Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

17 ߷ Back to School



"Lo mau bawa motor apa ikut mobil gue, Zhe?" tanya Linda. Saat ini mereka bertiga sudah berada di garasi.

Zhenira tampak menimbang-nimbang tawaran Linda. "Gue ikut mobil lo aja, deh. Pulangnya ntar gampang, gue bisa nebeng Oscars," jawab Zhenira.

Linda mengangguk dan langsung memasuki bagian kemudi. Disusul Kesya di sampingnya dan Zhenira yang duduk di kursi belakang. Tanpa menunggu lama, mobil Linda pun sudah keluar dari area rumah Keluarga Evans menuju sekolah. Jam masih menunjukkan pukul 06.20 saat ini, jadi mereka bisa sedikit bersantai.

"Sumpah ya, semalem itu pengalaman yang sangat menakjubkan buat gue," ujar Linda memecah keheningan.

Kesya mengangguk setuju. "Bukan lo aja, gue juga anjirr. Nggak nyangka bakal seseru itu!" kata Kesya menggebu-gebu. Keduanya jadi asik berceloteh tentang kejadian semalam.

Sementara Zhenira? Ahh gadis itu saat ini tengah merenung tentang dimensi serba hitam yang mereka lalui semalam. Sungguh, ia tidak pernah sampai ke tempat itu. Ia takut kalau-kalau itu adalah sebuah tanda. Entah tanda apa, ia juga tidak tahu. Yang jelas, hal itu sedikit membuatnya takut sekarang.

Asik dengan pikirannya sendiri hingga tidak sadar kalau mereka kini sudah sampai di sekolah. Linda memasukkan mobilnya dan melewati gerbang sekolah mereka yang masih terlihat begitu kokoh. Tulisan besar yang berisi kalimat 'Selamat Datang di SMA Negeri Majalengka' yang selalu menyambut mereka di gerbang utama. Rasanya sudah menjadi kebanggaan tersendiri bisa sekolah di salah satu sekolah elite seperti ini.

Anak Majalengka tuh terkenal karena prestasinya, juga sumber daya manusianya yang memang sangat pintar. Kalau urusan siswa yang berduit mah, itu cuma nilai plus. Kepintaran yang paling diutamakan di sini.

Memang, kalau melihat tingkah siswa-siswi di sini yang kadang nakal dan absurd menjadi sebuah tanda tanya besar dari berbagai kalangan. Satu hal yang sering orang-orang di luar sana lupakan, jangan pernah sekalipun meragukan kepintaran Anak Majalengka atau mereka akan membalasmu dengan akal licik mereka.

Masuk ke sekolah ini juga tidak mudah. Butuh perjuangan yang sangat keras. Tes ujian masuknya pun sudah setara dengan ujian kelas dunia. Bukannya melebih-lebihkan, tetapi itulah faktanya. Karena kami semua yang menjadi siswa maupun siswi di sini sudah merasakan tingkat kesulitannya. Banyak membaca buku dan belajar berjam-jam juga rasanya percuma kalau tidak mengetahui strategi dalam mengerjakan soalnya.

Ngomong-ngomong soal Anak Majalengka, kalian sudah tahu tidak kalau sekolah kami akan mengadakan kontes pencarian bakat?

Belum tahu kan pasti?

Iya, acara itu adalah acara yang diadakan 3 tahun sekali di sekolah kami. Semua tingkatan kelas diwajibkan ikut karena keuntungan yang didapatkan tidak main-main. Banyak media yang akan meliput dan perwakilan dari agensi-agensi ternama yang akan menjadi jurinya. Kesempatan besar buat kalian yang ingin unjuk bakat. Stay tune, okey?!

Sekarang, kita kembali ke tokoh utama kita terlebih dahulu.

Zhenira yang baru saja menginjakkan kakinya di jalanan beton sekolah langsung merentangkan tangannya seraya tersenyum lebar, menghirup rakus udara sekolah yang sangat dirindukannya.

Kesya yang melihat tingkah Zhenira auto mencibir pelan. "Kek udah berhari-hari nggak sekolah aja. Padahal baru kemaren kita sekolah," ujarnya.

"Biarin aja napa, Key!" sahut Linda yang saat ini sudah berdiri di samping Kesya. Mereka berdua sebenarnya juga sama-sama rindu akan tempat ini. Percaya tidak percaya, di dunia mimpi saat itu, waktu terasa berjalan begitu lama.

"ZHENIRAAA! MAU SAMPE KAPAN LO SENYAM-SENYUM DI SITU, HAH?!"

Suara menggelegar dari Kesya sontak saja membuat Linda hampir oleng karena terkejut. Begitupun siswa-siswi yang berada di area parkiran saat ini, mereka sama terkejutnya sekarang. Sementara sang empunya yang dipanggil justru malah memeletkan lidahnya dan melengos pergi meninggalkan kedua sahabatnya. Apalagi Kesya yang sudah mencak-mencak seraya mendumel karena tingkahnya.

"Kampret, emang. Awas aja ntar di kelas gue bejek-bebek tuh anak," gerutu Kesya.

"Udah lah, ngomel mulu lo. Kuy lah capcus, keburu bel." Linda langsung menarik tangan Kesya dan mereka berdua berjalan bersama menuju kelas.

🌌🌌🌌

Jam menunjukkan pukul 07.30 sekarang. Bukannya berada di kelas dan mengikuti pelajaran, anak-anak D'Most Saga justru tengah berkumpul di rooftop. Ada yang sibuk dengan gitar dan buku lirik di depannya seperti Oscars. Ada yang sibuk menyalin tugas milik temannya seperti Maxime. Shadow yang tengah membaca buku 'Kiat-kiat Menjadi Usahawan Muda' di pojok pembatas. Juga Trax yang saat ini tengah bermain game online di ponselnya.

Tanpa merasa bersalah karena membolos jam pertama, keempat remaja laki-laki tersebut malah sibuk dengan dunianya masing-masing. Keheningan terjadi beberapa saat, hingga suara Trax mengalihkan atensi para member D'Most Saga.

"Lo sama Kevin udah baikan?" tanya Trax pada Oscars tanpa mengalihkan perhatiannya pada game yang sedang dimainkannya.

Oscars yang saat itu tengah menulis kunci gitar pada buku liriknya langsung menoleh pada sang ketua. "Kan gue dah bilang, gue bakal baikan sama dia kalo dia udah minta maaf sama Zhenira. Lahh gue aja belum dapet laporan kalo si curut Kevin udah minta maaf ke sepupu gue. Cupu paling dia tuh, kaga berani minta maaf."

"Jangan gitulah. Gimanapun Kevin kan temen kita juga," sahut Maxime yang tiba-tiba ikut nimbrung dalam topik ini.

"Gimanapun Zhenira itu sepupu gue juga," balas Oscars yang tak mau kalah.

"Gimanapun gue itu anggota D'Most Saga juga," ujar Shadow yang membuat ketiga member lainnya terdiam.

Krik krik, krik krik

"Garing tolol!" cerca Trax sembari melemparkan sebuah kulit kacang pada Shadow yang hanya mengangkat bahunya tak acuh. Cowok kalem itu kembali tenggelam pada bukunya tanpa memedulikan ketiga temannya.

Masih dengan bermain game di ponselnya, Trax menasihati. "Gimanapun, seenggaknya lo udah nggak marah lagi sama dia lah. Terus kalo ketemu jangan lo sinisin kayak kemaren. Sampe kasian gue sama Zero yang kena imbasnya juga."

"Apa hubungannya sama Zero?" tanya Oscars sembari mengerutkan keningnya tidak mengerti.

"Ya kan si Zero itu temen deketnya Kevin. Baru kemaren-kemaren itu dia mau diajak ngumpul bareng kita. Nah sekarang kalo lo sama Kevin perang dingin gini, otomatis Zero juga bakalan nggak enak mau nimbrung bareng kita lagi."

Oscars menopang dagunya dan tampak berpikir. "Bener juga sih perkataan lo."

"Emang bener."

"Tapi tetep aja, dia harus minta maaf dulu ke Zhenira."

Trax memutar bola matanya malas karena sifat keras kepala Oscars tersebut. Netranya beralih menatap Maxime seolah meminta bantuan.

"Ya udah, ntar kita bantuin supaya si Kevin mau minta maaf ke Zhenira," ujar Maxime yang membuat Oscars langsung mengacungkan jempolnya tanda setuju. Trax tersenyum tipis di balik tudung hoodie yang dipakainya. Begitupun Shadow yang ikut menarik sudut bibirnya dari balik buku yang dibacanya.

Percaya atau tidak, sebenarnya Oscars juga tidak ingin perang dingin seperti ini dengan Kevin. Bagaimanapun Kevin itu kan adalah teman SMP-nya dulu dan sekarang menjadi teman satu SMA juga. Rasanya juga tidak enak jika marah terlalu lama padanya. Mungkin memang sebaiknya Oscars mengikuti saran yang diberi Maxime tadi. Toh, teman-temannya pasti akan membantunya juga kan.

"Ini kita nggak balik ke kelas?" tanya Maxime membuka suara.

"Nggak usah."

"Gue males."

"Enakan juga di sini."

Maxime sepertinya harus banyak bersabar memiliki teman seperti Trax, Oscars, dan Shadow. Mereka benar-benar susah diajak ke jalan kebaikan. Biarlah, dosa-dosa juga punya mereka. Yang penting dia sudah mengajak. Kalau mereka tidak mau ke kelas, ya berarti dia tidak perlu ke kelas juga.

Plak!

Definisi teman ikut teman yang sesungguhnya.



Emang dasar ya mereka. Sabar-sabar aja buat Maxime🤣

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro