23 ߷ A Mission
•
•
•
Tok, tok, tok!
Ceklek!
"Permisi ..." Zhenira memasuki kelasnya terlebih dahulu, di sana sudah terlihat Pak Wira yang tampaknya sudah menunggu kedatangannya. Ralat, kedatangan dua murid baru itu sepertinya. "Maaf Pak, saya terlambat," ujar Zhenira.
Guru Bahasa Indonesia tersebut tersenyum dan menganggukkan kepalanya. "Langsung masuk saja Zhenira." Zhenira otomatis langsung tersenyum sumringah, ia kemudian mendudukkan dirinya di samping Kesya yang sudah siap mencecarnya dengan berbagai pertanyaan.
"Ntar gue jelasin," bisik Zhenira.
Kesya pun mengerti dan memfokuskan pandangannya ke depan saat dua manusia tampan memasuki kelas. Netranya seketika berbinar-binar. "Kan apa gue bilang, beneran ada murid baru."
Zhenira memutar bola matanya malas. "Iya dah iya." Netranya menoleh ke belakang, ke arah Linda yang tengah asik-asiknya tidur. Zhenira mencoba membangunkan sahabatnya tersebut sambil berbisik. "Lin, Lindaaa. Bangun heh!" bisiknya sembari menggoyang-goyangkan tangan Linda di meja yang dia gunakan sebagai tumpuan kepalanya.
"Hmm .."
Kesya berdecak kesal melihat Linda yang malah cuma bergumam saat Zhenira mencoba membangunkan dirinya. Dengan tidak berperasaan, Kesya menendang meja Linda dengan keras hingga mereka jadi pusat perhatian.
Duak!
"Amanda Kesyara, tolong jangan berisik. Hargai yang di depan sedang ingin bicara," tegur Pak Wira dengan tegas. Kesya meringis meminta maaf, ia mengalihkan pandangannya ke Linda yang cengengesan sembari sesekali menguap karena masih merasa ngantuk. Sementara Zhenira berusaha menahan tawanya. Kesya mendengkus kesal, ia kembali memfokuskan diri ke depan.
"Silakan perkenalkan diri kalian."
Kedua cowok tampan yang tengah berdiri di depan kelas itupun akhirnya bersuara dan memperkenalkan diri mereka.
"Haloo, perkenalkan nama saya Aronaz, panggil saja Aron."
"Perkenalkan nama saya Ravgaz, semoga kita bisa berteman baik."
Zhenira memicingkan matanya tajam. Berusaha meneliti dan mencocokkan apakah pemuda yang bernama Aronaz itu adalah pemuda yang ia temui di pinggir jalan semalam. Sungguh, bentuk badannya dan gayanya terlihat sama. Apalagi warna mata itu.
"Gilaaa, sekolah kita emang gudangnya cogan," ujar Kesya yang sedari tadi tidak henti-hentinya berdecak kagum dengan pancaran mata yang berbinar-binar.
Linda pun ternyata sama, gadis itu juga ikut terpesona dengan dua murid baru di kelas mereka tersebut. Zhenira mendesah malas. "Inget Marcell, woy!"
Linda cengengesan dan menangkup kedua pipinya malu. "Iya-iya, inget kok gue. Marcell mah tetap nomor satu di hati," katanya tanpa mengalihkan pandangannya dari depan kelas.
"Baiklah, Aronaz dan Ravgaz silakan duduk menempati bangku yang masih kosong di belakang." Instruksi Pak Wira dijalankan dengan baik. Keduanya langsung duduk di bangku paling belakang sendiri, dekat dengan jendela. Tempat yang sangat strategis.
"Kau sudah menemukan dia Aronaz?"
"Bangku kedua dari barisan depan. Di samping gadis yang memakai jepit rambut berbentuk lebah. Aku sudah bertemu dengannya semalam."
Ravgaz mengikuti arah pandang Aronaz yang mengarah pada tempat duduk Kesya dan Zhenira. "Ahh di samping Amanda Kesyara itukah Zhenira?" Aronaz mengangguk mantap. Sudut bibirnya tertarik ke atas membentuk sebuah seringaian.
Ohh Zhenira, tidakkah kamu sadar kalau kamu adalah target dari kedua Guardian tersebut? Ya, Geraldz sang ketua dari para Guardian telah mengirim Aronaz dan Ravgaz ke bumi untuk memperingatkan Zhenira sekaligus mengawasi gadis itu. Sesuai tugas yang diperintahkan, keduanya memutuskan untuk menjadi murid baru di sekolah Zhenira. Karena setahu mereka, Zero berada di sekolah yang sama. Jadi itu akan lebih mempermudah tugas mereka.
Mereka juga sudah dibekali ilmu dan harta yang cukup selama tinggal di bumi. Mereka tidak datang untuk main-main, mereka datang untuk tugas yang sangat penting. Itulah kenapa semuanya harus dipersiapkan dengan sebaik mungkin.
"Baiklah, kita mulai pembelajaran hari ini ya."
Suasana di kelas Zhenira dan kawan-kawan pun kembali sunyi, hanya suara Pak Wira yang tengah menjelaskan materi yang tampak mendominasi.
🌌🌌🌌
Kevin saat ini tengah berada di lapangan basket. Berlatih sendirian untuk turnamen minggu depan. Anggotanya lagi pada ke kantin untuk membeli minuman.
Duk, duk, duk!
Suara bola basket yang di dribble dengan teratur menjadi pengisi kesunyian di lapangan tersebut. Ini masih jam pelajaran, tetapi Kevin dan anggotanya memilih mengambil dispensasi selama satu jam pelajaran. Untung saja guru piket saat itu memberi izin padanya. Soal urusan tugas, dia bisa bertanya pada Zero nanti ketika selesai.
"Kevin."
Kevin menolehkan kepalanya pada sumber suara yang baru saja memanggil namanya. Pemuda itu tersenyum kecil saat melihat sang Ketua OSIS aka Marcell menghampirinya. "Kaga masuk kelas lo?" tanya Mercell yang hanya dibalas dengan cengiran andalannya oleh Kevin.
"Dispen gue," jawab Kevin.
Marcell ber-oh ria, ia memperhatikan salah satu temannya itu yang tampak banjir oleh keringat namun masih terlihat semangat berlatih. "Ada apa lo ke sini?" tanya Kevin kemudian.
"Ekhem, jadi gini. Lo nanti sepulang sekolah ada waktu nggak? Gue mau ngajakin lo main, nih."
"Main ke mana?"
"Ada deh, ayolah Vin. Gaada temen nih gue." Marcell berusaha membujuk Kevin agar mau mengikuti ajakannya itu. Bukan apa, kadang si Kevin kalau diajak-ajak suka ngeles sana-sini kalau memang tidak mau. Kevin tampak berpikir sebentar, kemudian mengangguk. Hal itu tentunya membuat Marcell senang.
Rencana satu, selesai ✔
"Oke kalo gitu gue balik ke kelas dulu ye, semangat latihannya Vin!" seru Marcell sembari melambaikan tangannya dan langsung berlari pergi dari area lapangan basket. Kevin hanya tersenyum kecil melihatnya.
Tidak lama kemudian, para anggotanya pun sudah datang. Bahkan mereka membawakannya beberapa makanan dan minuman juga. "Minum dulu ketua," ujar salah satunya yang tentu saja langsung disambut dengan baik oleh Kevin. Ia langsung meneguk hingga tandas minuman isotonik tersebut. Hanya menyisakan beberapa tetes, kemudian ia langsung melemparkan botol bekas minumannya ke tempat sampah terdekat.
"Abis ini kita lanjut latihan."
🌌🌌🌌
Di lain tempat, tepatnya di rooftop. Marcell yang memang pagi itu tengah patroli langsung menghela napasnya saat melihat anak D'Most Saga yang lagi-lagi bukannya masuk kelas malah nongkrong di rooftop.
"Lo pada gaada kapoknya, ya?"
Maxime dan Oscars yang awalnya tengah berjoget ria karena lagu yang diputar oleh Trax, langsung berhenti. Shadow yang awalnya tengah mencatat beberapa lirik baru di bukunya juga langsung terlonjak kaget dan menoleh ke arah pintu. Marcell berdiri dengan berkacak pinggang di sana.
"Widihh, ada si Babang Ketos nih," seru Maxime seraya bersiul menggoda. Oscars menarik sudut bibirnya.
"Lagi patroli ya, Cell?" tanya Shadow dengan watadosnya.
Trax terkekeh di tempat melihat kelakuan para membernya. Ia sebagai ketua dari D'Most memutuskan untuk berdiri dan menghampiri Marcell. "Lo tenang aja, gue pastiin ntar jam kedua kita balik ke kelas kok," katanya sembari menepuk-nepuk bahu Marcell sedikit keras hingga membuat sang empunya semakin mendelik tajam.
"Heran dah gue sama lo pada, bolos kok di jam pertama doang," cibir Marcell terang-terangan. Iya, Marcell benar. Anak D'Most Saga itu setiap hari dan setiap jam pelajaran pertama pasti membolos dan nongkrong di rooftop. Entah apa alasan sebenarnya, kalau ditegur atau dihukum mereka tidak pernah mengatakan alasan yang sesungguhnya. Pasti jawabannya hanya sekadar, pengen boloslah, mainlah, bosanlah, dan lain-lain.
Trax menunjukkan deretan giginya mendengarkan sindiran Marcell. Sang Ketua OSIS itu hanya menghela napasnya, ekspresinya berubah serius dan Trax menyadari hal itu.
"Gue perlu ngomong sesuatu sama lo Trax, tapi bukan di sini. Ikut gue," ujarnya dengan suara yang sangat rendah, hingga hanya terdengar oleh Trax saja. Trax mengangguk mantap. Ia menoleh ke arah ketiga membernya yang menatap dirinya dan Marcell dengan penasaran.
"Gue turun ke bawah dulu ya, beli minum. Lo pada lanjut aja latihannya." Usai mengatakan itu, Trax langsung mendorong Marcell keluar dari pintu rooftop dan ia pun ikut keluar juga. Tidak lupa menutup pintu rooftop setelahnya.
Kedua pemuda itu menuruni tangga rooftop hingga sampai di lantai bawah. Karena suasana yang memang sepi, Marcell langsung mengatakan tujuannya. "Gue udah minta Kevin buat temenin gue main ntar sepulang sekolah. Kalo bisa, lo bawa Oscars dan anak D'Most Saga lainnya ke tempat yang sama."
"Ohh, lo ada rencana bikin Kevin sama Oscars baikan?" tanya Trax yang sepertinya langsung paham akan rencana Marcell. Marcell mengangguk mantap, ia membisikkan rencananya dengan sangat singkat namun jelas. Trax mengangguk mengerti, ia setuju dengan rencana Marcell.
"Gue bakalan minta Zero buat ajak Zhenira," ujar Marcell tiba-tiba.
Trax mengernyit. "Kenapa nggak Kesya sama Linda aja?" tanyanya bingung.
"Nggak perlu, Zero bakalan lebih berguna dan bisa diandalkan buat hal kayak gini."
Marcell menaikkan sudut bibirnya ke atas, menyeringai. Trax yang melihat seringaian itupun langsung ikut menyeringai kecil.
•
•
•
Semoga aja rencana mereka berhasil ya, buat bikin ketiganya berbaikan lagi.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro