Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

48 ߷ Terror Brown Map



Di sisi lain, Tamara saat ini tengah asik menonton film dengan berbagai macam camilan di depannya. Gadis itu tengah menonton drama korea bergenre romantis kesukaannya. Rutinitas ketika sedang tidak ada pekerjaan rumah yang bisa dikerjakan.

Ya, Tamara hanya sendirian. Orang tuanya gila kerja semua, tapi sang papa lebih sering mengunjunginya di akhir pekan. Beda dengan mamanya yang hanya akan berada di rumah 3 hari dalam sebulan.

Ting, tong!

Ting, tong!

Tamara mengerutkan kening saat bel rumahnya berbunyi. "Perasaan gue nggak ada pesen apa-apa, deh." Dengan langkah pasti sekaligus penasaran, akhirnya ia membuka pintu rumahnya. Tamara melongokkan kepalanya di pintu, dilihatnya sekitar tidak ada siapa-siapa. "Ya kali orang iseng, gabut bener tuh orang sampe mencet-mencet bel rumah gue."

Baru saja Tamara hendak menutup kembali pintu rumahnya, gadis itu kembali dibuat bingung kala melihat sebuah map cokelat tergeletak di atas meja yang berada di teras. Ada dua kursi juga di sana yang memang berfungsi untuk tempat duduk tamu yang tidak ingin masuk ke dalam. Masalahnya, yang terpenting bukan itu sekarang.

Kira-kira apa isi map itu?

Siapa yang mengirimnya?

Karena tidak ingin mati penasaran, akhirnya Tamara memutuskan memungut map tersebut dan membawanya ke dalam rumah. Ia penasaran, tapi tidak berani membukanya karena ada nama sang papa di sudut map. Itu pasti ditujukan untuk papanya, bukan? Maka dari itu Tamara tidak berhak membukanya.

Akhirnya, gadis bernama lengkap Tamara Tzilla itu mengirim pesan pada sang papa untuk memberitahukan soal keberadaan map misterius tersebut. Setelah selesai mengirim pesan pada sang papa, barulah Tamara kembali melanjutkan acara menonton drama koreanya.

🌌🌌🌌

Roberto Artzilla, sosok pebisnis sekaligus pejabat yang masih terlihat muda itu baru saja sampai di rumahnya. Mengurus diri sendiri dan kedua anaknya bukanlah perkara mudah, beruntung karena putra dan putrinya itu sudah dewasa sekarang. Jadi ia tidak khawatir lagi jika si bungsu Tamara ia tinggal sendirian di rumah.

Mengingat putrinya, Tamara itu selalu saja membuat ulah. Remaja labil, suka iri pada temannya hingga berbuat nekat. Sifat yang sangat menurun dari ibunya. Tidak sekali dua kali Tamara berbuat nekat dan mencelakai orang lain, sampai membuatnya harus rela membuang uang untuk membebaskan putrinya dari semua tuntutan dan tuduhan. Bukan karena reputasinya semata, tapi juga karena ia yang sangat menyayangi putrinya tersebut.

Ayah mana coba yang ingin putrinya mengalami masalah dan kesulitan? Segala cara akan dia lakukan asal putrinya tersebut bisa merasa senang dan aman. Semua ayah di dunia ini pasti akan melakukan hal yang sama. Termasuk, membantu putrinya itu membalas dendam pada rivalnya.

Kriett!

"Tamaraaa, Papa pulang."

Drap, drap, drap!

Begitu mendengar suara sang papa, Tamara yang tengah asik menonton drama korea tadi, langsung berlari menghampiri papanya. "Papaa, kok lama sih?" tanyanya dengan bibir yang sudah maju beberapa senti.

Robert terkekeh saat melihat putrinya yang merajuk. "Maaf, tadi ada sedikit masalah. Biasa orang-orang. Kamu udah makan?"

Tamara menggeleng, ia menarik tangan papanya menuju dapur. "Aku nungguin Papa pulang, tau! Tuh, sampe dingin masakan aku." Tamara mengambil sup yang berada di atas meja dan langsung bergegas memanaskannya.

Robert yang melihat putri kecilnya tampak lihai dengan peralatan dapur hanya bisa tersenyum, kemudian pria paruh baya tersebut beranjak. "Papa ganti baju dulu, ya."

"Eh tunggu, Pa! Tadi ada yang ngirim map cokelat buat Papa, tapi gatau dari siapa. Aku taruh di kamar Papa tadi."

Robert mengangguk dan melanjutkan langkahnya yang tertunda. Dengan sedikit tergesa-gesa, ia membuka kamarnya dan terlihat map yang dimaksud Tamara itu ada di atas kasurnya. Karena sudah sangat penasaran, ia pun langsung membuka map cokelat tersebut.

"Dugaan korupsi dan penyuapan yang dilakukan oleh seorang pebisnis dan pejabat muda, Roberto Artzilla."

"Tamara Tzilla, putri tunggal dari Roberto Artzilla melakukan pembullyan yang berujung maut pada sahabatnya sendiri."

Tangan Robert mengepal kuat, pria tersebut melemparkan map berisi artikel dan beberapa foto tersebut ke lantai.

"APA-APAAN INI?!"

"SIAPA YANG BERANI MENGANCAM SAYA DENGAN INI, HUH?!"

Tamara yang mendengar suara keras papanya langsung naik ke lantai atas. "Kenapa, Pa?! Kok teriak-teriak gitu, sih?!" Gadis itu melirik ke arah map cokelat yang tadi, mengambilnya, kemudian membukanya. Tamara melihat setiap artikel dan foto yang berada di map tersebut dengan netranya yang sudah memancarkan kilatan emosi.

"Siapa yang mengirim ini?"

Suara papanya membuat Tamara terdiam dan berpikir. Ingatannya seketika mengarah pada Zhenira. Marahnya Oscars saat dirinya berusaha mencelakai sepupu laki-laki itu dan ayah dari Zhenira yang sepertinya masih sangat menaruh dendam padanya.

Tidak salah lagi, pasti ini ulah Keluarga Evans.

"Zhenira dan keluarganya."

"Apa?"

"Iya, Pa! Ini pasti ulah Zhenira dan keluarganya itu. Ya, Tamara yakin ini ulah mereka. Papa kenal Om Darren, nggak? Atau Om Reyhan, Revalino Reyhan?"

"Revalino Reyhan, ah si psychopath itu. Iya, Papa kenal. Kalau Darren, dia jarang memunculkan diri pada publik, tapi Papa tau kalau dia adik iparnya Reyhan."

"Nah, Zhenira itu anak dari Om Darren dan keponakannya Om Reyhan. Papa pasti paham, mereka masih dendam sama kita. Mereka tidak terima karena aku dibebaskan begitu saja dari tuduhan, jadi mereka berniat membalas dendam."

Roberto Artzilla menampilkan seringainya. Ini jadi menarik bagi pria paruh baya itu. "Kamu tenang saja. Sebelum mereka melancarkan balas dendam, kita yang akan melakukannya terlebih dahulu. Papa punya rencana yang bagus."

Tamara tersenyum puas. Papanya itu memang akan selalu mendukungnya. Kapanpun, di manapun, dan dalam situasi apapun. "Kalau begitu, Tamara punya permintaan," ujarnya kemudian.

"Anything for you."



Hayolohh, kira-kira apa permintaan Tamara, ya? Kalian penasaran juga nggak, sih?

Baca kelanjutannya di next chapter, ya (*≧∇≦)ノ

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro