Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

38 ߷ Become Conscious



"Mang, nasi gorengnya satu porsi ya."

"Siap, Neng."

Zhenira tersenyum ceria, gadis itu duduk lesehan di sana. Menghiraukan tatapan orang, ia mencoba membuka percakapan dengan si penjual nasgor.

"Mang, tiap malem jualan di sini?"

"Iya Neng, kalo pagi jualan di alun-alun kota. Kalo malem, di sekitaran rumah sakit gini."

"Ohh gitu, tiap hari dong ya?"

"Kalo minggu biasanya saya libur, Neng. Istirahat di rumah. Oh iya, Nengnya kok sendirian? Lagi sakit, 'kan? Kok keluar sendirian malem-malem begini?"

Zhenira terkekeh sebentar, lantas menjawab. "Iya nih Mang, saya baru siuman, baru sadar dari tidur panjang. Hmm, entah dari kapan juga saya gatau. Pokoknya saya lagi laper, di ruangan saya sepi gaada siapa-siapa. Udah pada pulang kali ya."

Si penjual nasgor hanya menggeleng-gelengkan kepalanya tak habis pikir ketika mendengar jawaban gadis muda di depannya ini. Kepala diperban, infus di tangan, wajah pucat, tapi kok kayak nggak kelihatan sakit sama sekali. Tenang-tenang aja duduk selonjoran di situ.

Sang penjual pun segera melanjutkan acara menggoreng nasinya dan tidak lama kemudian sudah menyajikannya di atas piring, lalu memberikan pada pelanggannya yang unik ini.

"Sok atuh dimakan Neng, masih panas mbok ya ditiup dulu."

Zhenira menampilkan senyuman lima jarinya, lantas fokus memakan nasi gorengnya dengan khidmat.

🌌🌌🌌

Sementara itu, Oscars yang baru saja kembali dari rumah untuk mengambil beberapa bajunya dan juga Zhenira dibuat panik karena sepupunya itu tidak ada di ruangannya. Ia memang yang bertugas menjaga Zhenira malam ini. Setelah dua hari yang lalu, Om Darren dan Tante Dhian, sekarang adalah gilirannya dan sang papa. Papanya tadi sore izin pulang karena ada problem di kantor dan sampai sekarang juga belum kembali. Jadilah ia sendirian yang menjaga Zhenira.

Masalahnya tuh anak ke mana sih?!

"Nggak mungkin kan kalo dia keluar sendiri? Kan dia belum sadar. Masa iya diculik?! Please lah, siapa sih orang iseng yang mau culik sepupu gue?!"

Oscars mendesis, pikirannya berkecamuk. Tidak mungkin ia mengabari papanya sekarang, bisa-bisa dia kena bogem lagi. Yang sebelumnya saja belum sembuh, ya kali mau ditambah lagi.

Woyy lah, tapi ini Zhenira gimana?!

Tidak ingin membuang waktu, Oscars meletakkan paperbag berisi bajunya dan baju Zhenira itu di ruangan sepupunya tersebut. Langkah kakinya terdengar menggema di setiap lorong rumah sakit yang dilewatinya. Ia berhenti di ruangan dokter yang merawat Zhenira, lantas mengetok pintunya dengan tidak sabar.

Tok, tok, tok!

"Dokter!"

"Zhenira gaada di ruangannya!"

Ceklek!

"Apa saya tidak salah dengar Oscars?!"

Tampak raut wajah panik dari sang dokter, Oscars mengangguk dengan cemas. Keduanya langsung bergegas ke ruangan gadis itu dan benar saja. Zhenira tidak ada di tempat. "Bagaimana bisa dia tidak ada di kamarnya? Apa kamu tidak menjaganya?"

"Maaf Dok, saya pulang sebentar buat ngambil baju," cicit Oscars dengan rasa bersalah dan cemasnya.

Sang dokter memijit pelipisnya yang terasa pening. "Ya sudah, tunggu apalagi Oscars! Cari dia! Takutnya terjadi apa-apa dengan Zhenira. Astaga, gadis itu bahkan belum sadarkan diri."

Oscars mengangguk patuh, cowok itu langsung berlari mencari sepupunya ke sekeliling rumah sakit dengan perasaan panik dan cemas yang sangat terlihat dari ekspresi wajahnya. Dia sungguh khawatir sekarang. Kenapa sih sepupunya itu selalu membuat dirinya khawatir setengah mati begini?!

Bukannya apa, Oscars masih ingat betul kejadian dua hari yang lalu. Di mana Zhenira dinyatakan kritis dan harus segera dioperasi saat itu juga. Dirinya juga harus mendapat bogeman mentah dari Om dan Papanya karena tidak bisa menjaga sepupunya itu. Beruntung saja operasi itu berjalan dengan lancar, tapi selama dua hari ini juga Zhenira belum siuman. Entah mimpi indah apa yang membuat sepupunya itu sampai enggan membuka matanya.

Oscars dibuat panik, sungguh. Sepupunya tidak ada di mana-mana. Tidak ada tanda-tanda gadis itu sampai netranya melihat siluet seorang gadis yang memakai baju pasien tengah lesehan sembari makan di emperan dekat pagar rumah sakit. Oscars memicingkan matanya sedikit tidak percaya.

"Haha, ya kali itu Zhenira. Dia kan belum siuman. Nggak mungkin kan abis siuman langsung keluar terus nangkring di situ," gumamnya berusaha meyakinkan diri sendiri. Namun sekali lagi, netranya tidak bisa berbohong jika ia menyangka gadis yang tengah duduk di sana dengan infus dan perban di kepalanya itu adalah Zhenira.

Dengan ragu-ragu, Oscars akhirnya memberanikan diri untuk menghampiri gadis yang posisi duduknya sedikit membelakanginya itu. Tepukan pada bahu gadis tersebut pun ia layangkan dan betapa terkejutnya Oscars karena gadis tersebut memanglah benar sang sepupu.

"Oscars?!"

Zhenira melongo, menggelengkan kepalanya karena dibuat takjub karena hadirnya sosok Oscars di depannya saat ini.

"Lo ngapain di sini, Maemunah?!"

Oscars emosi. Bagaimana tidak? Sepupunya itu benar-benar membuatnya panik setengah mati. Sementara sang empunya malah enak-enakan makan nasi goreng di sini.

Zhenira nyengir. "Laper gue, gaada makanan di dalem. Ya udah gue cari di luar aja," ujarnya acuh tak acuh.

Ingatkan Oscars agar selalu sabar menghadapi kelakuan sepupunya yang ajaib ini. Zhenira kembali memakan nasi gorengnya yang tinggal seperempat piring itu tanpa memedulikan Oscars di depannya yang sudah bersedekap sembari menyumpah-serapahi dirinya.

"Sumpah ya, gue tuh panik nyariin lo, sialan! Gue kira lo diculik orang atau gimana. Main ngilang aja. Kapan juga lo siumannya, dah?"

Zhenira mendengkus sebal, lantas meminum teh hangat yang sudah dipesannya itu. Manik kecoklatannya melirik ke Oscars yang tampak masih menunggu jawabannya. Dengan cuek, Zhenira kembali memakan sisa nasi gorengnya tanpa berniat menjawab pertanyaan Oscars.

Bibir Oscars berkedut kesal. Kakinya bahkan sudah mengetuk-ngetuk jalanan beton tersebut dengan tatapan tajam yang masih tidak lepas dari netranya.

"Huaaa, kenyang juga. Makasih ya Mang, nasi gorengnya enak bangettt. Top markotop pokoknya buat Mamang!" Zhenira berujar dengan cerianya sembari mengacungkan kedua jempolnya pada sang penjual nasgor. Kemudian gadis itu membayar makanannya dan menyeret Oscars untuk kembali ke dalam.

"Nih, pegangin infus gue. Tangan gue pegel." Masih dengan ekspresi ceria di wajahnya, Zhenira menyerahkan selang infus beserta antek-anteknya pada Oscars. Cowok itu mau tidak mau menerimanya, masih dengan tatapan tajam yang terus mengarah pada sepupunya. Oscars benar-benar tidak habis pikir kenapa cewek ini malah sesantai itu setelah tahu dirinya mungkin saja hampir meregang nyawa akan kejadian tempo hari yang lalu.

Keduanya kembali berjalan masuk ke dalam rumah sakit, dengan Oscars yang setia mendengar ocehan sepupunya yang unfaedah. Sedari tadi Zhenira seolah tidak membiarkannya berbicara barang satu kata pun.

"Ra, lo sekarat tempo hari."

Zhenira terdiam mendengar kalimat yang dilontarkan Oscars. Tatapannya sempat menyendu beberapa detik, namun setelahnya netra itu kembali memancarkan sinarnya.

"Ahahaha, masa? Gue nggak ngerasain apapun tuh. Gue malah seneng bangettt. Soalnya di alam bawah sadar gue, gue pergi ke suatu tempat yang bagusss banget pokoknya. Lo pasti juga seneng deh kalo ada di sana." Zhenira menyipitkan matanya dengan senyuman yang tampak dibuat-buat bagi Oscars. Ada yang gadis itu sembunyikan darinya dan Oscars tidak tahu apa itu.

Oscars mendorong pintu kamar rawat Zhenira dan membantu gadis itu kembali berbaring di ranjangnya, lantas mengembalikan infus itu ke tempatnya. "Istirahat, udah larut malem ini. Lo masih belum pulih," ujarnya.

Zhenira tersenyum kecil, mengangguk pelan dan menyamankan posisi tidurnya. "Bunda sama Ayah nggak ke sini?" tanyanya yang lantas membuat Oscars menghela napas.

"Tadi siang mereka ke sini. Ini aja gue belum kabarin Om Darren kalo lo udah sadar," jawab Oscars.

"Hmm kalo gitu jangan kabarin mereka dulu, biar jadi kejutan." Zhenira mengerling jahil pada sepupunya yang sontak saja membuat Oscars berdecak gemas dibuatnya. "Eh btw muka lo kenapa? Kok lebam-lebam gitu?" Jelas saja Zhenira terkejut, wajah tampan sepupunya itu malah terdapat warna ungu-ungu di beberapa bagian.

"Dibogem sama Papa juga Om Darren."

Zhenira membulatkan matanya sempurna. "Lo dihajar sama kedua orang tua itu?! Kok lo diem aja?!"

Oscars menggeleng, kepalanya sedikit menunduk sehingga ujung-ujung rambutnya sedikit menutupi wajah tampannya yang tampak muram. "Udah sepantasnya gue dapet hukuman karena nggak bisa jagain lo, Zhe. Sorry, seandainya waktu itu gue bisa gerak lebih cepet buat cegah hal itu terjadi, pasti lo nggak akan ada di sini sekarang."

Zhenira menggeleng dengan cepat. Tatapannya menajam dan reflek memeluk sepupunya itu dengan erat. Oscars membulatkan matanya, namun kemudian senyuman tulusnya mengembang. Ia balik memeluk sepupunya itu dengan erat seolah tidak ingin melepaskannya barang sedetikpun.

"Jangan ngerasa bersalah untuk hal yang emang bukan salah lo. Gue nggak suka lihat lo ngerasa kayak gitu ke gue." Zhenira menepuk-nepuk punggung lebar Oscars dengan pelan, berusaha memberi ketenangan.

Tatapan Oscars kembali menyendu. Sunguh, ia takut kehilangan kehangatan ini lagi.

Sorry kalo gue ngerasa kek gini, Zhe.



Oscars itu sayang banget sama Zhenira. Makanya dia takut kalau-kalau Zhenira bakalan ninggalin dia sendiri karena kecelakaan itu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro