Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17 ߷ The White Fox



"Selamat datang di penginapan kami!"

Kesya melebarkan senyumnya kala sepasang suami-istri dari keluarga kaya berkunjung ke penginapan mereka. Linda yang melihat itupun segera membantu membawa barang-barang pelanggannya itu.

Jika dilihat dari penampilan keduanya, sepertinya mereka adalah pejabat yang cukup tersohor. Terlebih ketika pemilik penginapan tampak turun dari lantai atas dengan tergopoh-gopoh dan langsung menyambut kedua pasangan suami-istri itu dengan antusias.

"Maaf kalau penginapan saya dirasa kurang nyaman, semoga betah menetap di sini selama yang Anda butuhkan." Pemilik penginapan yang merupakan seorang wanita paruh baya berusia 35 tahun itu memberikan senyuman terbaiknya pada pasangan tersebut. Balasan yang didapat pun begitu baik. Pasangan suami-istri tersebut memberikan senyuman ramah yang begitu menyejukkan mata.

Kesya bahkan sampai meremas tangan Linda yang berada disampingnya lantaran merasa gemas dan terharu. Linda sampai mengaduh kesakitan karenanya. Kedua sahabat itu akhirnya mengantarkan kedua tamu tersebut ke kamar mereka setelah mendapatkan arahan dari sang pemilik penginapan.

Selama diperjalanan, Kesya yang memang begitu antusias, tak henti-hentinya menanyakan beberapa hal kepada dua pelanggannya tersebut. Ternyata mereka berasal dari wilayah Timur, di mana di sana tempatnya para siluman tinggal.

Kesya dan Linda sih tidak merasa heran lagi, karena mereka tahu kalau Negeri Silvanna ini memang tempatnya para makhluk yang di dunia mereka itu dianggap mitos belaka. Sementara dua suami-istri itu sendiri adalah seorang siluman rubah putih. Sang wanita tadi sempat menunjukkan ekornya pada kedua anak manusia itu. Kesya sudah tak bisa menyembunyikan kekagumannya kala itu. Gadis bernama lengkap Amanda Kesyara itu langsung menyalami tangan wanita paruh baya yang hanya tertawa melihat tingkahnya tersebut.

"Jadi nama kalian adalah Kesya dan Linda, ya?" tanya wanita paruh baya tersebut sembari tersenyum lembut.

Kesya dan Linda mengangguk serempak.

"Benar, Nyonya. Kami bekerja di sini untuk sementara, sembari mencari dua teman kami yang menghilang."

Plak!

"Aduh! Kenapa sih, Lin?!"

"Jangan cepu," desis Linda dengan pelan. Lindayana Ayodya mendelik tajam setelah menabok lengan Kesya dengan lumayan keras tadi. Ia hanya tidak mau Kesya menceritakan masalah itu ke sembarang orang, apalagi orang asing. Mereka sudah berjanji kalau tidak akan percaya pada siapapun di dunia ini, karena ini bukan dunia mereka. Ini bukan lingkungan mereka. Jadi mereka harus hati-hati dalam berucap maupun bertindak.

"Ah, maaf! Hahaha, saya terlalu banyak bicara."

Ya, setidaknya tawa canggung Kesya sedikit menutupi suasana tidak enak yang sempat terjadi. Gadis itu buru-buru membuka pintu kamar di depannya. Mempersilakan kedua suami-istri itu untuk masuk dan membantu Linda membawa barang-barang yang keduanya bawa.

"Selamat datang dan selamat beristirahat. Kalau ada apa-apa silakan panggil kami," ujar Linda sembari membungkukkan badannya sedikit.

"Terima kasih ya Kesya, Linda. Kalian anak-anak yang baik, semoga kedua teman kalian cepat ketemu ya."

Kesya dan Linda saling bertatapan sebentar, lantas tertawa canggung bersamaan. "Hahaha, terima kasih Nyonya. Kami izin keluar dulu, permisi."

Setelahnya, Linda buru-buru menarik Kesya keluar dari kamar sepasang suami-istri tersebut.

🌌🌌🌌

"Sumpah ya, gue berasa bener-bener masuk dunia fantasi. Ekor rubahnya tadi nyata banget, bagus lagi."

Kesya tak bisa menyembunyikan kekagumannya saat ini. Gadis itu tak henti-hentinya menyuarakan kekagumannya pada dua pasangan yang baru saja mereka antar ke kamar penginapan itu. Linda pun hanya mendengarkan ocehan Kesya dan sesekali menanggapinya.

Kedua sahabat itu tengah menuju dapur saat ini, hendak membuatkan makanan untuk para pelanggan di penginapan sekaligus untuk mereka sendiri. Juga para anak cowok yang pekerjaannya memang lebih berat daripada mereka berdua.

Ketika melewati koridor sekitar aula, Linda mendapati sang kekasih tengah berdiri sembari membawa nampan di tangannya. Marcell tampak seperti pelayan resto profesional ketika memakai setelan baju putih dan celana bahan kain warna hitam itu.

Tanpa menghiraukan Kesya yang masih mengoceh, Linda langsung berbelok dan menghampiri sang kekasih hati, Marcellino Bintara.

"Hai!" sapanya disertai senyuman lebar.

Marcell menoleh ke sumber suara, ia langsung mengembangkan senyumnya kala mendapati Linda menghampirinya. Dipeluknya gadis itu dengan erat, lalu dilepasnya setelah beberapa saat.

"Gimana pekerjaan di dapur?"

Linda tersenyum dan menjawab dengan antusias. "Baik kok! Aku sama Kesya tadi bikin pasta sama nugget. Yah meskipun bahan makanan di sini sangat berbeda dengan di dunia kita, tapi aku dan Kesya bisa mengatasinya kok."

Senyuman lembut terbit di bibir tipis sang pemuda. Marcell mengelus rambut Linda dengan bibir yang mengembang. "Semangat, ya! Jangan terlalu capek, istirahat yang cukup."

Kekehan lembut terdengar setelahnya. "Harusnya aku yang bilang kayak gitu ke kamu," kata Linda.

Sepasang kekasih itu saling pandang dan tertawa bersama setelahnya.

Namun tiba-tiba, seorang sahabat datang tak diundang dan menghancurkan momen manis kedua sejoli itu.

"Eyyo gengs!"

Kalian pasti sudah tahu siapa dia.

"Apaan sih, lo? Ganggu aja tau, nggak?" desis Marcell sembari memberikan tatapan tajamnya pada Maxime.

Sang empunya nama hanya menyengir seraya menggaruk tengkuknya yang tak gatal. "Yaelah, orang baru dateng tuh disambut kek. Ini malah enggak," gerutu Maxime. Drummer D'Most Saga itu merasa teraniaya sekarang.

"Lebay amat! Emang lo dari mana, sih?" tanya Marcell lagi.

Tatapan Maxime yang tiba-tiba berubah menjadi serius membuat Marcell dan Linda sama-sama mengerutkan keningnya. "Ada apa?" tanya keduanya bersamaan.

"Gue dapet informasi yang mungkin, bakal bikin kalian kaget."

Suasana menjadi tegang seketika.

Maxime menyuruh sepasang kekasih itu untuk mendekat dan membisikkan sesuatu pada keduanya. Pemuda itu melirik ke kanan dan kirinya untuk memastikan keadaan aula aman dari telinga-telinga nakal yang mungkin mencuri dengar pembicaraan mereka. "Sebelum gue kasih tau, bisa nggak kalo lo berdua panggil yang lain ke sini?" pintanya.

Marcell dan Linda kembali saling pandang, lantas mengangguk serempak. Menyetujui permintaan Maxime dan menyuruh pemuda itu untuk berganti baju terlebih dahulu. Sementara mereka berdua akan memanggil teman-teman yang lain agar berkumpul di aula lantai bawah sekarang juga.

🌌🌌🌌

"Jadi, lo dapet berita apa?" tanya Trax yang mencoba memecah keheningan di antara mereka.

Kedelapan remaja yang terdiri dari Kevin, Kesya, Marcell, Maxime, Linda, Zero, Trax, dan Shadow itu sudah berkumpul di aula lantai bawah penginapan tersebut. Aula lantai bawah memang sepi karena jarang digunakan, kecuali ada acara tertentu saja. Jadi mereka memilih tempat itu untuk berdiskusi. Mereka duduk lesehan dan melingkar di tengah-tengah aula.

Maxime, seseorang yang memiliki informasi itu menatap satu per satu sahabatnya dengan serius. Pemuda yang selalu menjadi pemecah suasana dengan tingkah konyolnya itu tampak sangat serius sekarang.

"Zhenira ada di istana pusat, Oscars pun ada di sana. Tadi gue sempat lihat ada beberapa prajurit istana yang lagi keliling pasar bersama beberapa pelayan. Mereka kayaknya lagi belanja buat kebutuhan dapur gitu dah," jelas Maxime.

"Terus? Ada lagi?" tanya Marcell.

Maxime mengangguk. "Mereka bilang, Zhenira itu salah satu anggota dari keempat keluarga inti Silvanna. Tepatnya Keluarga Evans, keluarga terakhir atau keluarga bungsu dari Silvanna. Aneh banget menurut gue, karena nama Zhenira 'kan emang ada Silvanna Evansnya."

"Bener juga, sih. Kayaknya nggak mungkin kalo cuma kebetulan," sahut Kevin yang langsung diangguki Shadow tanpa sadar.

"Tapi ada yang lebih mengagetkan lagi, Mang. Lo pada tau, nggak? Ternyata si Raja itu pernah punya hubungan di masa lalu sama Zhenira. Makanya Zhenira dan kita bisa ada di dunia ini. Ya karena si Raja Silvanna itu penyebabnya!"

Deg!

Ketujuh remaja─selain Maxime─itu terdiam. Pikiran mereka berkecamuk dan campur aduk sekarang. Sudah jelas rasanya, tentang kotak itu dan semua hal aneh yang Zhenira alami.

Ternyata dalangnya adalah si Raja Silvanna itu sendiri. Mereka jadi penasaran, bagaimana rupa dari sang raja yang sering dielu-elukan oleh masyarakat karena kepemimpinannya yang sempurna dan penuh misteri itu.

"Hubungan? Hubungan seperti apa?" tanya Kevin.

Kesya mengendikkan bahunya. "Mana gue tau."

"Sepasang kekasih mungkin," celetuk Maxime yang langsung mendapat delikan tajam dari Zero. Pemuda itu tampak tak suka dengan perkataan yang dilontarkan Maxime barusan. Maxime langsung mengusap wajah Zero dengan cepat seraya bergidik ngeri di tempatnya. "Biasa aja kali natapnya. Kan masih mungkin, Bro."

"Ck! Gue nggak suka kalimat lo tadi!" sungut putra sulung dari Keluarga Dawson itu. Jika tatapan bisa membunuh, sudah sedari tadi tatapan tajamnya akan menembus kepala Maxime yang malah cengengesan di tempatnya itu.

"Tapi Zero, kalaupun berita itu bener, apa lo bakal diem aja?" tanya Linda yang sedari tadi tidak bersuara.

"Ya enggaklah! Gue nggak mungkin diem aja di saat belahan jiwa gue direbut seseorang. Gue udah janji sama diri gue sendiri untuk mempertanggungjawabkan perasaan gue dan ngelindungin Zhenira." Netra sehitam jelaga itu nampak berkilat-kilat sekarang. "Dua tahun, coy! Dua tahun gue cuma ketemu dia lewat mimpi, dan sekarang dia ada di sini sama gue. Apa iya gue biarin seseorang ngerebut dia dari gue gitu aja? Enggak."

Prok! Prok! Prok!

"MANTAP!"

"Itu baru sohib gue!"

Suasana di aula penginapan itu seketika ramai oleh sorak-sorakan para anak cowok setelah mendengar kalimat penuh semangat dan cinta dari Zero untuk Zhenira. Rasanya mereka jadi ikut bersemangat sekarang.

Persahabatan mereka tidak hanya sebatas dunia nyata, dunia mimpi pun akan mereka lewati untuk bisa bersama.

Sungguh persahabatan yang diimpikan semua orang, bukan?

🌌🌌🌌

Ekor putih dengan bulu lebat yang tampak halus itu terlihat muncul di balik pinggang seseorang. Ukurannya yang sebesar lengan orang dewasa tampak mengagumkan dengan glitter-glitter sebagai efeknya. Sang pemilik tampak mengibaskan ekor cantiknya ke sana-kemari. Menyapu sekitarnya dengan penuh keanggunan layaknya seorang putri.

Ah! Dia memang seorang putri!

"Ibu, Ayah! Aku datang!" pekikan riang itu ditujukan pada sepasang suami-istri yang menunggu kedatangan sang putri bungsu ke pelukan mereka.

"Ohh, Zelina ... anakku sayang. Bagaimana kabarmu, Nak?" tanya sang wanita paruh baya yang diyakini adalah ibu dari gadis itu.

Sang empunya nama menjawab kalau dirinya baik-baik saja sembari mengeratkan pelukannya pada sang ibu. Lalu dipeluknya juga sang ayah yang tampak menunggu pelukannya itu. Ketiganya tertawa bersama saat Zelina menceritakan kisah konyolnya selama berada di sekolah.

Benar, gadis itu baru saja pulang setelah kelulusannya di Stealth Academy wilayah Timur. Di sana adalah tempatnya para siluman muda sepertinya belajar dan mengontrol kekuatan mereka, juga menyeimbangkannya.

Zelina Silvanna Merlion namanya.

Sesuai dugaan kalian, dia adalah salah satu putri dari keluarga inti Silvanna, yaitu Merlion.

Kenapa dia ada di sini? Bukannya semua putri dan pangeran dari ketiga Keluarga Silvanna selain Valdo diasingkan?

Memang benar, tapi pengecualian untuk Zelina. Karena ketika konflik perebutan kekuasaan itu terjadi, sang putri bungsu dari Merlion di wilayah Timur itu tengah berada di Academy. Yang diasingkan hanyalah sang kakak, dia bernama Zelino Silvanna Merlion.

Menurut cerita orang-orang, kakaknya itu ikut andil dalam pemberontakan waktu itu. Makanya ia adalah orang pertama yang diasingkan dan dibuang dari Negeri Silvanna.

Entah berada di mana kakaknya itu sekarang, tapi ia sungguh merindukan sosoknya. Sudah bertahun-tahun sejak kejadian itu. Hingga sekarang, masih belum ada tanda-tanda kemunculan Zelino di dunia mereka.

Keluarga inti Merlion adalah siluman rubah putih. Mereka memimpin di wilayah Timur Silvanna, dan sekarang ... mereka tengah berada di daerah istana pusat. Tujuan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah mengunjungi sang raja di istana utama.

Mengingat itu adalah permintaan Zelina sebagai hadiah kelulusannya di Stealth Academy. Tujuannya untuk bertemu Zaaron. Gadis itu adalah pengagum Zaaronico Silvanna Valdo sejak dulu. Bahkan ketika mereka masih kanak-kanak pun, rasa kagum itu sudah ada dan semakin membesar dari waktu ke waktu.

Zelina tak bisa menyangkalnya, sosok Zaaron memang begitu memikat.

Namun gadis itu sama sekali tidak tahu kalau Zaaron dan putri dari Keluarga Evans pernah punya hubungan spesial yang membuat sang raja sampai tidak bisa move on dari sang putri hingga sekarang.

Jika dia tahu, mungkin dia tidak akan tinggal diam. Mengingat seorang siluman rubah terkenal akan akal liciknya. Siapapun mereka dan sebaik apapun mereka. Kelicikan tetaplah identitas mereka sebagai siluman rubah. Itu sudah mendarah daging dan tak bisa dipisahkan begitu saja.

Setidaknya begitulah adanya.

"Ayo, Ibu akan membawamu ke penginapan. Kita istirahat dulu di sana beberapa hari sebelum berangkat ke istana utama." Senyuman licik terbit di bibir wanita paruh baya itu. "Di sana ada dua orang gadis yang sepertinya bisa memberikan informasi menarik untukmu, Zelina."



Huaaa, gimana sama part ini?
Gue aja heran, kenapa gue bisa mikirin alur kek gini. Semuanya ngalir gitu aja, padahal gue nggak pernah kepikiran nulis alur kayak gini ಥ⌣ಥ Gapapa lah ya.

Jangan lupa vote dan komennya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro