Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

46 ߷ Not Home Yet



Bel tanda istirahat baru saja berbunyi. Kesya dengan riangnya sudah menyeret Linda beserta Zhenira ke kantin. Yup, di sinilah mereka bertiga sekarang.

Warung Bakso Mak Ijah.

Bakso punya Mak Ijah ini selalu jadi favorit anak-anak. Tidak tahu bumbu apa yang dicampurkan ke dalam bakso itu, secara rasanya bisa sangat enak.

Kesya aja doyan, apalagi Linda.

Sahabatnya yang paling kalem itu bisa menghabiskan 3 porsi sekaligus kalau sedang lapar atau badmood. Iya, badmoodnya Linda itu kasih aja makanan yang banyak. Auto girang dia, nggak badmood lagi.

Setelah memesan 3 porsi bakso di Mak Ijah dan es teh masing-masing 3 gelas, ketiga sahabat itu langsung mencari tempat duduk. Usai mendapatkan tempat duduk untuk makan, Zhenira yang memang tengah membawa nampannya segera saja memberikan masing-masing 1 porsi pada sahabatnya.

Sementara itu di sisi lain, seorang siswi tampak berlari sembari membawa nampan berisi sup ayam. Ia terlihat terburu-buru, berusaha menghindari kejaran temannya di belakang. Entah memang sedang sial atau bagaimana, siswi tersebut tersandung kakinya sendiri dan menumpahkan sup yang dibawanya.

Prang!

Zhenira langsung berdiri begitu merasakan cipratan kuah panas pada kakinya. Jarak antara meja mereka dan tempat kecelakaan itu memang lumayan dekat. Teman dari siswi tersebut buru-buru menghampiri dan membantu temannya itu bangkit dan meminta maaf karena sudah menumpahkan makanan dan membuat keributan. Setelah membersihkan kekacauan itu, kedua siswi tersebut langsung pergi dari area kantin.

Zhenira masih berdiri kaku menatap kepergian kedua siswi tersebut, sehingga tepukan di bahunya membuatnya tersadar. "Lo ngapain berdiri gitu? Udah biarin aja. Biasa mereka mah suka caper," celetuk Kesya sembari menarik lengan Zhenira agar gadis itu kembali duduk di tempatnya.

Setelah beberapa saat bergelut dengan pikirannya, Zhenira langsung memakan baksonya dengan tenang sembari berbincang-bincang dengan kedua sahabatnya tersebut.

🌌🌌🌌

Bel pulang sudah berbunyi, Zhenira buru-buru membereskan bukunya. Ia harus segera mengerjakan rekapan nilai tersebut. Linda yang melihat gelagat aneh Zhenira sontak bertanya. "Buru-buru banget, Zhe. Mau ke mana?"

Zhenira gelagapan, ia tidak ingin kedua sahabatnya tahu soal masalah ini. "Iya nih, bokap gue udah nunggu di depan katanya." Karena itu ia berbohong dengan membawa nama ayahnya sebagai alibi sekarang.

Linda ber-oh ria, kemudian mengangguk. Ia akan pulang dengan Kesya, jadilah ia membiarkan Zhenira keluar terlebih dahulu. "Ya udah, cepetan sana. Jangan biarin bokap lo nunggu kelamaan," ujarnya tanpa menaruh rasa curiga sedikitpun.

Zhenira mengangguk cepat, ia buru-buru keluar dari kelas dan menuju ruang guru, mengambil buku rekapan nilai yang baru agar bisa diisinya.

Dengan sedikit berlari, Zhenira akhirnya sampai juga. Di sana sudah terlihat Bu Erna dengan wajah datarnya tengah menunggunya. "Ini bukunya, pastikan semua datanya benar. Kerjakan dengan teliti," ujarnya sembari memberikan buku rekap nilai yang baru pada Zhenira.

Gadis itu mengangguk patuh dan segera keluar dari Ruang Guru, bergegas menuju Ruang TU untuk mengambil raport milik teman-teman sekelasnya di loker sana. Setelahnya, ia memilih perpustakaan untuk mengerjakan semua rekapan nilai tersebut. Ia tidak perlu menghitung lagi, hanya memasukkan nilai-nilai dari semester 1-5 yang sudah di rata-rata saja.

Dengan semangat membara, Zhenira bertekad akan menyelesaikan ini sebelum jam 3 sore. Karena bagaimanapun, orang tuanya bisa khawatir nanti kalau dia pulang kesorean. Kalau jam 3 masih batas wajar ya, kan? Ia juga tidak perlu repot-repot menghubungi orang rumah karena ia tidak ingin keluarganya tahu kalau ia terkena masalah di hari pertama masuk sekolah.

Bisa-bisa ia tidak diperbolehkan masuk sekolah karena ini, lagipula ia merasa bisa menyelesaikan semuanya sesuai target yang sudah ditetapkannya.

🌌🌌🌌

Hari sudah semakin sore, namun Zhenira masih tetap di sini. Tinggal 8 raport lagi yang belum dia masukkan nilainya. Guru yang menjaga perpustakaan bahkan sudah pulang, beliau menitipkan kunci perpustakaan pada Zhenira dan berpesan agar mengembalikannya besok pagi.

Zhenira melirik jam dinding besar yang berada di depannya, jam tersebut menunjukkan pukul 15.35 sekarang. Sudah lewat dari target yang dia tetapkan. Siapa yang tahu kalau akan selama ini. Siswa di kelasnya ada 40 orang, yang direkap nilai semester 1-5. Tiap semester ada 15 mata pelajaran. Jika dikalikan berarti ada 200 semester dan 600 nilai mapel yang harus dia rekap.

Matanya sudah sangat berat, badannya terasa pegal dan pantatnya panas karena duduk terus. Entah sadar atau tidak, tapi Zhenira jatuh tertidur karena kelelahan. Gadis itu bahkan sudah melewatkan jam makan siangnya.

🌌🌌🌌

Sementara itu di rumah Keluarga Evans. Dhian tidak henti-hentinya mencoba menghubungi suaminya, Darren. Pasalnya putrinya itu sampai sekarang belum pulang juga. Ibu mana yang tidak khawatir, anaknya itu baru saja keluar dari rumah sakit. Kalau terjadi apa-apa bagaimana?

"Darren brengsek! Bisa-bisanya dia sibuk di saat seperti ini." Dhian membanting pantatnya di sofa, menyandarkan punggungnya di sana. Kembali berusaha menghubungi suaminya. Karena kesal tidak bisa dihubungi, Dhian memutuskan menghubungi kakaknya, Reyhan.

"Halo Dhian, ada apa? Bisakah kalau bicaranya di tunda nanti saja? Kakak sedang ada tamu penting."

Dhian menggeram kesal, dengan emosi yang sudah di ubun-ubun, ia menjawab perkataan kakaknya itu dengan ketus. "Lebih penting mana sama keponakanmu sendiri, huh?!"

Reyhan di seberang sana mengerutkan keningnya tidak mengerti. Kenapa adiknya itu tiba-tiba menyebut keponakannya?

Reyhan melirik pada tamunya yang nampak memerhatikannya dengan alis terangkat satu, bertanya. Reyhan meringis meminta maaf dan mohon undur diri untuk mengangkat telepon sejenak. Setelah mendapat persetujuan, ia bergegas ke dalam dan langsung menjawab telepon itu lagi.

"Apa maksudmu dengan Zhenira? Bukannya dia sedang sekolah?"

"Ya, dia sedang sekolah dan harusnya 2,5 jam yang lalu sudah pulang! Namun sampai sekarang anak itu belum pulang, Kakak!"

Reyhan membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Tatapannya menggelap seketika. "Aku akan coba menghubungi Oscars dan menyuruhnya mencari Zhenira. Kau tenang saja, oke?"

"Cepat kabari aku kalau Zhenira udah ketemu. Si Darren brengsek itu malah tidak bisa dihubungi di saat seperti ini."

Reyhan memijit pelipisnya mendengar omelan sang adik, yah dirinya tidak bisa menyalahkan Darren karena ia sendiri yang memintanya untuk melakukan teror kepada Keluarga Artzilla hari ini juga. Pasti saat ini Darren sibuk dengan hal itu dan ia tidak ingin mengganggunya dengan memberi kabar soal Zhenira yang sampai sekarang belum pulang.

Netra kelamnya menatap jam pada layar ponselnya. Benar saja, seharusnya Zhenira pulang dari 2,5 jam yang lalu. Ralat, 3 jam yang lalu. Saat ini sudah menunjukkan pukul 16.00 tepat. Yang dia tahu memang sekolah anak dan keponakannya itu kalau pulang pukul 13.00.

Lantas, ke mana Zhenira jam segini belum pulang juga?

Tidak ingin menunggu lama, Reyhan pun bergegas menghubungi Oscars. Putranya itu tadi berpamitan mau nongkrong sama temen-temen cowoknya. Ngapain lagi kalau bukan ngopi.

"Halo Pa, ada apa? Kan dibilang Oscars lagi nongkrong sama temen-temen."

Reyhan mendesis geram begitu mendengar suara putranya yang kurang ajar itu. Tidak ada sopan santunnya sama orang tua. Ingatkan dia untuk memberi pelajaran pada putranya itu nanti.

"Zhenira ada sama kamu nggak?"

"Enggak tuh, bukannya tadi dia udah pulang ya?"

"Dia belum pulang sampai sekarang kata Tante Dhian."

"Apa?! Kok bisa?!"

"Nggak usah hiperbola, cepat cari sepupu kamu. Tanya ke temen-temennya kalo emang perlu."

"Oke, nanti Oscars kabarin kalo udah ketemu."

Setelahnya panggilan sudah dimatikan oleh Oscars, Reyhan sendiri langsung kembali menemui tamunya yang sudah dia tinggal agak lama. Ia meminta maaf karena membuat tamu pentingnya itu menunggu. Beruntung saja orangnya baik hati. Jika tidak, bisa rugi besar dia karena menyia-nyiakan klien sepenting ini.



Hayolohhh, Zhenira ke mana😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro