Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

36 ߷ Border



Zhenira mengerjapkan kelopak matanya beberapa kali. Ia mengernyit saat mendapati dirinya tertidur dan bersandar di sebuah pohon besar. Ia kembali dibuat tertegun saat mendapati dirinya di sebuah hutan yang sangat gelap, bahkan sepertinya sinar matahari tidak dapat menembus pepohonan di hutan ini.

"Akh, kepala gue sakit banget."

Zhenira memegang kepala belakangnya yang entah kenapa terasa sangat nyeri dan berdenyut-denyut sekarang. Sembari menahan sakit, Zhenira memutuskan untuk berjalan dan menyusuri hutan itu. Netranya cukup dibuat terkejut kembali saat melihat jalan panjang yang dilapisi karpet merah. Ingatannya seketika kembali teringat perkataan Zero beberapa hari yang lalu.

"Ahh iya, bisa jadi ini tempat yang Zero bilang adalah perbatasan antara dunia nyata dan dunia mimpi kan?"

"Kalau gue ngikutin karpet merah ini sampe ke ujung, gue bakalan ketemu taman."

"Hmm, berasa di isekai gue."

Zhenira mengoceh sendiri sepanjang langkahnya menapaki jalan setapak berkarpet merah itu. Sungguh jalanan yang sangat panjang. Manik kecoklatannya berbinar begitu mendapati sebuah taman yang memiliki aneka macam bunga-bunga. Di tengah taman itu terdapat sebuah kolam air mancur yang dibuat para angsa berenang.

Sungguh pemandangan yang sangat menyejukkan mata bagi siapapun yang melihatnya.

"Siapa coba yang tinggal di tempat sebagus ini?" Zhenira bergumam pelan sembari menundukkan kepalanya dan menghirup aroma sebuah bunga yang tampak memikat hatinya.

"Hei! Siapa kau?!"

Suara itu membuat Zhenira terlonjak kaget, badannya tiba-tiba terasa kaku, ia tidak berani menoleh ke belakang sekarang.

"Kenapa kau tidak menjawab?!"

Suara langkah kaki tampak semakin mendekat ke arahnya, Zhenira menutup matanya erat-erat hingga tepukan di bahunya membuatnya benar-benar terkejut.

"Aaaaa, tolong jangan makan saya!"

Zhenira dengan brutal memukul orang yang berada di belakangnya hingga sang empunya mengaduh kesakitan.

"Aw, hei Nona! Berhenti, aw! Hei!"

Zhenira menghentikan pukulannya dan sedikit mengintip siapa kiranya orang yang dipukulnya barusan. Netranya seketika membulat sempurna saat melihat makhluk tampan dengan warna rambut orange di depannya ini. Makhluk tampan tersebut tengah sibuk meringis sembari memegangi perutnya.

Zhenira jadi merasa bersalah sekarang. "Ma-maaf," cicit gadis itu. Makhluk tampan tersebut mendelik tajam padanya, sehingga membuat Zhenira menciut takut. Namun, tiba-tiba saja ia menghela napas pasrah.

"Kau bukan orang sini, 'kan?" tanyanya curiga. Ia menatap Zhenira dari atas hingga bawah dengan pandangan yang begitu mencurigakan. Sesekali ia akan menganggukkan kepalanya seolah tengah meneliti sesuatu.

Zhenira cukup dibuat bingung dengan sikap makhluk tampan di depannya ini. Namun, ia tidak berani berbuat apa-apa sekarang. Takut salah sikap, nanti dikira gimana-gimana. Ia hanya bisa menganggukkan kepalanya kaku.

"Wajahmu seperti tidak asing." Pemuda tampan itu memajukan wajahnya dan menatap Zhenira dengan lekat hingga membuat gadis itu gugup karena ditatap sedekat itu. Badannya sampai benar-benar kaku seolah tidak bisa digerakkan.

"Aa saya-"

"Tidak perlu gugup begitu. Aku tau, kau pasti salah satu fans ku kan? Hah, memang ya semua orang tergila-gila padaku," ujar pemuda itu dengan bangga sembari mengusak rambut orange miliknya.

Zhenira bergidik ngeri. "Maaf, tapi saya bukan fans Anda. Saya bahkan tidak kenal dengan Anda."

Jderr!

Bagai disambar petir, pemuda tersebut merasa malu karena sudah salah sangka dan terlalu percaya diri. Ia berdehem untuk mengurangi rasa malunya. "Ekhem, jadi ada keperluan apa? Apa kau punya urusan dengan para Guardian?"

Zhenira membolakan kedua matanya. Ia baru ingat sekarang! Ya, Zero pernah berkata pada gadis itu soal The Guardian, sang penjaga perbatasan kedua dunia.

Jadi, gue ada di wilayah mereka sekarang?

"Eum ... begini Tuan, saya tidak sengaja berada di sini, saya juga tidak tau mengapa saya bisa berada di sini." Zhenira berkata dengan jujur, gadis itu sama sekali tidak mengerti kenapa dia bisa terdampar di dimensi yang indah itu.

Pemuda berambut orange di depannya tampak berpikir keras, Zhenira sampai dibuat bingung sendiri karena tidak ta byu harus merespon bagaimana.

"Begini saja, lebih baik kau ke tempatku dulu. Aku akan izin ke ketua untuk membawamu tinggal sementara. Bagaimana?"

"Eh, memangnya boleh?"

"Tentu saja boleh! Ayo ikut aku!"

Dengan setengah ragu, akhirnya Zhenira mengikuti langkah pemuda itu. Entah ke mana pemuda bersurai orange itu akan membawanya. Yang jelas, Zhenira dibuat kagum berkali-kali dengan segala pemandangan dan bangunan yang ada di tempat itu. Bagaikan berada di dunia fantasi yang dia tonton di film-film.

Hingga tibalah dia di sebuah ruangan yang memiliki banyak kursi besar di tengah-tengah dan beberapa kursi kecil di sekelilingnya. Tempat itu seperti sebuah ruangan sidang saja.

Zhenira meneguk ludahnya susah payah saat pemuda bersurai orange itu membawanya semakin masuk ke dalam. Pilar-pilar dan langit-langit yang sangat tinggi menyambutnya. Ia sampai harus mendongak untuk memastikan penglihatannya.

"Wahh, ternyata ada tamu."

"Nona Zhenira, selamat datang."

Deg!

Lagi, lagi dan lagi Zhenira dibuat terkejut saat seseorang bersurai silver menghentikan langkahnya dan pemuda bersurai orange ini.

Kok dia tau nama gue, sih?!

Bingung, itu yang dirasakan Zhenira saat ini. "Maaf, Anda siapa? Kenapa bisa tau nama saya?"

Pemuda tersebut tersenyum hingga matanya menyipit, sungguh manis. Zhenira mengakui orang-orang di sini memiliki wajah rupawan. Lihatlah rambutnya itu, dia kira itu uban. Namun ternyata, itu berwarna silver. Sangat kontras di kulit putih pemuda tersebut.

"Semua Guardian yang ada di sini sudah tau siapa kamu. Kamu membuat mereka kagum dan marah di saat bersamaan," ujar pemuda itu sembari tersenyum kecil. "Ilpyonz, di mana kau bertemu tamu spesial kita ini?" lanjutnya kemudian.

Yang ditanya sontak mendongak dan tampak berpikir. "Hmm entahlah, kukira dia penyusup awalnya. Jadi, dia adalah Zhenira?"

"Ya, dia adalah Zhenira."

"Ahaha maaf, pasti kamu bingung. Namun perlu kamu ketahui, Zero juga pernah diundang ke sini. Apa dia sudah menceritakannya padamu?"

Zhenira mengangguk ragu, ia mengikuti langkah pemuda bersurai silver yang membawanya ke sebuah ruangan yang tampak seperti meja makan. Namun, meja itu begitu panjang dan berisi banyak sekali kursi. Interior yang digunakan pun berwarna putih, sama seperti setiap bangunan yang dilewatinya sedari tadi.

"Kami tidak ada maksud jahat mengundang kalian ke sini."

"Kami?" beo Zhenira.

"Ohh maaf, aku akan panggilkan yang lainnya. Ilpyonz, tolong kau panggil mereka."

"Cih, kenapa jadi aku?" Ilpyonz menggerutu, yang bahkan itu masih bisa didengar oleh keduanya. Zhenira hanya tertawa pelan, tatapan matanya mengikuti ke arah mana pemuda bersurai orange yang dipanggil Ilpyonz itu pergi.

Setelah kepergian Ilpyonz, pemuda bersurai silver tersebut mencoba kembali membuka topik dengan Zhenira.

"Jadi Nona Zhenira, maafkan saya karena telah mengambil kesempatan dan membawamu dalam kondisi seperti ini. Sebelum itu perkenalkan nama saya Geraldz, pemimpin para Guardian."

Zhenira tersenyum kikuk. "Salam kenal Tuan Geraldz," cicitnya.

"Tidak perlu terlalu formal, santai saja."

Bagaimana bisa?!

Batin Zhenira sudah meronta-ronta sekarang. Tidakkah orang-orang ini tahu kalau dia sudah sangat penasaran? Kenapa harus mengulur-ulur waktu begitu? Apa juga maksud Geraldz soal 'membawamu dalam kondisi seperti ini', memangnya dia kenapa?

Banyak pertanyaan yang timbul di pikiran Zhenira saat ini. Semuanya tampak tidak masuk akal baginya. Yahh, sejak awal dirinya memang sudah banyak mengalami hal yang tidak masuk akal, bukan?

Sibuk dengan pikirannya sendiri hingga Zhenira tidak sadar bahwa di hadapannya sekarang tidak hanya ada Geraldz dan Ilpyonz saja. Empat orang lainnya tiba-tiba muncul dan memandangnya dengan berbagai ekspresi. Yang paling membuatnya bingung, ada pemuda bersurai coklat keemasan yang menatapnya tajam seolah ingin melenyapkannya saat itu juga.

"Nahh, Zhenira. Perkenalkan, kami adalah The Guardian. Penjaga perbatasan kedua dunia."



Omooo, Zhenira bertemu para guardian?! Serius, nih?!

Nantikan kisah selanjutnya di part depan😇

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro