26 ߷ Event Preparation
•
•
•
Hukuman untuk Putri Zelina dan Raja Zaaronico sudah ditentukan. Berita itu langsung menyebar ke seluruh penjuru istana, bahwa kedua orang berpengaruh itu akan turun tangan langsung dan menjadi ketua regu dalam acara tahunan kerajaan tersebut.
Acara tahunan yang dimaksud adalah berburu dan berkemah. Semua warga dan anggota kerajaan Silvanna wajib mengikuti kegiatan ini. Biasanya raja dan para anggota keluarga kerajaan tidak ikut campur dalam acara persiapan tersebut. Namun kali ini berbeda, karena sang raja akan turun tangan langsung dan membantu persiapannya.
"Cepat masukkan semua senjata ke dalam peti!" ujar Elmo. Pemuda itu tengah bertugas membantu persiapan senjata yang akan dibawa pada saat berburu saat ini. Ada anak panah, tombak, pedang, dan senjata ringan lainnya. Di samping Elmo ada Zaaron, sang raja dengan tatapan mata tajam yang siap menghunusmu kapan saja.
"Yang Mulia, apakah Anda perlu sesuatu untuk dimakan? Anda belum makan, bukan?"
Perkataan Elmo membuat Zaaron langsung mengalihkan perhatiannya pada pemuda itu. "Aku ingin beberapa roti dan gandum. Bawakan juga teh hangat dengan ekstra chamomile," ungkapnya.
Elmo meletakkan satu tangannya di dada dan menundukkan sedikit badannya, memberi hormat. Setelah itu, tangan kanan Zaaron yang masih berusia 17 tahun tersebut segera melaksanakan perintah sang raja. Elmo bergegas pergi ke area dapur istana dan meminta para koki menyiapkan pesanan Zaaron.
Tidak perlu menunggu lama, karena para koki di istana sangat cekatan. Sekitar lima menit kemudian, Elmo sudah membawa nampan yang berisi beberapa lembar roti dan gandum. Tidak lupa semangkuk susu yang menyertainya. Kemudian ada secangkir teh dengan ekstra Bunga Chamomile pesanan sang raja. Hidangan yang sangat menggugah selera itu membuat Elmo jadi menginginkannya juga.
"Tolong buatkan untukku juga. Nanti suruh pelayan mengantarkannya ke tempat para prajurit mempersiapkan senjata, karena aku akan ada di sana."
Usai mengatakan keinginannya, Elmo bergegas membawa hidangan itu ke tempat Zaaron. Tentunya dengan langkah yang sedikit dipercepat, mengingat kalau sang raja belum makan sama sekali sejak tadi pagi.
🌌🌌🌌
"Makanannya sudah saya letakkan di meja sudut sana, Yang Mulia." Elmo menunjuk arah pojok kanan, di mana ada sebuah meja kecil beserta dua kursi yang menyertainya. Nampan yang berisi pesanan sang raja tadi sudah Elmo letakkan di atas meja tersebut.
"Baiklah, aku akan makan terlebih dahulu. Tolong gantikan aku dan awasi persiapan senjatanya," pinta Zaaron kemudian.
Elmo hanya mengangguk sebagai jawaban. Karena setelahnya, pemuda itu segera melaksanakan perintah sang raja, dan mulai kembali mengatur jalannya kegiatan persiapan senjata tersebut.
Sementara Zaaron, laki-laki itu sudah mendudukkan dirinya di kursi dan menatap penuh minat pada hidangan di depannya. Ia pun langsung menyantap makanan itu tanpa ba-bi-bu lagi. Mengingat dirinya yang memang belum makan sejak tadi pagi.
Zaaron menyantap makanannya sembari mengamati lalu-lalang prajuritnya di depan sana. Pikirannya seketika melayang ke Zhenira. Entah ke mana gadis itu sekarang. Pasalnya, seharian ini ia belum bertemu dengan Zhenira sama sekali. Entah sedang apa gadis itu saat ini.
"Hei! Apa kalian melihat Zhenira?" Zaaron bertanya pada dua orang pelayan yang berdiri di dekat tanaman Bunga Mawar.
"Tidak, Yang Mulia. Saya belum melihat Putri Zhenira sama sekali."
"Saya juga demikian, Yang Mulia. Terakhir kali saya melihatnya kemarin sore saat Putri Zhenira ke dapur istana untuk meminta makanan."
Zaaron semakin mengernyitkan keningnya. Tidak biasanya Zhenira diam-diam saja seperti ini. Biasanya ada saja tingkah gadis itu yang membuat ia beserta orang-orang istana jadi geleng-geleng kepala. Lantas ke mana perginya gadis itu sekarang?
"Tolong katakan pada Elmo untuk melanjutkan tugasku mengawasi para prajurit. Aku akan, ah tidak. Aku ingin menemui Zhenira."
Kedua pelayan tersebut mengangguk. Salah satu diantara keduanya tersenyum, dan mengiyakan perintah sang raja. Mereka sudah bisa menebak kalau sang raja akan langsung menemui Putri Zhenira sekarang. Secara, rumor tentang si Raja Silvanna yang menyukai putri dari Keluarga Evans tersebut sudah menyebar ke seluruh penjuru istana tanpa diketahui oleh kedua orang itu sendiri.
Entah siapa yang menyebarkan rumor tersebut. Namun yang jelas, harapan mereka selalu sama. Harapan agar sang raja selalu bahagia di mana dan dengan siapapun dia berada.
🌌🌌🌌
"NGGAK KENA, WLEE! HAHAHA!"
"SIALAN LO, RA! JANGAN LARI, WOY! BALIKIN SELENDANG BIDADARI GUE!"
Drap! Drap! Drap!
Suara langkah kaki dan teriakan yang saling bersahutan itu berasal dari dua orang gadis cantik yang saling kejar-kejaran di sepanjang koridor istana siang itu. Teriknya matahari tak membuat senyuman jahil dari salah satunya luntur begitu saja. Malahan, gadis dengan netra kecoklatan itu tampak begitu bersemangat sembari mengangkat tinggi-tinggi selendang merah di tangannya. Sementara tepat di belakangnya, ada sang sahabat yang tengah berusaha mengambil kembali selendang miliknya yang kini berada digenggamannya.
Ya, mereka adalah Zhenira dan Kesya.
Rasa-rasanya memang tidak akan lengkap kalau tidak menyaksikan keributan keduanya yang memang hampir setiap saat terjadi. Bahkan Linda sendiri suka heran dengan kedua sahabatnya tersebut. Tiada hari tanpa ribut.
"MAKANYA KEJAR, DONG! LAMBAT LO, AH!"
Kesya mendelik mendengar penuturan Zhenira. Gadis yang saat ini memakai gaun terusan berwarna peach itu semakin mempercepat langkah kakinya untuk mengejar sahabatnya tersebut. Ia merasa kesal karena Zhenira dengan seenak jidat mengambil selendang merah yang baru saja akan dipakainya untuk mempercantik penampilan. Ia memang tengah berada di kamar waktu itu, sedang berdandan di depan cermin lebih tepatnya. Eh, tiba-tiba Zhenira masuk dan membawa kabur selendang merah yang hendak dipakainya. Jelas saja ia kesal.
"ZHENIRAA! BERHENTI NGGAK LO?!"
Teriakan Kesya itu membuat perhatian orang-orang sekitar langsung tertuju pada keduanya. Banyak dari mereka yang tertawa melihat tingkah jahil Putri Zhenira pada salah satu sahabatnya tersebut. Apalagi dengan posisi keduanya yang masih saling kejar-kejaran di sepanjang koridor yang dilalui. Benar-benar pemandangan siang hari yang menyenangkan, bukan?
Bahkan gaun panjang di tubuh keduanya itu tak bisa menjadi penghalang untuk mereka berlari dengan sangat lincah. Karena baik Zhenira maupun Kesya saat ini tengah berlari sembari mengangkat gaun mereka tinggi-tinggi. Membuat kaki jenjang keduanya terlihat dan tersuguh secara cuma-cuma.
Zhenira terkekeh geli seraya terus berlari menapaki satu per satu ubin Istana Silvanna dengan gembiranya. Selendang merah Kesya yang berada di tangannya ia putar-putar dengan sengaja. Membuat Kesya yang melihat dari belakang sana menjadi semakin berang dengan tingkah jahilnya.
"SUMPAH YA, ZHE! LO KALO KETANGKEP SAMA GUE, ABIS LO!"
Ancaman Kesya sama sekali tak diacuhkan oleh Zhenira. Ia sama sekali tidak takut dengan ancaman sahabatnya tersebut. Malahan, ia ingin sekali tertawa kencang saat ini. Karena entah Kesya sadar atau tidak, tapi ancamannya tadi begitu lucu baginya.
Dikira makanan kali, ya? Pake dihabisin segala.
Zhenira diam-diam tertawa dalam hati. Menjahili sahabatnya itu memang menyenangkan! Maka dari itu ia ingin terus melakukannya. Lagipula, sudah lama rasanya ia tak sesenang ini.
Tap! Tap! Tap!
Bruk!
"Aduh!"
Zhenira reflek mengelus pantatnya yang berhasil mencium lantai itu sembari meringis pelan. Ia mendongakkan kepala untuk melihat siapa yang telah ia tabrak, dan Zhenira mendapati Zaaron berdiri menjulang di depannya. Gadis itu spontan merotasikan matanya saat melihat sang raja.
"Bisa nggak sih, kalo muncul tuh jangan tiba-tiba kayak gitu?!" pekik Zhenira yang kini sudah berdiri tegak sembari berkacak pinggang tersebut.
"Lo nggak kenapa-napa kan, Zhe?!" Kesya yang baru saja sampai di samping Zhenira langsung memutar-mutar tubuh sahabatnya itu sembari bertanya dengan cemasnya. Ia sangat panik tadi saat melihat Zhenira jatuh dengan begitu kerasnya ke lantai.
"Gue nggak apa-apa kok, Key. Cuma pantat gue nyut-nyutan, anjir."
Kesya meringis, ia bisa membayangkan rasa sakitnya saat ini. Manik matanya langsung bergulir ke arah sang Raja Silvanna yang masih tidak bergeming sedikitpun dari tempatnya.
"Yang Mulia, tidakkah Anda sebaiknya meminta maaf sekarang juga karena sudah membuat sahabat saya terjatuh?" Kesya berujar dengan sinisnya sembari melemparkan tatapan tajamnya yang jelas tidak akan berpengaruh apa-apa pada Zaaron.
Tatapan Zaaron beralih ke selendang merah yang terjatuh di dekat kaki Zhenira. Diambilnya selendang itu dan langsung diberikannya pada Kesya yang terpaku. "Ini selendang milikmu, 'kan?" Kesya hanya mengangguk kaku sebagai jawaban. "Bawa ini dan pergilah. Aku ada urusan dengan sahabatmu, Zhenira."
"Urusan apa?" celetuk Zhenira dengan kening yang sudah mengerut, lantaran merasa bingung dengan maksud perkataan Zaaron.
"Nanti kau juga akan tahu," jawab Zaaron.
Kesya yang mendapatkan kembali selendang merahnya tersenyum sumringah. Gadis itu langsung melenggang pergi setelah mengucapkan kata semangat pada Zhenira yang dibalas dengan teriakan gadis itu.
"Eh! Lo mau ke mana, Key?!"
"Nikmati waktu lo sama Yang Mulia deh, ya! Dadah, Zhenira!"
"Woy! Bangsul!"
Srek!
Zhenira berjengit kaget kala sebuah tangan besar membekap mulutnya dari belakang. Tatapannya langsung menajam kala tahu bahwa Zaaron lah pelakunya. Dilepaskannya tangan laki-laki itu dari mulutnya dengan kasar.
"Apaan, sih?!"
"Bisa diam tidak? Kata-kata yang keluar dari bibir mungilmu itu jadi semakin kasar saja," cibir Zaaron terang-terangan. Tak tanggung-tanggung, laki-laki itu juga menunjukkan ekspresi malasnya pada Zhenira sekarang.
Zhenira berdecih. "Suka-suka saya, dong. Tidak ada urusannya dengan Anda."
Zaaron tersenyum meremehkan. "Memang tidak ada urusannya denganku, tapi aku tidak suka dengan kata-kata kasar yang keluar dari bibirmu itu, Zhe."
Mau tidak mau Zhenira harus merotasikan matanya kala mendengar perkataan Zaaron yang terdengar seperti peringatan di telinganya tersebut. Gadis dengan gaun panjang berwarna biru yang dipakainya itu sontak mengacungkan telunjuknya tepat di depan wajah Zaaron.
"Dengar ya, Yang Mulia Raja. Anda sudah membawa saya ke dunia ini dengan paksa, dan saya sudah memaafkan Anda untuk itu. Akan tetapi, Anda tidak berhak mengatur-atur hidup saya. Baik itu perkataan ataupun tindakan yang saya lakukan. Paham?"
Senyuman miring langsung tersungging di bibir Zaaron. "Inilah yang aku sukai dari dirimu sejak dulu, Zhe." Kening Zhenira mengerut, gadis itu masih menunggu Zaaron melanjutkan kalimatnya. "Tidak ada rasa takut, begitu pemberani."
Zhenira kembali berdecih untuk kesekian kalinya. Ditatapnya sosok laki-laki gagah dan tinggi di depannya ini dengan sorot mata kecoklatannya yang tampak menantang. "Jadi begitukah sosok diriku di matamu, Yang Mulia?" tanya Putri Silvanna Evans tersebut sembari mengumbar senyum palsunya.
"Tentu saja."
Jawaban Zaaron yang kelewat santai tanpa beban itu membuat Zhenira jengkel. Jika saja Zaaron bukan raja yang dihormati oleh seluruh orang di Negeri Silvanna, sudah sejak tadi kepalan tangannya akan mendarat di wajah songong laki-laki itu.
"Hah, sudahlah. Tidak ada gunanya berdebat dengan Anda." Zhenira memijit pelipisnya sejenak sebelum kembali menatap pada sang lawan bicara. "Jadi, ada apa? Anda ke sini pasti untuk menemui saya, 'kan? Apakah ada hal yang penting?" tanyanya lagi.
Zaaron mengangguk sekilas. "Aku ingin kau mendampingiku memimpin seluruh rangkaian acara tahunan besok."
"HAH?!"
Sikap terkejut langsung ditunjukkan oleh Zhenira. Gadis itu menatap laki-laki yang memiliki warna mata sebiru kristal itu dengan ekspresi tak percaya yang terpampang jelas di wajah cantiknya.
"Anda sudah gila?! Saya tidak bisa!" seru Zhenira seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. "Lagipula, bukankah Anda dihukum dengan Putri Zelina untuk memimpin jalannya acara itu bersama? Jadi lakukanlah saja dengannya!"
"Cih! Aku tidak sudi bekerja sama dengannya," ujar Zaaron sembari mengusak rambut depannya. Lantas mendekatkan wajahnya pada Zhenira, tak lupa seringai yang terbit di bibirnya. "Lagipula, bukankah ada kau yang juga bisa melakukannya denganku?"
Blush!
Bajingan! Bisa-bisanya dia menggodaku seperti ini!
"Ekhem! Begini ya, Yang Mulia." Zhenira menegakkan postur tubuhnya dan mulai mengangkat tangan kirinya tepat di depan wajahnya. "Yang pertama, Anda mendapatkan hukuman dari para petinggi kerajaan untuk memimpin jalannya acara tahunan ini bersama Putri Zelina. Yang kedua, saya tidak mau menerima ajakan Anda karena acara itu sudah menjadi tanggung jawab Anda dan Putri Zelina."
"Itu kan hanya gertakan dari para petinggi. Lagipula aku yakin kalau Zelina tidak akan mau melakukannya."
"Siapa bilang?"
Zaaron dan Zhenira spontan menoleh ke sumber suara. Putri Zelina berdiri di sana, tepat di tikungan jalan yang menghubungkan lorong utama istana dengan lorong kamar para anggota keluarga istana. Gadis dengan surai putih dan netra semerah delima itu berjalan dengan anggun ke arah Zaaron dan Zhenira berada.
"Siapa bilang kalau aku tidak mau melakukannya?" tanyanya lagi sembari menatap Zaaron dengan sudut bibir terangkat sinis. "Aku yang akan memimpin para wanita dan para anak gadis saat acara perkemahan nanti, Yang Mulia." Seringai Putri Zelina semakin melebar kala melihat keterdiaman sang raja. "Jadi Anda tidak perlu repot-repot meminta Putri Zhenira yang melakukannya."
Zhenira yang merasakan aura ketegangan di antara kedua orang itu memundurkan langkahnya sedikit demi sedikit. Sungguh, ia tidak ingin terlibat permasalahan di antara kedua orang berpengaruh tersebut.
Srek!
"Mau ke mana?"
Zhenira spontan menoleh ke arah pergelangan tangannya yang dicekal oleh laki-laki bernetra sebiru kristal di depannya. "Aku tidak ingin mengganggu pembicaraan kalian," tutur Zhenira apa adanya. Zaaron dapat melihat ada rasa gelisah di manik secoklat madu Zhenira.
"Tidak ada hal yang perlu kubicarakan dengannya, Zhe."
Zaaron berujar sembari menatap sekilas pada Putri Zelina yang tampak terperangah dengan ucapannya. Seringai laki-laki itu melebar. Zaaron lantas memberikan senyum mengejeknya pada putri bungsu dari keluarga Merlion tersebut.
"Jadi, ayo kita pergi."
•
•
•
Piu, ada yang kangen cerita ini nggak?! Jujurly, part ini dipublish pada tanggal 6 November 2022. Sementara part sebelumnya di publish pada tanggal 2 September 2022.
Yups, aku baru comeback again di project ini, xixi ><
Jika kalian suka dengan cerita ini? Jangan lupa vote dan commentnya, ya! Ditunggu banget loh!
Okay, bye!
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro