Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

31 ߷ Tamara Tzilla



"Lahh? Apaan, nih? Oscars!"

Sang empunya nama yang dipanggil langsung menoleh dengan tatapan malas pada Trax. "Apaan? Gue ngantuk, anjir. Ntaran ae dah."

Trax mendelik tajam. Ia langsung berdiri dan memberikan ponselnya pada Oscars. Cowok itu terpaksa membuka matanya yang sudah sangat sayu itu untuk melihat video yang ingin Trax tunjukkan padanya.

Seketika pandangan Oscars menggelap, tangannya terkepal kuat hingga membuat buku-buku jarinya memutih. "Lo kenal gadis bernama Tamara ini?" Trax menggeleng sebagai jawaban. Kalimat penuh penekanan yang dilontarkan oleh Oscars baru saja membuat Trax paham. Bahwa akan terjadi keributan sebentar lagi.

"Lo jangan langsung emosi," sahut Shadow.

"Iya, seenggaknya lo samperin dulu sepupu lo. Minta persetujuan dia, jangan asal main labrak anak orang aja. Dia cewek loh," ujar Maxime yang ikut menasehati temannya itu.

Brak!

"Tetep aja gue nggak terima!"

Oscars memukul meja di depannya dengan amarah yang membara. "Tuh cewek kudu di kasih pelajaran biar kapok!"

Trax berdecak kesal. Oscars itu selalu mendahulukan emosinya daripada otaknya. "Gue nggak setuju sama pemikiran sempit lo. Kita harus minta persetujuan Zhenira dulu."

Oscars menggertakkan giginya dan menggeram kesal, lantas menghela napasnya pasrah. "Fine, gue nggak akan gegabah." Trax, Maxime, dan Shadow langsung merasa lega karena berhasil menahan member mereka yang memang paling emosian itu, Oscars.

"Mending sekarang lo chat Linda atau Kesya, tanyain keberadaan sepupu lo di mana," saran Shadow yang membuat para member D'Most Saga melongo heran. "Apa?" tanya Shadow heran karena reaksi para member.

"SHADOW AKHIRNYA NGOMONG PANJANG!"

"Terima kasih Ya Tuhan."

"Sumpah, lo berdamage banget men."

Shadow berdecih. "Alay lo pada." Sungguh tidak habis pikir dia, ngomong panjang lebar salah, ngomong singkat juga salah.

Serba salah emang jadi gue.

🌌🌌🌌


Sambala sambala sambalado.

Terasa pedas, terasa panas.

Sambala sambala sambalado.

Zhenira dan Linda saling berpandangan lantas tertawa terbahak-bahak.

"Hahaha anjir, sambalado."

Kesya buru-buru mengangkat panggilan di ponselnya tanpa melihat siapa peneleponnya terlebih dahulu.

"Ck, apaan? Gue lagi di kantin."

Tut ...

"Lahh bangke, kok di matiin?"

Kesya melihat layar ponselnya, nama 'Oscars' tertera di sana. "Waduhh! Ngapain sepupu lo telepon gue, Zhe?"

Zhenira menggeleng ragu. "Ya nggak tau juga gue."

Linda menyahut, "Nyariin lo keknya, Zhe. Ponsel lo kaga aktif?"

Zhenira buru-buru mengecek ponselnya dan baru sadar kalau benda itu mati. Ia meringis, Oscars pasti ngamuk kalo dia tidak bisa dihubungi begini. "Lupa belom gue nyalain."

"Hadehh ..."

🌌🌌🌌

Tamara Tzilla adalah teman sekelas Zhenira dari kelas 10, sudah sejak lama gadis itu membenci Zhenira yang merupakan anak dari rekan bisnis papanya. Zhenira selalu membuatnya merasa tersaingi, terutama di bidang tarik ulur suara.

Apalagi status keluarganya yang bisa dibilang lebih tinggi dari status keluarga Zhenira, tetapi kenapa justru gadis itu yang tampak bersinar dari pada dia. Dia juga jago nyanyi, jago main piano juga malah. Namun, lagi, lagi, dan lagi Zhenira menghalangi semuanya.

Tamara ingat jelas bagaimana Zhenira dan Oscars saat itu berduet di acara ulang tahun anak dari salah satu rekan bisnis papanya. Kamera selalu saja menyorot ke gadis itu. Kalau Oscars, dia sudah tidak heran karena cowok itu memang seorang selebgram sekaligus gitaris band. Sedangkan Zhenira? Gadis itu bahkan hanya ikut-ikutan saja.

"Ck, gue nggak bakalan biarin lo hidup tenang sementara gue di sini cuma dianggep sebagai figuran."

Tamara menggertakkan giginya kesal, tangannya bahkan sudah mengepal. Dia saat ini tengah berada di kantin, duduknya tidak jauh dari tempat Zhenira dan teman-temannya itu. Dia benci setiap melihat senyum Zhenira yang tampak begitu bahagia itu. Sementara dirinya? Teman satupun tidak punya, teman-teman sekelasnya yang lain hanya akan datang padanya jika ada maunya saja.

Tamara benci hal itu.

Tamara benci karena Zhenira punya segalanya sementara dirinya tidak.

Keluarga yang harmonis, teman-teman yang manis, sepupu yang romantis, bahkan mungkin sekarang, hidup yang melankonis.

"Tokoh utama memang seharusnya selalu diperlakukan layaknya Ratu. Sementara tokoh figuran? Ohh, tokoh figuran juga layak mendapatkan posisi Ratu bukan?"

Seringaian tercipta di bibir Tamara.

Tatapannya menajam melihat rivalnya yang tengah tertawa di meja sana.

🌌🌌🌌

Setelah mendapatkan info dari Kesya, para member D'Most Saga langsung menuju kantin sekolah. Saat ini memang sudah jamnya istirahat, jadi tidak ada masalah. Oscars pun harus bertanya pada sepupunya itu perihal Tamara.

Sesampainya di kantin, Oscars langsung mencari keberadaan sepupunya itu. Terlihat Zhenira, Linda, dan Kesya berada di meja sudut kantin. Sepupunya itu tampak baik-baik saja dengan senyuman ceria yang selalu tercipta di bibir mungilnya.

"Ayo kita samperin mereka," ajak Maxime. Ketiganya mengangguk dan berjalan menuju meja Zhenira dan kawan-kawan. Mengabaikan teriakan-teriakan para fans yang tertuju pada mereka berempat.

Zhenira yang melihat kedatangan anak D'Most Saga, apalagi melihat tatapan sepupunya yang tajam itu langsung terdiam. Linda dan Kesya yang menyadari perubahan sikap Zhenira pun ikutan menoleh, seketika wajah keduanya langsung memucat.

Brak!

"Apa bener cewek yang udah jegal kaki Zhenira namanya Tamara?"

Kesya langsung ciut begitu mendapat tatapan setajam itu dari Oscars. Kepalanya mengangguk kaku sebagai jawaban. "Ta-tadi gue lihat sendiri. Pa-pas ma-main basket-"

"Ngomong yang bener, Kesya!"

Manik mata Kesya langsung berkaca-kaca, Oscars sungguh menakuti gadis itu sekarang. Bahkan Kesya sudah meremas ujung roknya di bawah meja hingga tak terbentuk.

"Oscars, lo apa-apaan sih?!" Zhenira bertanya dengan nada tidak suka saat melihat sahabatnya sampai ketakutan seperti itu. Kan bisa nanya baik-baik.

"Lo diem."

Zhenira membulatkan kedua matanya dengan sempurna. Tatapan Oscars padanya barusan terasa begitu dingin. Sangat kelam, penuh kebencian dan amarah. Kenapa dia sampai segitunya? Maksud gue, gue cuma kena jegal. Nggak parah juga, cuma pingsan doang. Kenapa Oscars bisa sampai semarah ini?

Oscars mencengkram dagu Kesya agar mendongak menatapnya. "Katakan."
Lontaran kata penuh penekanan itu kembali keluar dari bibir Oscars. Linda bergidik ngeri, sementara para member D'Most Saga hanya menonton tanpa berniat ikut campur sama sekali.

"Oscars cukup, lo nyakitin Kesya!"

"Gue bilang diem, Zhenira."

Tatapan mata Oscars menggelap, begitu tajam. Jika saja ini di film-film, pasti sudah ada efek kilatan di kedua bola mata itu. Zhenira pun sungguh tidak habis pikir sekarang, kenapa Oscars sampai segitunya.

Trax yang sedari tadi diam, akhirnya turun tangan. "Udah Bro, lo bikin anak orang takut." Cowok itu memegang kuat bahu Oscars dari belakang dan mendudukkannya dengan kasar di kursi. Oscars berdecak, kemudian menghela napas.

"Sorry Key," kata Oscars.

Kesya yang memang sudah ketakutan hanya bisa mengangguk kaku. Linda mengusap-usap punggung Kesya mencoba menenangkan sahabatnya itu.

"Jadi, bisa lo ceritain apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Oscars lagi. Kesya mengangguk mantap, lalu mengalirlah kronologi kejadian beberapa jam yang lalu. Di mana mereka tengah asik bermain basket dan saat Zhenira ingin memasukkan bola ke dalam ring, Tamara malah menjegalnya hingga terjatuh dan akhirnya pingsan.

Oscars mengepalkan tangannya begitu Kesya selesai bercerita. Gadis bernama Tamara itu ternyata ingin bermain-main dengannya. Smirk itu tercetak jelas di bibir Oscars saat ini. Membuat siapapun yang melihatnya mungkin akan berpikir ribuan kali untuk mencari gara-gara pada anak dari Revalino Reyhan itu.



Berawal dari iri dan dengki, berakhir dengan balas dendam abadi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro