara pagi adalah momen yang bisa dinikmati oleh semua orang saat ini.

Perburuan akan dilaksanakan sekitar satu jam lagi. Maka dari itulah, kini Zaaron dan tangan kanan setianya terlihat sibuk membagi kelompok untuk para prajurit. Tidak semuanya yang akan pergi berburu, karena sebagian dari para prajurit itu akan tetap berada di area perkemahan untuk berjaga-jaga. Mengingat para perempuan juga tetap akan tinggal untuk memasak dan menyiapkan jamuan makan siang bagi sang raja serta prajurit-prajuritnya sepulang berburu nanti ...

"Aku mau ikut."

... dan Zhenira sepertinya akan menjadi pengecualian.

"Zhe! Lo apa-apaan, sih? Lo tuh cewek! Jangan begajulan, deh."

Perkataan Kesya membuat Zhenira spontan memberikan tatapan tajamnya pada sang sahabat. "Emangnya nggak boleh kalo gue ikut? Toh, gue juga bisa naik kuda sendiri, kok. Gue nggak bakal ngerepotin orang lain."

"Zhe, lo tuh kemarin baru dapet musibah sampe ke langit ketujuh, loh. Sekarang mau bikin ulah apalagi, hm?" Linda yang tidak tahan, akhirnya juga ikut angkat bicara. Ayolah, ia hanya khawatir kalau sahabatnya akan kenapa-napa lagi.

"Pokoknya gue mau ikut."

"Tapi-"

"Biarkan saja dia ikut." Zaaron yang entah datang sejak kapan menyahut dari arah samping ketiga gadis itu. Laki-laki yang mengenakan setelan pakaian sederhana untuk berburu itu terlihat tampan dan gagah saat tengah duduk di atas kudanya.

"Aku sendiri yang akan menjaga sahabat kalian ini. Jadi kalian berdua tidak perlu khawatir," tutur Zaaron sembari mengulurkan tangannya ke arah Zhenira yang disambut dengan baik oleh gadis itu. Sang Raja Silvanna itu langsung saja mengangkat tubuh ringan Zhenira ke atas kudanya dengan tangan kirinya yang bebas. Sementara tangan kanannya memegang tali kekang kuda agar sang kuda tidak terkejut dan tetap seimbang.

Kesya yang melihat pemandangan itu saja sampai menganga karena saking kagumnya. Hei! Baru kali ini dia melihat seorang laki-laki yang bisa menarik dan menggendong seorang gadis untuk naik ke atas kuda hanya dengan satu tangan kosong. Padahal bisa saja Zhenira naik sendiri dengan menginjak kaki pelana sang kuda, tapi sahabatnya itu malah digendong dengan begitu mudahnya oleh sang raja.

Wah! Sebenarnya sekuat apa sosok Zaaronico?

"Baiklah. Kalau Yang Mulia sudah bilang begitu, maka kami tidak bisa berbuat apa-apa selain mengiyakan." Linda berucap sopan sembari tersenyum kecil. Meskipun diliputi rasa khawatir, tapi ia mana bisa melawan kehendak sang raja.

Jangan tanya bagaimana Zhenira sekarang. Tentu saja gadis itu merasa menang dari kedua sahabatnya. Lihat saja ekspresi wajah angkuhnya yang ingin sekali Kesya cakar habis-habisan itu.

"Awas aja kalo sampe lo kenapa-napa lagi," ancam Kesya.

"Iya-iya. Bawel amat lu, ah."

"Gue bawel karena khawatir sama lo, bego!" Kesya jadi gemas sendiri. "Untung ada Yang Mulia. Kalo nggak ada, udah gue jambak-jambak itu rambut lo biar botak!"

"Bodo amat, wlee!" Zhenira memeletkan lidahnya. Jangan lupakan pelukan pada pinggang Zaaron yang sengaja ia lakukan untuk memanas-manasi Kesya. "Ayo, Zaaron. Lebih baik kita segera berangkat," tutur Zhenira tanpa menghilangkan senyum mengejeknya.

Ingatkan Kesya untuk menjambak rambut Zhenira saat sahabatnya itu sudah kembali dari acara berburu nanti. Baru setelah kuda yang ditunggangi oleh Zaaron dan Zhenira pergi, keluar sudahlah semua sumpah serapah Kesya untuk sahabatnya itu.

"Zhenira, bego! Untung temen gue lo! Kalo enggak, udah gue kasih ke kadal hutan biar dimakan!" seru gadis dengan nama lengkap Amanda Kesyara itu sembari menghentak-hetakkan kakinya kesal.

Linda sendiri hanya menggeleng-gelengkan kepalanya seraya tertawa kecil. Karena melihat Kesya dan Zhenira berdebat seperti yang terjadi barusan sudah biasa baginya. Kedua sahabat berisiknya itu kalau disatukan memang suka adu argumen karena berbeda pendapat, tapi kalau dijauhkan pasti akan saling menanyakan karena rindu.

"Lo kenapa malah ketawa sih, Lin?! Tau, ah! Orang-orang pada nyebelin banget hari ini! Kesel gue!"

Linda semakin tertawa karena gerutuan Kesya. "Ututu~ Jangan marah-marah gitu, dong. Ntar tuh wajah mulus lo muncul keriput, gue mampusin."

"Bodo amat!"

"Yeu, malah ngambek bocah."

🌌🌌🌌

Sepertinya tidak hanya Kesya dan Linda saja yang dibuat terkejut saat Zhenira memutuskan untuk ikut berburu bersama rombongan. Ketujuh sahabat laki-laki mereka yang lain pun dibuat terkejut akan informasi yang baru saja mereka terima. Bahkan Zero dan Oscars sampai berlari-larian ke barisan depan untuk membujuk Zhenira agar gadis itu mengurungkan niatnya.

"Zhe, please. Kali ini nurut sama gue." Oscars menarik kedua pipi Zhenira dan sedikit menekannya agar sang sepupu menatap padanya. "Lo tuh cewek, jadi nggak usah ikut-ikutan. Ntar kita juga yang repot," ujarnya.

Zhenira menepis tangan Oscars dengan netra berkilat-kilat. "Emangnya kenapa kalo gue cewek, hah?! Kalian berdua tuh nggak usah khawatirin gue. Fokus aja sama berburu nanti."

Zero mendengkus. Pemuda yang berdiri tepat di samping Oscars itu benar-benar tidak habis pikir kenapa gadisnya bisa sekeras kepala ini.

"Zer, bantuin gue bujuk nih pacar lo. Susah amat dibujuk." Oscars berujar lagi sembari menoel-noel pundak Zero.

"Sudahlah, biarkan saja Zhenira ikut." Zaaron yang sedari tadi hanya memerhatikan interaksi ketiganya pun tidak tahan dan akhirnya menyahut.

"Apa sih lo? Nggak usah ikut-ikutan, deh." Oscars membalas dengan sinis, yang berakhir mendapat keplakan dari sepupu cantiknya.

Plak!

"Heh! Nggak boleh gitu."

Netra Oscars membulat tak percaya. "Zhe! Sakit, tau! Kok lo lebih belain dia?!" Oscars protes tak terima. Jangan lupakan mulutnya yang sudah mengerucut sembari tangan yang mengelus-elus belakang kepala karena keplakan Zhenira di sana.

"Gue nggak belain dia, tapi tindakan lo emang salah."

Oscars merengut. Beginilah ia jika sudah bersama sang sepupu, Zhenira. Sikapnya yang cuek dan pemarah bisa jadi seperti anak kecil.

"Gue bakal baik-baik aja, oke? Jadi lo berdua nggak usah khawatir." Zhenira bersedekap, tetap pada pendiriannya yang ingin ikut serta berburu bersama mereka. "Gue bisa jaga diri gue sendiri. Lagipula, gue ikut karena cuma pengen lihat aja."

"Ya udah. Asal lo janji jangan jauh-jauh dari kita," ujar Zero kemudian. Pemuda itu tahu kalau Zhenira yang keras kepala akan tetap pada pendiriannya saat ini. Jadi hal terbaik yang bisa ia lakukan hanyalah menjaga gadis itu agar tetap aman selama di dalam hutan nanti. Mengingat ia sendiri juga tidak tahu-menahu tentang seluk-beluk hutan tempat berburu yang akan dikunjungi.

Ya, hutan tempat berburu dan hutan tempat area perkemahan mereka memang berbeda. Menurut penjelasan Elmo sebelum berangkat tadi, hutan tempat mereka biasa berburu itu ada di seberang hutan ini. Dipisahkan oleh tebing dan sungai di bawahnya. Namun uniknya, mereka harus bisa membedakan mana yang merupakan binatang sungguhan dan seorang siluman. Para warga istana tentunya sudah tidak asing dengan semua itu.

Lantas bagaimana dengan ketujuh remaja laki-laki yang datang dari dunia nyata tersebut?

🌌🌌🌌

"Duh! Ini gimana cara gunainnya, sih?"

"Ck! Bukan begitu caranya, bego!"

"Lo yang bego! Enak aja ngatain gue bego. Emak gue aja bilang kalo gue itu anaknya yang paling pinter."

Perdebatan kecil itu berasal dari Maxime dan Kevin yang tengah sibuk menalikan benang pada busur mereka. Maxime yang kesusahan, menggerutu kesal. Sementara Kevin bukannya membantu malah mengajak adu urat. Kemudian Shadow yang memang satu kelompok dengan keduanya hanya menghela napas. Pemuda yang merupakan salah satu gitaris D'Most Saga itu sedang malas ikut berdebat. Jadi ia lebih baik diam saja dan fokus dengan busurnya sendiri.

Di sisi lain, Oscars satu kelompok dengan Trax dan Marcell. Padahal ia ingin sekelompok dengan Zhenira dan Zaaron. Tetapi justru sudah keduluan oleh Zero. Ia sih paham kalau sahabatnya yang juga merupakan kekasih dari sepupunya itu tidak ingin membiarkan Zhenira berduaan saja dengan Zaaron. Itulah kenapa Zero satu kelompok dengan Zhenira dan Sang Raja Silvanna itu saat ini.

Target utama buruan mereka adalah rusa dan kelinci. Selain dua binatang di atas, mereka wajib melepaskannya kembali kalau tanpa sengaja menangkapnya. Misalkan seperti harimau, singa, bahkan kuda liar. Mereka wajib melepaskannya.

Zhenira yang tidak tegaan jelas saja akan lebih memilih memburu rusa daripada binatang berbulu seperti kelinci. Baginya, binatang lucu seperti kelinci tidak seharusnya diburu meskipun daging kelinci memang sangat enak bila diolah dan dimasak. Bahkan di dunianya saja, ada banyak orang yang menjual sate kelinci.

"Bukan begitu caranya."

Zhenira sedikit tersentak kala tangan besar Zaaron meraih busur serta tali miliknya. Laki-laki itu dengan terampil menalikan tali itu pada dua sisi busurnya.

"Kau harus menarik ujung satunya supaya rapat."

Zhenira mengangguk mengerti dan mengucapkan terima kasih pada sang raja karena sudah membantunya. "Terima kasih, padahal aku bisa melakukannya sendiri kalau diajari."

"Tidak masalah. Apapun untukmu."

Zero yang melihat pemandangan itu spontan berdecih. Si raja itu suka sekali mencari kesempatan dalam kesempitan. Ternyata perkataan Zaaron waktu itu tidak main-main. Kalau laki-laki itu akan merebut Zhenira darinya.

Tidak bisa dibiarkan.



Wahhh! Zero terbakar api cemburu, bung🤣🤣🤣Ayo, Bro! Jangan biarkan Zaaron mengambil kesempatan!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro