Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

15 ߷ The King Knew It



Zhenira dan Linda saling pandang setelah mendengar perkataan Bhre Kertabhumi soal pembuktian dari tuduhan mereka pada Ibu Suri. Keduanya berbicara lewat tatapan.

Bagaimana cara membuktikannya?

Kira-kira begitulah arti dari tatapan mereka. Zhenira membuka mulutnya hendak berbicara, tapi tiba-tiba suara Kesya mengalihkan perhatian semua orang yang ada di situ.

"Tabib istana tidak ada di tempat!" serunya yang langsung terdiam begitu melihat ada seorang pemuda tampan di sana. Kesya masih tidak mengetahui wajah dari Sang Raja, sehingga dia bertanya. "Siapa gerangan pemuda berwajah tampan bak malaikat ini?" ucapnya tanpa sadar.

Zhenira menepuk dahinya keras. Ia segera menghampiri Kesya dan membisikkannya sesuatu. "Dia adalah Baginda Bhre Kertabhumi, suami kita." Kedua bola mata Kesya seketika membulat sempurna. Ia terkejut, sangatttt. Bahkan masih tidak menyangka bahwa beliau akan setampan ini.

"Ohh Baginda, maafkan saya sebelumnya. Saya dan para dayang sudah ke tempat tabib istana, tetapi beliau tidak ada di tempat. Solusi apa yang sebaiknya kita lakukan sekarang?" Kesya yang telah sadar dari keterkejutannya langsung mendekat dan mencari perhatian pada Baginda. Linda bahkan sampai terkikik pelan melihat tingkah sahabatnya hingga melupakan luka di tangannya yang masih menganga.

Sementara itu di posisi Zhenira, ia hanya menatap tingkah Kesya dengan jengah. Kemudian memutuskan keluar dari kamar tersebut dan mencari tanaman obat yang sekiranya bisa dia gunakan untuk luka di tangan sahabatnya.

"Apa istana punya tanaman obat?" Zhenira bertanya pada salah satu dayang yang berada di luar pintu.

Dayang tersebut menundukkan pandangan dan mengangguk. "Ada Putri, mari saya antarkan."

Zhenira mengangguk. Keduanya langsung bergegas ke area taman belakang istana, di mana banyak sekali tanaman obat yang memang ditanam dan dibudidayakan khusus di sini. Tidak ingin menunggu lama, Zhenira langsung mencari daun jarak. Ya, getah dari daun yang memiliki nama ilmiah Jatropha multifida L itu pastinya akan sangat berguna sekarang.

Setelah memetik beberapa daun dan dirasanya cukup, Zhenira langsung kembali bergegas ke kamar Linda. Bahkan tidak sadar kalau dia yang awalnya cuma jalan cepat, jadi setengah berlari seperti sekarang.

"Dewi! Kemarikan tanganmu!"

Seruan Zhenira mengalihkan atensi semua orang yang berada di sana, termasuk Sang Raja. Kaki jenjangnya langsung berlari ke arah Linda yang masih berada di posisi yang sama, terduduk di tepi ranjang.

"Lo bawa apa, Zhe?" Linda bertanya dengan nada yang sangat pelan, hampir seperti berbisik. Tentunya dia tidak ingin ada yang mendengarnya.

"Daun jarak, lo pasti tau kan ini tanaman apa?" ujar Zhenira yang dibalas dengan anggukan serta senyuman oleh Linda.

Zhenira menoleh ke arah Baginda dan Kesya yang tengah memperhatikan. "Baginda, izinkan saya untuk mengobati Dewi Wandhan Kuning dengan daun ini," ujarnya yang entah kenapa malah langsung mendapat persetujuan dari Baginda Raja.

Kesya yang merasa perlu membantu pun akhirnya berinisiatif mengambil baskom yang berada di meja sudut ruangan. Baskom tersebut sudah terisi air bersih, sepertinya untuk cuci muka tadinya. Namun karena ini darurat, ya dia ambil saja. "Bersihkan tangan Anda dari noda darah terlebih dahulu, Dewi."

Linda pun mengangguk mengerti, ia langsung mencelupkan telapak tangannya yang terluka. "Sshh, perih banget." Zhenira menatap sahabatnya itu dengan cemas. Setelah membersihkan semua darahnya, Kesya langsung membantu Linda untuk mengeringkannya dengan kain. Kemudian tugas Zhenira untuk menekan batang daun jarak tersebut agar getahnya keluar. Karena getah itulah yang akan dia oleskan pada luka Linda.

"Tahan ya kalau perih," ujar Zhenira. Setelahnya Zhenira langsung mengoleskan getah tersebut sedikit demi sedikit hingga merata pada telapak tangan Linda yang terluka. Kemudian membalutnya dengan kain.

Zhenira berdiri, kemudian menoleh ke arah baginda dan tiba-tiba tanpa persetujuannya langsung menarik tangan baginda dan membawanya keluar ruangan. Beruntung hal itu tidak disadari oleh kedua sahabatnya, terutama Kesya.

🌌🌌🌌

"Baginda, saya tahu Anda pasti begitu terkejut dan heran karena kedekatan kami yang sangat tiba-tiba." Bhre Kertabhumi baru akan membuka mulutnya, tetapi Zhenira kembali membuka suaranya. "Percayalah, kami bertiga bukan istri Anda yang sesungguhnya, Baginda. Kami berasal dari dunia lain dan entah kenapa kami bisa terdampar di dunia ini, di zaman ini."

Bhre Kertabhumi terdiam, mencoba mencerna setiap perkataan dari istri keduanya tersebut. Tidak bisa dipungkiri kalau dia terkejut dan tentunya sedikit tidak percaya dengan hal seperti itu. "Apa maksudmu, Putri? Tolong berbicaralah dengan akal sehat. Apa badanmu sakit lagi sehingga berbicara melantur seperti ini?"

Zhenira menggelengkan kepalanya kuat. "Percaya tidak percaya, itulah yang sebenarnya Baginda. Kami bertiga di sini hanya sementara, entah bagaimana cara kami nanti akan kembali. Yang jelas, saya senang bisa bertemu Baginda. Bhre Kertabhumi, Raja terakhir dari Majapahit yang memiliki tiga orang istri yang nantinya akan melahirkan putra dan putri yang sangat hebat. Saya merasa bangga bisa melihat dan merasakannya secara langsung walau cuma sebentar."

Tidak terasa air mata Zhenira turun begitu saja saat mengatakan kalimat-kalimat perpisahan seperti sekarang ini. Entah kenapa, tapi rasanya dia sangat sedih. Baginda yang melihatnya jelas saja terkejut, tapi dia tetap menunggu gadis di depannya ini menyelesaikan ucapannya.

"Saya merasa jadi gadis paling beruntung di dunia karena memiliki keistimewaan yang mungkin saja tidak dimiliki oleh orang lain. Saya akan selalu mengingat momen ini Baginda, setiap momen ketika saya berada di sini. Rasanya-"

Grep!

Netra Zhenira membulat sempurna. Baginda memeluknya, begitu erat. Keduanya terdiam dengan posisi berpelukan selama beberapa saat, sebelum sang raja duluan yang memutus kontak fisik mereka berdua. Manik sekelam malam itu menatapnya dengan tulus, senyuman tipis tercipta di bibir sang raja.

"Saya sudah tahu ... sejak di taman tadi. Saya sudah mengetahui kalau kamu bukanlah istri saya, Putri Cina. Kepribadiannya sangat berbeda denganmu. Apalagi waktu kamu bertanya perihal siapa saya dan apa sebenarnya tempat ini. Tidak apa, saya mengerti."

Zhenira terkejut, irisnya semakin berkaca-kaca siap kembali menumpahkan cairannya. "Huaaa Bagindaaaa, kenapa anda baik sekali?" Zhenira sesenggukan, sesekali langsung mengusap pipinya yang basah karena tangisannya.

"Hahaha, kau ini lucu sekali. Sudahlah, tidak perlu menangis. Ayo kita segera kembali ke dalam sebelum semua orang curiga karena kita pergi terlalu lama." Zhenira mengangguk kecil dan langsung berjalan beriringan dengan baginda untuk kembali ke kamar sahabatnya, Linda.

Baginda mendekat ke ranjang di mana Dewi Wandhan Kuning sudah berbaring di sana. Sebelum itu, dia memerintahkan semua dayang yang ada untuk keluar dan meninggalkan mereka karena ada hal yang ingin dia sampaikan.

"Ada apa, Baginda? Apakah ada hal yang penting?" Putri Champa aka Kesya bertanya dengan bingung. Zhenira yang sudah mengetahui apa yang ingin dibicarakan oleh sang baginda pun hanya tersenyum.

Bhre Kertabhumi memandangi satu per satu wajah dan ekspresi dari ketiga istrinya. "Putri Cina sudah mengatakan yang sebenarnya pada saya. Sebenarnya saya pun sedikit kurang percaya, tapi saya akan mencoba untuk percaya."

Linda dan Kesya mengernyitkan keningnya bingung, masih tidak mengerti dengan arah pembicaraan Sang Raja. Baginda melanjutkan ucapannya, "Selagi kalian belum kembali, baik-baiklah di sini. Jika ada perlu apapun, panggil saja para dayang kerajaan atau mungkin jika memang ada keperluan denganku, kalian bisa langsung ke istana utama untuk menemuiku di sana."

"Putri Champa, Putri Cina, dan Dewi Wandhan Kuning memang tidak pernah akur. Namun setelah melihat kalian dalam diri ketiga istriku, aku merasa memang sudah seharusnya jika mereka saling berteman dan menghargai satu sama lain."

Mata Zhenira berkaca-kaca melihat betapa bijaknya Raja dari Kerajaan Majapahit ini. Pantas saja jika rakyat begitu mencintai dan sangat menghormatinya. Dia, Linda dan Kesya beruntung sekali bisa merasakan ini secara langsung.

"Sadar atau tidak, tetapi kalian adalah contoh dari persahabatan yang kuat dan harmonis. Saya merasa terhormat bisa mengenal gadis-gadis tangguh seperti kalian," ujar Bhre Kertabhumi mengakhiri pidato singkatnya. Zhenira, Kesya dan Linda saling pandang, kemudian tersenyum lebar bersamaan. Perasaan ketiga gadis itu terhubung sekarang.

"Terima kasih Baginda, saya mewakili kedua sahabat saya di sini. Izinkan Dewi Wandhan Kuning istirahat terlebih dahulu, baru kami akan berpikir bagaimana selanjutnya yang harus kami lakukan untuk kembali ke dunia kami. Baginda tidak perlu khawatir, masalah kerajaan pasti banyak menyita waktu Anda. Untuk itu tidak perlu mencemaskan kami," ujar Kesya panjang lebar, gadis itu terlihat seperti Prameswari sekarang, sangat mendalami perannya.

Bhre Kertabhumi mengangguk dan tersenyum. "Kerajaan memang menjadi tanggung jawabku, begitupun kalian yang sudah masuk dalam kerajaanku, ikut menjadi tanggung jawabku. Baiklah, kalau begitu saya izin undur diri karena harus mengerjakan sesuatu." Baginda berdiri dan menatap satu per satu dari ketiganya sebelum benar-benar keluar dari kamar Linda.



Huaaa, Bhre Kertabhumi bijak banget T~T

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro