Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05 ߷ Confession of Confusion



"ZERO?!"

"Lo kenal sama dia, Zhe?" Pertanyaan itu keluar begitu saja dari mulut Kesya. Ia menatap kedua orang itu dengan raut wajah penasarannya. Begitupun juga Kevin. Seingatnya, ia tidak pernah mengenalkan Zhenira secara langsung pada Zero. Bahkan waktu ia bertanya pada sahabatnya, apakah kenal dengan Zhenira, jawabannya juga 'tidak' kan? Jadi sebenarnya ini ada apa?

Zero masih terdiam di tempatnya tanpa mengatakan apapun. Ia masih bingung dengan situasi yang ia hadapi saat ini. Netranya kembali menoleh pada Zhenira yang masih menatapnya dengan lekat, seolah-olah dirinya akan hilang saat lepas dari pandangan gadis itu.

"Heh! Malah bengong nih bocah, jawab dong!" Kesya mendesah tak sabar. Ia greget sendiri daritadi. Bukannya menjawab pertanyaannya, Zhenira malah bengong dengan fokus matanya yang mengarah pada pemuda di belakang Kevin itu.

"Gapapa, keknya ini cuma halusinasi gue aja. Iya bener, keknya gue cuma halusinasi." Zhenira memejamkan matanya, mengatakan kalimat itu berulang-ulang sambil memukul-mukul kepalanya.

"Jangan sakiti diri lo sendiri." Zero mencekal tangan Zhenira agar gadis itu berhenti memukuli kepalanya seperti tadi. Zhenira terkejut, gadis itu melepas paksa tangan Zero hingga membuat tubuhnya oleng dan terjatuh dari kursinya.

BRAK!

"Astaga! Jadi lo beneran nyata?!"

"Ya, menurut lo?"

"DEMI APA?!"

Pletak!

Kesya yang sedari tadi berusaha menahan diri untuk tidak menjitak kepala Zhenira akhirnya dilakukannya sekarang. "Bisa diem dulu, nggak?! Jelasin ke gue, sebenarnya ini ada apa?!" sentaknya yang membuat Zhenira seketika terdiam. Gadis itu menunduk untuk menyembunyikan ekspresi wajahnya.

"Dia cowok yang ada di mimpi gue." Zhenira menjawab dengan suara yang sangat pelan. Bahkan suaranya hampir tidak terdengar. Namun Kesya dapat menangkap dengan jelas apa yang sahabatnya itu katakan. Netranya langsung menatap ke arah tempat Zero berdiri.

"Oke, sepertinya ini agak mustahil kalau beneran begitu adanya. Gue gatau nih, harus percaya atau enggak," komentar Kesya setelah beberapa lama.

Sementara Kevin sendiri juga bingung harus bereaksi seperti apa, karena sebelumnya Zero tidak pernah cerita apapun soal mimpinya. Tentang pertemuannya dengan Zhenira di mimpi cowok itu, Zero juga tidak pernah mengatakannya. "Lo beneran ketemu Zhenira di mimpi lo?" tanya Kevin pada Zero yang langsung dibalas dengan anggukan kecil oleh sang empunya. Kevin memijit pelipisnya yang seketika terasa pusing.

"Gini aja deh, mending lo berdua pergi aja dulu. Terserah mau ke mana asal jangan di sini, karena sahabat gue keknya dalam keadaan syok berat. Kalo mau bahas perihal ini mending ditunda dulu aja sampai keduanya siap. Paham 'kan, maksud gue?"

Kevin mengangguk menyetujui perkataan Kesya, pemuda itu langsung menarik kerah baju Zero dan membawa sahabatnya itu menjauh dari meja Kesya dan Zhenira.

Bersamaan dengan itu, Linda yang baru saja sampai sembari membawa nampan berisi pesanan mereka pun dibuat bingung. Ia bingung melihat Zhenira yang tampak bengong dan Kesya yang kelihatan tengah berpikir keras.

"Kalian kenapa?"

Ini dia sebenarnya ketinggalan apa?

🌌🌌🌌

"Mau sampe kapan kalian diem-dieman kek gini? Gue dari tadi butuh penjelasan loh ini." Linda masih saja mengomel, menunggu kedua sahabatnya itu membuka mulut. Pasalnya, sedari tadi Kesya dan Zhenira hanya diam saja.

Brak!

Zhenira dan Kesya terlonjak kaget karena gebrakan meja yang dilakukan oleh Linda. "Kenapa sih, Lin?" Kesya membeo, sedikit berdecak. Dia masih kaget.

"Harusnya gue yang nanya itu ke kalian! Lo berdua kenapa, hah?! Ditanya dari tadi juga. Baru ditinggal pesen makanan aja udah kayak gini! Kenapa sih kalo ada apa-apa tuh kaga ngajakin gue?! Selalu aja yang ketinggalan berita itu gue!"

Zhenira meringis pelan mendengar omelan Linda. Apalagi Kesya, gadis itu malah sibuk mengelus-elus bahu Linda untuk menenangkannya. Linda itu anaknya kalem banget, tapi sekalinya marah ya gitu. Ngomel teruuss, nyerocos teruuss.

"Bukan gitu, Lin. Kita bingung aja mau cerita dari mana," ujar Kesya yang diangguki dengan cepat oleh Zhenira.

Linda memasang senyum sinisnya, lantas kemudian mendudukkan dirinya pada kursi kantin dan mulai memakan makanannya. "Dari mana aja yang penting cerita. Kesel banget tau gue, di sini kesannya kayak gue cuma tokoh figuran. Padahal 'kan, gue juga sahabat kalian. Ohh, atau cuma gue yang anggap kalian sahabat?"

"Kok lo ngomongnya gitu sih, Lin?!" Zhenira mendelik kesal, ia tidak habis pikir dengan Linda. Bisa-bisanya dia punya pemikiran seperti itu tentang persahabatan mereka.

"Ya gimana gue nggak mikir kayak gitu, coba? Gue cuma ngerasa, tiap gue lagi nggak sama kalian atau gue lagi sama Marcell, pasti ada aja kejadian yang terjadi sama kalian berdua. Gue kesannya kek yang paling gatau apa-apa. Apalagi kalian jarang langsung cerita ke gue kalo ada apa-apa. Selalu nunggu ditanya dulu baru ngejawab. Kalian berdua sebenarnya anggap gue apa, sih?!" Masih dengan rasa kesal yang menggebu-gebu, Linda mengomel panjang lebar dan mengeluarkan semua unek-unek yang ada di kepalanya.

Kesya dan Zhenira jadi merasa bersalah sekarang. Mereka baru tahu kalau Linda berpikiran sampai seperti itu selama ini. Kalau dipikir-pikir, memang benar adanya apa yang Linda katakan. Setiap kali ada kejadian atau problem, baik Kesya maupun Zhenira jarang bercerita pada Linda. Bukan sengaja, mereka hanya tidak ingin membebani satu sama lain. Apalagi jika Linda tengah bersama Marcell, mereka hanya tidak ingin menganggu momen kedua sejoli itu. Karena keduanya tahu, Marcell pun jarang sekali bertemu Linda karena kesibukannya sebagai Ketua OSIS.

"Maaf ..." Kesya berujar lirih, kepalanya menunduk dalam. Tidak berani menatap ke arah Linda yang menatapnya dan Zhenira dengan sorot mata kecewa.

"Kita cuma gamau nambah beban pikiran lo, Lin. Maaf kalo lo sampe ngerasa kayak gini. Sungguh, gaada maksud Kesya ataupun gue bikin lo ngerasa terasing dari persahabatan kita kek gini." Zhenira berusaha menjelaskan pada Linda dengan mata yang sudah berkaca-kaca, siap menumpahkan air matanya.

Suasana di meja ketiganya tampak sangat mendung, mengabaikan tatapan siswa-siswi yang berlalu lalang melihat drama persahabatan yang tanpa sengaja mereka buat.

Linda menatap kedua sahabatnya dengan lembut, perasaan haru membludak pada lubuk hatinya. "Gue maafin, tapi lain kali jangan gitu. Gue nggak pernah merasa terbebani kok dengerin keluh kesah kalian."

"Aaaaa maafin kita ya, Lin!" Zhenira berdiri dan segera memeluk Linda dengan erat. Begitupun Kesya yang tak mau ketinggalan. Ketiganya berpelukan dengan erat, bahkan Zhenira yang memang dasarnya lebay sudah menitikkan air matanya.

"Gue janji bakal ceritain apa yang sebenarnya terjadi abis ini. Sekarang mending kita makan dulu, keburu dingin nanti makanannya udah nggak enak lagi."

Linda dan Kesya mengangguk menyetujui perkataan Zhenira. Ketiganya langsung kembali ke tempat duduk masing-masing dan fokus memakan makanannya. Sesekali akan terjadi perdebatan kecil antara Kesya dan Zhenira yang memperebutkan makanan. Disusul dengan Linda yang akan melerai mereka berdua.

Sungguh persahabatan yang harmonis, bukan?

🌌🌌🌌

Zero yang tengah memakan bekalnya seketika merasa sangat risih saat Kevin terus menatapnya dengan tatapan penuh selidik dari cowok itu. Zero balik menatap Kevin dengan malas. "Lo ngapain sih, Vin?" tanyanya kemudian. Ia sangat risih dengan tatapan Kevin saat ini.

"Ntar aja, lanjutin dulu aja makan lo," jawab pemuda dengan headband di kepalanya itu singkat.

"Hmm." Zero berdehem, berusaha bersabar dan kembali fokus pada bekal yang ada di depannya. Bekal yang berisi nasi goreng dan telur gulung itu khusus dibuatkan oleh sang grandma tercinta. Tidak akan ia biarkan ada nasi yang tersisa sedikitpun. Sangat-sangat jarang sang grandma mau memasak untuknya. Suasana hati nenek tua itu tengah berbunga-bunga sejak tadi pagi. Sepertinya baru dapat arisan antar nenek-nenek sosialita.

Kevin yang masih merasa penasaran terus saja mengawasi gerak-gerik Zero. "Bisa lo ceritain apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Kevin dengan hati-hati.

Zero menegakkan posisi badannya, menutup kotak bekalnya dan meneguk air minumnya dengan cepat. Kemudian sepenuhnya memfokuskan pandangan pada sang sahabat, Kevin. "Intinya, dia itu cewek yang dua tahun terakhir terus muncul di mimpi gue."

Kevin menyipitkan matanya, bingung. "Dua tahun? Berarti udah lama, dong? Kok lo bisa-bisanya gatau kalo Zhenira sekolah di sini juga?"

"Jangan tanya gue, lo sendiri 'kan, yang bilang Zhenira itu anaknya emang nggak terlalu mencolok." Zero berujar sembari mengetuk-ngetukkan jarinya pada meja. Ia juga terkejut, ternyata selama ini ... mereka ada di sekolah yang sama. Bahkan satu angkatan.

"Ya, emang. Kalo aja dia nggak jadi MC di acara demo ekskul kemaren, gue juga nggak bakal tiba-tiba jadi tertarik gitu aja sama tuh cewek," ujar Kevin sembari menaik turunkan alisnya.

Menyebalkan, itu yang ada dipikiran Zero sekarang.

"Cih! Jadi lo naksir karena dia udah berani unjuk diri gitu? Rendah banget selera lo." Zero tersenyum sinis dan hal itu mengundang tawa Kevin yang terdengar cukup memuakkan di telinga Zero.

"Ayolah Bro, santai dikit. Btw ntar pulang sekolah gue ada urusan sama Trax dan kawan-kawan. Mau ikut kaga lo?" tanya Kevin kemudian.

Zero menggeleng, langsung memberikan penolakan tegas. "Males, gaada yang bermanfaat kegiatan lo pada. Buang-buang waktu."

"Ck, serah lo dah." Kevin hanya bisa pasrah. Zero tidak akan semudah itu mengiyakan ajakannya. Apalagi setiap dia berkumpul dengan anggota D'Most Saga, kegiatan yang dilakukan rata-rata tidak jauh dari yang namanya game, nongkrong dan berfoya-foya ala cowok.

Sementara Zero sendiri tidak memedulikan Kevin yang mulai mendumel sembari menyumpah serapahi dirinya tersebut. Pikirannya sudah penuh dengan sosok gadis itu.

Zhenira.

Dunia memang penuh kejutan, ya.

Sudut bibir Zero terangkat membentuk seulas senyuman yang pastinya tidak disadari oleh siapapun termasuk sahabatnya. Entah kenapa langit tiba-tiba terasa cerah di matanya sekarang.



Cieee, Zero lagi ter Zhenira-Zhenira nih :>

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro