Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

29 ߷ She's Sick



Zhenira saat ini tengah menunggu sahabatnya yang satu itu di depan pintu kelas. Ia mendudukkan dirinya di meja yang paling dekat dengan pintu, jika kelamaan berdiri kakinya tidak akan kuat. Masih terasa ngilu dan berdenyut-denyut. "Duh, gue lupa lagi tadi nggak ganti perban," gumamnya.

Kedua murid baru yang setahu Zhenira bernama Aronaz dan Ravgaz terlihat akan memasuki kelas. Zhenira mengernyitkan keningnya saat dua pemuda itu menatapnya sedemikian rupa. Seperti ada maksud tersembunyi dari tatapan keduanya dan Zhenira tidak tahu apa itu.

"Eh, bentar deh."

Aronaz dan Ravgaz langsung menghentikan langkahnya saat mendengar suara Zhenira tepat di belakang mereka.

"Iya, lo berdua."

Gadis itu melompat kecil dari acara duduknya dan langsung meringis saat kakinya menapak pada lantai. Ia lupa kalau kakinya sedang sakit sekarang, Zhenira berusaha menahan rasa sakitnya. Netranya menghunus tajam pada kedua cowok itu.

"Gue gatau ya lo berdua punya masalah apa sama gue, tapi bisa nggak? Biasa aja gitu natap guenya, nggak enak dilihat. Tatapan lo berdua tuh kek psychopath di film-film ituloh. Tajam, tapi penuh makna. Kan serem."

Zhenira nyerocos tanpa tahu kalau dua pemuda yang dimaksud malah mengabaikan gadis itu dan memilih langsung duduk di tempat masing-masing. Salahkan saja Zhenira, kenapa juga dia ngomel sambil tutup mata ala-ala guru BK gitu.

"Zhe? Lo ngapain?" Linda yang baru saja sampai di kelas tentu saja bingung dengan sahabatnya yang berdiri sambil tutup mata dan mengomel itu. "Lo ngomel ke siapa, anjir?" Linda menggelengkan kepalanya saat Zhenira melotot begitu melihat dia ternyata daritadi justru mengomeli angin.

"HEH! Kalo orang ngomong tuh ya didengerin! Main pergi aja lo berdua!" Zhenira menatap murka pada kedua siswa baru itu yang justru hanya mengangkat kedua bahunya tak acuh. Kemudian menghela napas pasrah dan sedikit memijit pelipisnya.

"Lin, bantuin gue jalan ke bangku gue dong."

"Lahh, emang lo kenapa? Nggak bisa jalan? Kaki lo sakit apa gimana?" tanya Linda bertubi-tubi. Zhenira merutuki dirinya dalam hati, ia lupa kalau kedua sahabatnya tidak tahu-menahu soal kejadian kemarin siang.

"Hah? Ahahaha, ya engga lah. Pegel aja gue, rasanya gue nggak sanggup jalan," jawab Zhenira dengan waswas. Semoga saja Linda mau percaya dan tidak bertanya macam-macam.

"Alay bener lo! Jalan sendiri sono! Orang kaga sampe satu meter juga."

Zhenira langsung nyengir mendengar penuturan Linda yang memang ada benarnya itu. Bangkunya bahkan hanya berjarak beberapa sentimeter dari tempatnya berdiri sekarang. Namun, dia tidak sepenuhnya berbohong. Pergelangan kakinya begitu sakit sampai rasanya ia ingin menangis sekarang juga.

Dengan sisa kekuatan yang ia punya, Zhenira berusaha menutupi rasa sakitnya dengan mengembangkan senyumnya seperti biasa dan langsung berjalan cepat agar segera sampai di bangkunya.

Tidak lama kemudian, Kesya bahkan sudah menampakkan batang hidungnya dan mendudukkan dirinya di samping Zhenira. Gadis itu terlihat ceria seperti biasanya, bahkan saat ini Kesya sudah berceloteh membahas gosip-gosip yang tengah panas di kalangan para selebriti.

Zhenira tidak terlalu fokus mendengarkan, tetapi sesekali juga menanggapi seperlunya saja. Ketiga gadis itu terus berbincang-bincang ringan sembari menunggu bel masuk berbunyi.

"Selamat pagi anak-anak. Kok kalian belum ganti baju? Segera ganti baju ya, saya tunggu di lapangan."

Zhenira merutuki dirinya, ia lupa kalau hari ini ada pelajaran olahraga. Gadis itu menggigit bibirnya cemas. Gimana ini? Kaki gue masih sakit, tapi gue kaga mungkin nggak ikut olahraga kan? Hari ini pengambilan nilai buat basket. Gue gamau nyusul. Dengan terpaksa dan membulatkan tekad, mau tidak mau Zhenira harus turun ke lapangan.

"Ayok gengs, kita ganti baju!" ajak Kesya yang tampak bersemangat, olahraga memang pelajaran yang selalu ditunggu-tunggu oleh setiap siswa, tidak terkecuali Kesya.

Linda dan Zhenira mengangguk serempak, ketiganya langsung pergi keluar kelas untuk mengambil baju olahraga mereka di loker. Tanpa disadari oleh kedua sahabatnya, Zhenira berjalan paling lambat. Sesekali suara ringisan kecil keluar dari bibir mungil Zhenira. Entah sampai kapan gadis itu harus menahan rasa sakitnya.

🌌🌌🌌

"Ayoo, lempar bolanya!"

Pritt! Pritt!

Instruksi keras dari guru olahraga mereka menjadi tanda dari dimulainya pengambilan nilai dalam materi bola basket kali ini.

"KESYA, AMBIL!"

Kesya melompat tinggi begitu bola basket itu melambung di atasnya.

Hap!

Kesya tersenyum mengejek pada lawannya karena bola itu berhasil jatuh di tangannya. Kesya langsung mendribble bola itu beberapa kali dan langsung mempassing bola basket yang dipegangnya pada Linda yang langsung ditangkap dengan sempurna oleh gadis itu.

Linda melakukan lay up saat mendekati ring, tapi sayangnya bola itu tidak masuk. Linda langsung mendesah kecewa karenanya. Namun itu tidak berlangsung lama karena pertandingan masih berjalan. Linda mengoper bola tersebut pada salah satu teman setimnya saat tim lawan akan mengambil bola itu darinya.

"KASIH KE ZHENIRA!" teriak Linda yang langsung diangguki dengan mantap oleh temannya tersebut. Gadis berambut pendek sebahu itu langsung mempassing bola basket itu pada Zhenira yang sudah siap menerima bola.

Hap!

Tangkapan yang sempurna oleh Zhenira membuat Kesya tersenyum puas di tempatnya. Dengan sekuat tenaga, Zhenira mendekati ring lawan dan bersiap memasukkan bola itu ke keranjang. Namun tanpa peringatan, tubuhnya oleng begitu saja karena ada seseorang yang menjegal kakinya, tepat di mana kakinya yang terluka sehingga membuat gadis itu langsung terjatuh dengan keras di lapangan.

Bruk!

"ZHENIRA!"

Samar-samar Zhenira mendengar suara Kesya dan Linda yang berteriak memanggil namanya sebelum semua pandangannya menggelap.

Semuanya langsung mengerubungi Zhenira yang tidak sadarkan diri tersebut. Kesya yang melihat dengan jelas bahwa Tamara sengaja menjegal kaki sahabatnya itu langsung menghampiri sang pelaku yang terlihat tersenyum kemenangan.

"HEH! LO SENGAJA NGELAKUIN ITU KAN?! GUE LIAT SENDIRI YA, KALO LO YANG JEGAL KAKI ZHENIRA! KALO MAIN YANG SPORTIF, DONG!"

Kesya meluapkan semua kekesalannya pada Tamara hingga membuat wajah gadis itu memerah. Efek karena cuaca yang panas ditambah emosi yang membara.

Tamara menyeringai. "Kalo gue emang sengaja, lo mau apa K-e-s-y-a." Tamara mengatakan itu dengan pelan dan penuh penekanan.

Kesya semakin emosi dan siap menumpahkan amarahnya jika saja Linda tidak mencegahnya. "Udah, Key! Zhenira lebih penting sekarang!"

Kesya menunjuk Tamara tepat di wajah gadis itu. "Gue belum selesai ya sama lo. Gue tandain muka lo!" Setelahnya Kesya dan Linda benar-benar pergi untuk menyusul Zhenira yang sudah dibawa ke UKS sekolah.

🌌🌌🌌

"Zhenira tidak apa-apa, sepertinya dia memang sedikit lemas. Apakah dia tidak sarapan pagi ini?"

Kesya dan Linda saling berpandangan, kemudian menggeleng kompak. "Kami tidak tau Bu, tapi biasanya kalo pagi Zhenira sarapan kok," ujar Linda untuk menjawab pertanyaan guru petugas UKS tersebut.

Guru tersebut tersenyum dan mengangguk mengerti. "Setelah dia sadar, tolong kasih teh hangat itu padanya ya. Saya permisi keluar dulu."

Linda dan Kesya kembali mengangguk kompak. Keduanya lantas berpikir keras dan perasaan cemas masih menyelimuti keduanya.

"Duh! Gimana nih, Key? Apa kita telepon Oscars aja? Biar Zhenira dianterin pulang."

Kesya berdecak dan menggeleng. "Lo pengen Zhenira bolos sekolah lagi? Baru aja lusa kemaren dia pulang lebih awal. Nanti yang ada gue ikutan kena interogasi dari Tante Dhian."

"Terus lo mau ninggalin Zhenira sendirian gitu? Gaada yang jagain? Kita harus kembali ke lapangan loh buat penilaian."

"Ya nggak gitu juga maksud gue!"

Linda menghela napasnya. Otaknya berpikir keras mencari solusi, lantas seperti diberi sebuah hidayah, Linda menjentikkan jarinya saat mendapat sebuah ide cemerlang.

"Kita minta tolong sama Zero aja."

"Hah?! Lo serius, Lin?"

Linda mengangguk mantap, ia rasa Zero memang yang paling bisa dimintai tolong saat ini. Jikalau minta tolong pada Anak D'Most Saga, bisa-bisa ketahuan sama Oscars. Linda tidak mau jadi sasaran amarah dari sang gitaris D'Most Saga itu karena tidak bisa menjaga sepupu tersayangnya.

Kesya memijit pelipisnya yang tiba-tiba terasa berdenyut. "Ya udah, telepon Zero sekarang. Lo punya nomor dia, 'kan?"

Linda mengangguk, gadis itu langsung menelepon Zero untuk meminta menjaga Zhenira sebentar di UKS. Sementara dia dan Kesya harus kembali ke lapangan untuk penilaian.



Wah, semoga Zhenira cepat sembuh ya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro