Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

07 ߷ Deep Talk with Zero



"OSCARS KAMPRET! KOK GUE DITINGGALIN, SIH?!"

Keenam remaja laki-laki itu terlonjak kaget mendengar suara menggelegar yang datang dari arah pintu cafe, tempat mereka nongkrong malam ini. Bahkan semua pengunjung cafe dibuat berhenti dari kegiatan mereka kala mendengar suara teriakan yang ternyata pelakunya adalah, Zhenira Silvanna Evans.

"Lo tuh, ya! Kalo nggak niat ngajakin tuh, nggak usah ngajak! Gue tinggal ke toilet aja udah ngilang lo, kutil anoa! Tau gitu, gue tadi nggak usah ikut aja! Mending di rumah, tidur sambil nungguin Bunda pulang. Lo tau nggak sih, gue tadi di luar kek anak ilang?! Bisa-bisanya lo ninggalin gue kek gitu! Sebel bangettt, pen gue bejek-bejek tau nggak lo?!"

Zhenira yang baru saja tiba di meja tempat di mana sepupunya berada langsung saja mendudukkan dirinya di sana. Netra coklatnya melirik tajam pada Oscars seraya mengomel panjang lebar tiada henti. Bahkan gadis itu tidak sadar kalau ternyata di sana ada tambahan duo personil yang lain dari biasanya. Kevin dan Zero. Kalau anak D'Most Saga sih, sudah biasa ya sama Zhenira.

Tapi ini ...

"Hmph, hmph!"

Zhenira mencoba melepaskan tangan Trax yang berani menutup mulut cantiknya. "Ssttt! Diem dulu! Baru gue lepasin." Zhenira memutar kedua bola matanya malas. Kemudian mengangguk kecil tanda setuju. Trax menarik sudut bibirnya dan membebaskan mulut Zhenira dari tangannya.

"Tirexxx! Tangan lo bau nggak enak, anjir. Ah elah, ternoda jadinya kan bibir cantik gue!" Zhenira menghentakkan kakinya kesal, bibirnya monyong-monyong minta digaplok.

"Berisik lu, Zhe!" sahut Shadow yang sedari tadi telinganya sudah panas mendengar celotehan unfaedah Zhenira. Namun bukannya merasa bersalah, gadis itu malah memeletkan lidahnya pada Shadow.

Itu semua tidak luput dari penglihatan Zero, apalagi Kevin. Keduanya sudah cukup terkejut dengan kehadiran Zhenira di sini, ditambah kepribadian gadis itu yang di luar dugaan mereka.

"Ekhem!"

Deheman Kevin berhasil mengalihkan perhatian semua teman-temannya yang ada di sana, termasuk Zhenira. Netranya membulat sempurna saat melihat Zero ada di sana, bahkan Zero tengah menatapnya dengan lekat di balik kacamata bening yang cowok itu pakai.

"K-KOK?!"

Jari lentik Zhenira menunjuk Kevin dan Zero bergantian. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan panik. "Kok gaada yang ngasih tau gue kalo ada mereka berdua?! Kan malu!" Zhenira berteriak heboh, gadis itu sudah seperti cacing kepanasan sekarang. Malu banget dia tuh, apalagi ada Zero di situ. Mau diletakkan di mana mukanya?!

Oscars mengusap wajahnya kasar. "Makanya kalo punya mulut itu direm. Jangan nyerocos mulu kek mercon," ujarnya.

Kevin terkekeh geli di tempatnya. "Jujur gue kaget banget sih. Zhenira siapanya lo pada?" tanya Kevin penasaran.

"Zhenira itu sepupu gue," jawab Oscars.

"Yang tau cuma beberapa orang aja termasuk kita. Itu permintaan Zhenira sendiri," sahut Maxime ikut menimpali. Trax dan Shadow mengangguk untuk ikut meyakinkan penjelasan kedua temannya.

"Ohh, jadi gitu." Kevin melirik ke arah Zhenira. Gadis itu curi-curi pandang padanya. Ralat, lebih tepatnya ke tempat di sebelahnya. Kevin ikut melirik ke sebelahnya, ke arah Zero yang sok sibuk dengan ponselnya. Sudut bibir Kevin seketika tertarik ke atas.

"Selamat malam pengunjung sekalian."

Keenam remaja yang menjadi tokoh utama di cerita ini langsung memfokuskan diri menatap pada seorang pemuda yang berdiri di atas auditorium cafe. Mereka cukup terkejut karena itu adalah Oscars.

Sejak kapan coba dia ada di situ? Pikir keenam remaja tersebut.

Zhenira yang paling tampak antusias. Gadis itu paham sekali dengan apa yang akan dilakukan sepupunya tersebut.

"Untuk mengisi kekosongan pada malam hari ini, saya ingin menyumbangkan sebuah lagu."

Suara tepuk tangan dari para pengunjung cafe tampak mendominasi. Oscars tersenyum tipis, cowok itu langsung mengambil gitar yang tersedia di sana dan langsung memakainya.

"Lagu yang akan saya bawakan ini, special untuk sepupu saya yang paling cantik. Di sebelah sana." Oscars mengatakan itu sembari mengerling nakal pada Zhenira yang dibalas dengan kiss away oleh gadis itu. Anak D'Most Saga auto pada pura-pura muntah melihat ke-alay-an kedua saudara sepupu itu.

"Alay dasar."

Zhenira mendelik tajam pada Shadow yang barusan mengumpat. Netranya kembali fokus pada sang sepupu, Oscars.

Jreng! Jreng!

I remember what you wore on the first day
You came into my life and I thought hey
You know, this could be something

Suara Oscars mengalun dengan lembut. Pemuda itu bahkan sampai menutup matanya untuk menghayati lagu yang tengah dibawakannya. Zhenira tahu lagu ini. Lagu yang sering mereka berdua nyanyikan bersama saat masih kecil.

'Cause everything you do and words you say
You know that it all takes my breath away
And now I'm left with nothing

Zhenira memundurkan kursinya dan berdiri. Gadis itu berjalan ke arah panggung tanpa disadari Oscars, ia pun akan ikut menyanyikan lagu ini.

So maybe it's true that I can't live without you
And maybe two is better than one

Oscars membuka matanya, netranya menatap Zhenira terkejut, sementara sang empunya cuma menampilkan senyuman manisnya yang dibalas dengan cengiran lebar oleh Oscars.

Keduanya begitu menghayati lagu tersebut hingga tidak sadar kalau mereka sekarang benar-benar menjadi sorotan. Chemistry mereka terasa nyata. Apalagi saat Zhenira menautkan jari-jari tangan kanannya pada tangan kiri Oscars. Siapa yang menyangka kalau sebenarnya mereka berdua adalah saudara sepupu.

Zero diam-diam berdecak kagum akan sosok Zhenira yang tengah bernyanyi di atas sana. Begitu banyak kejutan yang berhubungan dengan gadis itu pada malam hari ini. Bukan hanya Zero, Kevin pun dibuat demikian.

But there's so much time to figure out the rest of my life
And you've already got me coming undone
And I'm thinking two is better than one

Prok!

Prok!

Prok!

Suara tepuk tangan mengapresiasi penampilan luar biasa keduanya dengan meriah. Oscars dan Zhenira membungkukkan badannya, kemudian mengucapkan terima kasih sebelum turun bersamaan dari auditorium dengan kedua tangan yang masih bertautan.

"Keren banget, gila! Lo berdua emang the best, dah!" Trax bertepuk tangan heboh saat kedua sepupu itu baru saja kembali ke meja mereka.

Zhenira tersenyum kecil. "Kayak baru pertama kali aja lo liat gue nyanyi," ujarnya.

"Ya kaga, sih. Cuma ini pertama kalinya lo nyanyi lagu itu, 'kan?" tanya Trax kemudian.

Zhenira menggeleng sebagai jawaban.

"Terus?" Maxime yang penasaran ikut menimpali.

Oscars berdecak kesal. "Itu lagu masa kecil gue sama Zhenira," ujar Oscars menjelaskan. "Udah ah, jangan nanya-nanya lagi. Males gue jawab," lanjutnya.

"Yeu, si bego."

"Hahaha, sialan."

Mereka tertawa melihat Maxime yang langsung menekuk wajahnya. Ralat, menertawakan Maxime secara bersama-sama maksudnya.

Zhenira kembali mencoba melirik Zero dari sudut matanya. Sebenarnya dia ingin bertanya banyak hal pada pemuda itu, tapi di sisi lain dia juga gengsi. Hmm, tapi kalau dibiarkan begini ... Jadi makin penasaran, dong?

Ahh, bodo amat lah.

"Zero, bisa ikut gue bentar? Gue mau ngomong sesuatu sama lo."

Zero yang awalnya memang tengah berbalas pesan dengan salah satu teman di sosial medianya langsung mengalihkan pandangannya pada Zhenira. Tatapan keduanya bertemu.

Karena tak kunjung mendapat jawaban, Zhenira bertanya sekali lagi. "Gimana? Bisa ngomong sebentar?"

"Hn." Zero menjawab dengan gumaman tidak jelas, tapi pemuda itu bahkan sudah berdiri dan mengikuti Zhenira yang sudah berdiri duluan. Mereka berjalan ke arah luar cafe.

"Mau ngomongin apaan ya mereka?" tanya Oscars.

"Mana gue tau," jawab Kevin tak acuh.

🌌🌌🌌

"Lo mau ngomong apa?"

Zhenira mengulum bibirnya, ditatap Zero seperti itu membuatnya gugup setengah mati.

Duh, mau ngomong apa ya gue? Pake lupa lagi, nih.

"Zhenira?" Zero melambaikan tangannya di depan wajah gadis itu. Zhenira mengerjapkan kelopak matanya, pipinya seketika memerah.

"Aaa itu! Lo-"

"Gue kenapa?"

"Lo, lo apa kabar?"

Zhenira reflek menutup mulutnya, memukul-mukul kepalanya dengan gemas. Innernya berteriak frustasi.

Kok gue nanya gitu, sih?! Malu-maluin banget lo, Zhe!

Zero menatap lekat pada gadis di depannya yang tengah sibuk menutupi rasa malunya kini. Tangannya mengepal erat di samping tubuhnya. Dia paham, dia paham banget sama apa yang dirasakan Zhenira sekarang. Karena dia pun merasa demikian. Rasa tidak percaya, bingung, takut dan senang menjadi satu.

"Ma-maksud gue, lo-"

Zero masih menunggu dengan sabar apa yang akan dikatakan oleh gadis di depannya ini. Otak pintarnya mencoba menganalisis situasi yang terjadi pada dirinya sekarang.

"Bilang aja apa yang mau lo bicarain."

Bibir Zhenira kelu, banyak sebenarnya yang ingin dia katakan pada pemuda di depannya ini. Soal kenapa dia bisa tidak tahu selama ini kalau mereka satu sekolah, satu angkatan bahkan meskipun berbeda kelas. Dia ingin bertanya apakah mereka teman? Bukan hanya di dunia mimpi, tapi di dunia nyata juga. Dia ingin bertanya kenapa hal istimewa ini terjadi padanya. Kenapa dia bisa mengendalikan mimpi, kenapa dia tidak seperti yang lainnya? Banyak hal yang ingin dia tanyakan, tapi dia bingung ingin memulai dari mana.

"Hei, kok ngelamun?"

Zhenira terlonjak kaget karena tepukan Zero pada pipinya. "Eh! Sorry. Gue cuma ... bingung. Gue cuma bingung sama semua ini. Paham nggak, sih? Rasanya tuh kayak, 'kenapa harus gue?' Paham nggak sih maksud gue?"

"Hahahaha!"

"Kok malah ketawa?!" Zhenira mendelik kesal pada Zero yang malah tertawa terpingkal-pingkal di depannya saat ini. Apa yang lucu pikirnya.

"Haha, maaf-maaf." Zero menghentikan tawanya saat melihat raut wajah Zhenira yang sudah ditekuk. Pemuda itu melirik jam tangan yang dipakainya, kemudian memasukkan kedua tangannya pada saku celananya.

"Gini, gue pun sama kayak lo. Gue juga sama terkejutnya, siapa yang bakal nyangka kalo sebelumnya kita berdua emang cuma sebatas kenal di dalam mimpi doang?"

Zero memerhatikan setiap ekspresi yang dikeluarkan Zhenira saat dirinya berbicara. Mata bulatnya yang bersinar sempat membuat Zero terpesona.

"Untuk pertanyaan lo yang terakhir, ini semua udah takdir Zhenira. Tuhan ngasih sesuatu yang nggak dimiliki orang lain buat lo. Itu tandanya lo adalah orang yang dia pilih. Sampai di sini paham? Jadi lo nggak perlu merasa insecure, nggak adil atau apapun itu."

Zhenira masih berdiri diam, pikirannya sungguh berkecamuk sekarang. Yang dibilang Zero tidak salah, dia benar. Bukankah ini semua anugrah yang diberikan untuknya? Yang membuatnya bisa mengenal sosok laki-laki di depannya lewat dunia yang tidak pernah dia pikirkan sebelumnya.

Setelah cukup lama bergelut dengan pikirannya, Zhenira memberanikan diri menatap Zero. Senyumannya mengembang, "Lo bener! Lo bener tentang semuanya Zero!" Menghela napasnya sebentar, Zhenira memegang kedua bahu Zero yang sedikit lebih tinggi darinya itu. "Gue bersyukur untuk itu!" ujarnya senang.

Zero tanpa sadar ikut menarik sudut bibirnya, membentuk sebuah senyuman tipis yang membuat pipi Zhenira kembali memerah. "Lihat, 'kan? Nggak perlu ada yang lo khawatirin. Mending sekarang kita kembali ke dalam, nggak baik juga lama-lama di luar dengan cuaca dingin kek gini."

Zhenira mengangguk. Gadis itu melangkahkan kakinya lebih dulu untuk kembali ke dalam cafe. Diikuti Zero yang berjalan di belakangnya.



Hai! Gimana sama part ini?
Semoga suka ya❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro