Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

11 ߷ Zhenira's Bad Luck



"Gue baru tau kalo lo itu sepupunya Oscars."

"Iya Ra, kok lo nggak bilang-bilang sama kita sih?"

Zhenira menatap heran pada teman-teman sekelasnya yang tiba-tiba jadi sok akrab begini. Apa cuma karena tahu kalau dia sepupunya si gitaris D'Most Saga? Cih! Cari muka banget. Dipikir gue bakal peduli?

"Sorry, kalaupun gue sepupunya Oscars, hubungannya sama kalian apa ya? Sejak kapan juga lo pada jadi kepo sama kehidupan gue?" Zhenira menatap sinis beberapa teman sekelasnya yang rata-rata perempuan itu.

Salah satu di antara mereka menatap Zhenira tidak suka. "Bisa belagu juga ya lo? Gue kira lo cuma berani kalo ada temen se-geng lo itu," ujarnya yang membuat Zhenira menggertakkan giginya kesal. Zhenira tidak ingin bertengkar atau bermusuhan dengan siapapun, apalagi teman sekelasnya sendiri. Jadi dia memutuskan untuk pergi keluar kelas, menyusul Linda dan Kesya ke perpustakaan.

🌌🌌🌌

"Apaan-apaan sih, mereka?! Mereka pikir mereka siapa?! Berani banget gertak gue kayak gitu! Dipikir gue bakal takut?! Cih sorry ya, seorang Zhenira Silvanna Evans nggak takut sama apapun!"

Dengan perasaan kesal yang menggebu-gebu, Zhenira menghentak-hentakkan kakinya sepanjang jalan yang dilewatinya. Sepertinya dia harus banyak bersabar karena hari ini banyak hal yang terjadi padanya. Mulai dari Kevin yang berantem sama Oscars, dikeluarin dari kelas karena berisik pas jam pelajaran, terus teman-temannya yang jadi tahu soal dirinya dan Oscars. Apalagi setelah ini? Semuanya saja sekalian. Belum juga 24 jam sudah banyak masalah.

Kesel banget! Tau gitu tadi gue nurut aja pas Oscars nyuruh gue pulang.

BRAK!

"Buju busettt! Ada apaan, woy?!"

Zhenira nyelonong memasuki rooftop tanpa memerdulikan Maxime yang tengah mengelus dadanya sabar karena efek dobrakan yang dilakukan Zhenira beberapa detik yang lalu. Ingatkan Maxime untuk memukul cewek bar-bar di depannya ini.

"Lo kenapa lagi sih, Zhe? Gaada abisnya perasaan tingkah absurd lo. Itu lagi, kenapa tuh muka ditekuk kek gitu? Salah makan apa gimana lo?" tanya Maxime bertubi-tubi. Ia hanya tidak habis pikir dengan gadis itu sekarang. Lihat saja dia, rambut yang sedikit berantakan, bibir monyong-monyong, dan dahi yang mengerut kesal.

"MAXIMEEEEE, GUE TUH LAGI KESEL!" teriaknya frustasi.

"Kesel kenapa? Kevin gangguin lo lagi? Bilang sama Oscars, jangan ke gue," sahut Maxime masa bodo.

Zhenira mendelik kesal. "Bukan itu!" Seketika raut wajahnya tampak serius, Maxime jadi waswas melihat ekspresi Zhenira yang langsung berubah tersebut. "Intinya, gue nggak bakalan biarin siapapun ngusik zona nyaman gue," ujarnya yang kemudian menarik sudut bibirnya membentuk sebuah seringai yang tampak sedikit menyeramkan.

Maxime meneguk ludahnya susah payah. Berarti bener kata Oscars, nih cewek bahaya banget.

"Tumben lo sendiri, dua temen lo ke mana?" Maxime memberanikan diri membuka percakapan lagi. Menanyakan keberadaan kedua sahabat Zhenira tersebut.

Kedua mata Zhenira membola. "Gue lupa! Kan tadi gue mau nyusulin mereka berdua ke perpus! Kok gue malah ke sini, sih?!" Tanpa pamit atau apapun pada Maxime, Zhenira benar-benar berlari menuruni satu per satu anak tangga untuk kembali ke tujuan awalnya.

Maxime mengusap wajahnya kasar. Kali ini dia benar-benar dibuat tidak habis pikir dengan tingkah Zhenira. "Untung temen," gumamnya pasrah.

🌌🌌🌌

"Yo, gaes!"

"Sstt! Pelankan suara kamu!"

Zhenira meringis meminta maaf saat mendapat teguran dari ibu penjaga perpus. Salahkan mulutnya yang terlalu bersemangat. Netranya menatap sekeliling mencari keberadaan kedua sahabatnya.

Nihil.

Tidak ada tanda-tanda akan keberadaan Kesya dan Linda. Zhenira mengerutkan keningnya bingung, lantas mengambil ponselnya dan menelepon nomor Linda.

Panggilan tersambung ...

"Halo, lo sama Kesya ada di mana? Gue cariin ke perpustakaan kok gaada."

"Gue sama Kesya di Ruang OSIS, Zhe Lo langsung ke sini aja."

"Ohh, Ruang OSIS ya? Oke, gue susulin ke sana sekarang."

Usai berbicara dengan Linda lewat telepon, Zhenira mematikan kembali ponselnya dan memasukkan benda pipih itu ke dalam saku roknya. Gadis itu menghela napasnya pelan. "Berasa tour sekolah gue lama-lama," gumamnya.

"Awas aja pas nyampe Ruang OSIS ternyata mereka udah ada di kelas. Gue bejek-bejek tuh dua orang."

Masih dengan perasaan lelah dan kesal yang belum reda, Zhenira kembali melanjutkan perjalanannya menempuh berbagai rintangan untuk sampai ke tempat kedua sahabatnya berada.

Ya, benar-benar penuh rintangan.

Bagaimana tidak? Saat di tengah perjalanannya menuju Ruang OSIS, dirinya harus menahan sakit dan malu karena ada yang sengaja menjegal kakinya hingga membuatnya terjatuh saat itu.

Ini kenapa gue kayak jadi bahan bullyan gini sih?!

🌌🌌🌌

"Widihh, udah dateng aja nih bocah," ujar Kesya sesaat setelah Zhenira baru saja sampai di Ruang OSIS. Keningnya mengernyit bingung kala mendapati aura gelap di sekitar tubuh Zhenira.

Kesya bergidik ngeri. "Aura lo kenapa gelap banget ya, Zhe? Cuma perasaan gue aja atau lo emang kerasukan pas otw ke sini?" tanyanya hati-hati. Baik Linda dan anggota OSIS yang berada di sana pun dapat merasakan aura gelap yang tengah mengelilingi Zhenira.

Tanpa memedulikan suara-suara di sekitarnya, Zhenira memutuskan untuk masuk dan menidurkan dirinya di satu-satunya sofa yang berada di sana. "Gue mau tidur bentar. Jangan sampai ada seorangpun yang ganggu gue atau dia bakal abis sama gue," ujarnya dingin dan penuh penekanan. Zhenira tengah berusaha menahan emosinya yang bisa meledak kapan saja. Solusi terbaik untuk saat ini adalah tidur.

Semua orang yang ada di Ruang OSIS seketika mengangguk kaku, bahkan untuk bernapas saja rasanya susah dan terasa tercekat. Zhenira benar-benar seram! Lebih baik cari aman. Daripada diterkam. Setidaknya itulah yang ada di pikiran mereka saat ini.

Setelahnya, para anak OSIS beserta Linda dan Kesya benar-benar membiarkan Zhenira tidur di sana. Sementara mereka sendiri kembali melanjutkan berbincang-bincang, tentunya dengan suara yang dipelankan. Karena jika tidak, mereka bisa saja membangunkan singa betina yang lagi tidur.

🌌🌌🌌

Tet tet tet ...

Bel tanda pulang, telah berbunyi.

Untuk semua siswa, diharapkan untuk segera pulang ke rumahnya masing-masing.

Tet tet tet ...

"Akhirnya pulang jugaaa. Udah nggak sabar nih gue ke rumah lo, Zhe!" seru Kesya semangat. Gadis itu bahkan sudah menggendong tas punggungnya, bahkan ketika yang lain masih sibuk membereskan buku-buku mereka.

Zhenira mendengkus kesal. "Sabar dong, emangnya lo udah izin sama nyokap lo kalo mau nginap di rumah gue?" tanya Zhenira setelahnya.

Kesya mengangguk dan mengacungkan kedua jempolnya. "Udah dong! Belum lama ini gue izin dan langsung dibalas. Boleh kok katanya."

"Gue juga udah izin sama Mami-Papi kok, dibolehin nginap." Linda menyahuti.

Kesya makin melebarkan senyumannya. "Yosh! Ayok let's go!"

"Ayok sama Let's itu artinya sama loh Key," celetuk Zhenira tiba-tiba.

Kesya memutar bola matanya malas. "Bodo amat, SSK dong. Suka-Suka Kesya," ujarnya sembari mengibaskan rambutnya sombong.

"Meresahkan," gerutu Zhenira pelan.

Linda tertawa kecil melihat perdebatan kedua sahabatnya yang seolah tiada habisnya itu. Di mana-mana debattt mulu. Hal kecil kayak gini aja diributin. Heran banget kadang dia tuh.

"Kuy lah, capcus parkiran. Btw gue nebeng mobil lo ya, Lin?"

Linda mengangguk mengiyakan pertanyaan Kesya. Dari kedua temannya, memang hanya dirinya yang lebih suka membawa mobil ke sekolah. Alasannya karena lebih nyaman saja dan terhindar dari polusi udara di jalan raya. Kalau Kesya biasanya di antar sopir, makanya dia tidak membawa kendaraan. Zhenira? Hmm, selalunya pakai motor dia mah.

Hanya membutuhkan waktu 5 menit, ketiga remaja beranjak dewasa tersebut sudah sampai di area parkiran siswa SMA Negeri Majalengka ini. Kesya mengikuti Linda menuju parkiran khusus mobil. Sementara Zhenira sendiri ke area parkir khusus kendaraan bermotor.

Ceklek!

Linda membuka pintu kemudi dan langsung masuk diikuti Kesya di sebelahnya. Gadis itu membuka dashboard, memeriksanya takut ada yang kurang atau hilang. Setelah memastikan tidak ada yang kurang satupun, Linda langsung memasang seat beltnya. Netranya melirik pada Kesya yang malah asik ngaca di spion.

"Key! Seat belt lo! Malah ngaca lagi," tegurnya yang membuat Kesya auto kaget dan menampilkan cengiran andalannya. Segera saja Kesya melakukan perintah Linda untuk memasang seat beltnya.

Setelah itu, Linda langsung menyalakan mesin mobilnya, memasukkan gigi dan menarik persneling. Kemudian langsung tancap gas keluar area parkir menuju gerbang. Di mana sudah terlihat Zhenira yang menunggu mereka berdua di atas motornya.

"Gue yang pimpin jalan, ya!" teriaknya yang masih cukup bisa didengar oleh kedua sahabatnya di dalam mobil. Linda membuka jendelanya dan mengeluarkan jempolnya tanda setuju.

Ketiga remaja itupun langsung berangkat bersama-sama menuju rumah Keluarga Evans.

Di tengah perjalanan, sesekali Linda dan Kesya akan berbincang-bincang. Biasa, masalah anak gadis. Tidak jauh-jauh dari make up dan fashion. Ya, seputar itu. Sementara Zhenira lebih memilih fokus dengan jalanan tanpa toleh kanan toleh kiri, meskipun seringkali dia jadi salah fokus kalau melihat penjual makanan di tepi jalan raya. Perutnya memang sudah lapar, cacing-cacing di perutnya bahkan sepertinya sudah pada demo minta makan.



Yah, begitulah suasana siang hari di jalan raya.

Kamu suka dengan ceritaku?
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya, ya!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro