26 ߷ Apology and Crime
•
•
•
Kedelapan remaja itu saat ini tengah berada di area parkir mall. Setelah menghabiskan waktu sekitar 1,5 jam di Restoran Jepang tadi, mereka memutuskan untuk langsung pulang karena hari sudah semakin siang.
"Ehh bentar, gue kebelet pipis. Gue ke toilet dulu ya." Zhenira bergerak gelisah sembari menggigit bibirnya.
Trax mendelik mendengar penuturan Zhenira yang blak-blakan itu. Lupa kali ya kalau teman-temannya itu laki semua. "Ya udah buruan, Zhe. Jangan lama-lama," ujarnya. Zhenira mengangguk dan langsung ngacir mencari toilet terdekat.
Zhenira menemukan toilet umum di area belakang mall. Sayangnya gadis itu tidak sadar jika ada seseorang yang memerhatikannya dengan tatapan tidak suka.
Dia adalah Tamara, teman sekelasnya yang tempo hari mengatakan kalau dirinya belagu karena Oscars adalah sepupunya. Tamara sudah lama membenci Zhenira karena gadis itu selalu dekat-dekat dengan anak OSIS dan anak D'Most Saga. Siapa sangka ternyata Oscars adalah sepupu Zhenira. Tamara semakin membencinya sejak saat itu.
Dia merasa kalau Zhenira tidak pantas mendapatkan perhatian seperti itu. Apalagi hal yang dia lihat di restoran itu tadi. Apa-apaan dia duduk di situ dengan santai, mana cewek sendiri lagi. Dasar tidak tahu malu. Tamara benci, Zhenira harus diberi pelajaran sesekali biar nggak songong dan belagu tuh anak.
Bibir Tamara tertarik ke atas membentuk sebuah seringaian saat melihat Zhenira baru saja memasuki toilet. Dengan mengendap-endap, Tamara mengikuti gadis itu hingga benar-benar masuk ke dalam salah satu bilik. Tanpa sepengetahuan Zhenira, ia memencet tombol lock yang berada pada pintu bilik tempat di mana Zhenira berada sekarang sehingga membuat pintu tersebut benar-benar terkunci.
Sistem lock pada pintu yang digunakan di toilet tersebut tidak bisa dibuka kecuali dari luar. Jelas itu akan menyusahkan Zhenira nantinya, tapi Tamara tidak peduli. Gadis itu dengan santainya melenggang pergi setelah memindahkan tulisan 'pintu rusak' pada bilik ujung ke bilik di mana Zhenira berada di dalamnya.
Setelahnya, Tamara benar-benar pergi dari sana dan memutuskan untuk langsung pulang dengan senyuman puas yang tercipta dari bibirnya.
🌌🌌🌌
Klek! Klek!
Zhenira berdecak kesal. "Nih pintunya kenapa sih, kok gamau kebuka." Ia masih berusaha membuka pintu toilet tersebut, tetapi pintu itu tetap tidak mau terbuka. Tidak ingin membuang waktu, Zhenira memutuskan mengambil ponselnya yang berada di tas. Mencari kontak Oscars dan langsung menelepon sepupunya tersebut.
"Halo Zhe, lo di mana anjirr? Lama bener ke toilet doang. Nih kita pada nungguin lo."
Zhenira mendengkus mendengar suara sepupunya yang bawel itu. "Ck, gue masih di toilet ini. Pintunya nggak bisa kebuka gatau kenapa. Cepetan ke sini tolongin gue."
"Lahh, kok bisa?"
"Gatau dikata, udah buruan ke sini aja sih. Udah kesemutan nih gue berdiri."
"Oke oke, lo di toilet sebelah mana?"
"Toilet cewek, belakang mall."
"Gue ke sana, tunggu."
Oscars langsung mematikan panggilan secara sepihak. Ia menatap kepada teman-temannya yang tampak penasaran. "Zhenira kenapa?" tanya Marcell.
Oscars menggeleng. "Zhenira kekunci di toilet," jawabnya.
"WHAT?!"
Trax berseru heboh, begitupun yang lain, terutama Maxime. Apalagi Zero yang tiba-tiba tampak cemas. "Ya udah anjirr, di toilet mana tuh anak katanya?" tanya Trax.
"Belakang mall. Udah biar gue aja yang ke sana," ujar Oscars yang sudah bersiap pergi.
"Gue ikut," sahut Zero tiba-tiba. Oscars pun mengangguk dan langsung berlari pergi ke arah belakang mall diikuti Zero di belakangnya.
Netra kedua pemuda itu menatap sekeliling mencari toilet yang kata Zhenira memang hanya satu-satunya di belakang mall itu. Zero menunjuk satu arah, Oscars mengikuti arah telunjuk Zero. Keduanya saling berpandangan dan mengangguk. Kemudian langsung bergegas pergi ke sana.
"Zhenira! Lo di mana?!" Oscars berseru sedikit keras berharap sang sepupu mendengarnya.
"Gue di sini, Oscars!" Zhenira membalas teriakan Oscars yang membuat kedua pemuda itu langsung menghampiri sumber suara. Mereka mengernyit saat melihat ada peringatan 'pintu rusak' di bilik tempat Zhenira berada.
"Keknya ada orang yang sengaja ngelakuin ini deh Zhe," ujar Oscars tiba-tiba.
Zhenira mengerutkan keningnya bingung. "Maksud lo?"
"Ada tulisan peringatan 'pintu rusak' di sini," sahut Zero yang sedari tadi diam.
"Lohh ada Zero juga? Ya udah buruan cari cara, deh. Nggak bisa dibuka ini pintunya." Zhenira kembali mencoba memutar knop pintu toilet itu, tetapi tetap tidak bisa.
"Kaga bakalan bisa, percuma. Harus dibuka dari luar," kata Zero.
"Terus gimana dong?"
"Ck, kelamaan kalo kek gini. Minggir dulu Zhe, biar gue dobrak," ujar Oscars yang sudah melangkah mundur, ancang-ancang hendak mendobrak pintu. Zhenira yang di dalam auto panik.
Ini gimana mundurnya, orang toiletnya sempit gini?!
Brakk!
Sekali dobrakan masih belum terbuka. Oscars berdecak, ia kembali mundur dan lebih menguatkan powernya.
Brakk!
Berhasil. Oscars tersenyum puas, begitupun Zero yang ikut tersenyum kecil di tempatnya. Zhenira langsung keluar begitu pintu toilet terbuka. Gadis itu menghela napas lega karena dirinya tidak lagi terkunci di dalam.
"Duhh, siapa sih yang ngunciin gue?"
"Apa mau cek CCTV sekitar toilet?" tawar Oscars.
Zhenira menggeleng. "Nggak usah, gue gamau memperbesar masalah kecil kek gini."
"Ya udah, mending kita langsung balik aja. Anak-anak udah pada nungguin, noh." Oscars dan Zhenira mengangguk kompak merespon ajakan Zero. Ketiganya langsung pergi dari area toilet tanpa memedulikan pintu salah satu bilik toilet yang sudah bergeser dari tempatnya itu.
🌌🌌🌌
"Hi, guys!"
Zhenira melambaikan tangannya ceria sesaat setelah sampai di area parkir di mana teman-teman cowoknya ini sudah menunggunya dengan perasaan cemas.
"Busett, nih anak. Lo gapapa kan, Zhe?" tanya Maxime yang diangguki dengan mantap oleh Zhenira.
"Gue gapapa kok," ujar Zhenira berusaha meyakinkan.
"Syukur kalo lo nggak kenapa-napa. Mendingan kita langsung pulang aja, udah makin siang, makin panas ntar nih."
Mereka mengangguk serempak. Tanpa membuang waktu lagi, kedelapan remaja itu langsung menaiki kendaraan masing-masing. Sama seperti formasi awal, anak D'Most Saga pulang dengan mobilnya Trax. Zhenira dan Zero dengan motor masing-masing, sementara Kevin dan Marcell ya tentunya dengan mobil Marcell. Kali ini sang pemiliknya sendiri yang membawa mobil.
Mobil Marcell melaju paling depan, di belakangnya ada Zhenira dan Zero, kemudian paling belakang mobil Trax. Jadi kedua motor milik Zero dan Zhenira itu diapit oleh kedua mobil teman-temannya.
Zhenira senyum-senyum sendiri sepanjang jalan. Dia merasa jadi cewek paling beruntung di dunia. Karena memiliki teman-teman yang baik kayak mereka. Apalagi ada Zero yang entah kenapa semakin hari semakin keren.
Aaa bundaa, anakmu baper.
Karena sibuk dengan pikirannya, Zhenira tidak sadar kalau ada tanjakan di depannya. Bukannya memperlambat laju motornya, Zhenira malah menarik gasnya sehingga membuat motornya oleng saat menaiki tanjakan.
"ZHENIRA!"
Gadis itu terjatuh dari motornya dan badannya berguling-guling di aspal. Trax langsung mengerem mobilnya mendadak, begitupun Marcell yang melihat dari balik kaca spion langsung berhenti dan keluar dari mobilnya.
Mereka panik dan langsung menghampiri Zhenira yang tampak meringis menahan sakit. Oscars langsung melepas helm sepupunya dengan perlahan dan mencoba menggendongnya.
"Aw, pelan-pelan. Kaki gue sakit."
"Ck, lagian lo kalo bawa motor tuh jangan ngelamun bego! Bahaya tau!" Bukannya cepat-cepat membantu Zhenira, Oscars malah mendahulukan acara mengomeli sepupunya yang ceroboh itu.
Marcell menepuk dahinya keras. "Itu tolongin dulu Zheniranya! Nanti aja ngomelnya, Oscars!"
Oscars berdecak, tanpa perasaan langsung mengangkat Zhenira dan memedulikan teriakan gadis itu yang mengaduh sakit pada kakinya. "Oscars, bego! Sakit, woy! Turunin gue nggak?!" Ingin sekali Zhenira memukul kepala sepupunya ini dengan batu besar yang ada di sana. Biar waras dikit.
Maxime dan Trax ikut meringis sakit melihat Zhenira yang seperti orang kesetanan di gendongan Oscars itu. Oscars langsung membawa Zhenira ke mobil Marcell, Kevin yang peka pun bergegas membukakan pintu belakang.
"Kita bawa ke klinik aja."
Kevin dan Marcell mengangguk kompak, mereka berdua langsung berjalan ke tempat duduk masing-masing setelah membantu Oscars meletakkan Zhenira di kursi belakang. Kali ini, Kevin menawarkan diri untuk menyetir.
Trax dan yang lainnya pun mengikuti dari belakang, sementara motor Zhenira, Oscars yang membawanya. Tidak ada yang rusak, hanya lecet sedikit di beberapa bagian. Sungguh dia tidak habis pikir saat ini. Karena sedari tadi ada saja hal yang menimpa sepupunya tersebut.
Entahlah, mungkin sepupunya itu memang sedang sial saja hari ini.
•
•
•
Wkwkwk, Zheniranya aja yang kurang hati-hati itu.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro