Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

04 ߷ Unexpected Meeting



"Anda dari mana saja, Bapak Kevin? Lupa kalau punya janji dengan saya untuk datang lebih awal?" Zero mengatakannya dengan nada yang sangat rendah, berusaha menahan amarahnya yang siap meledak.

"Hehe ... ya maaf, Bro. Gue lupa anjir, suer dah." Kevin dengan santainya menjawab disertai cengiran bodohnya. Tidak tahukah dia kalau Zero benar-benar ingin menghajarnya sekarang?

"Hn, mana laporan beritanya? Jangan bilang kalo lo lupa bawa atau sebagainya, ya. Itu laporan udah diminta sama kepala sekolah hari ini."

Kevin buru-buru membuka tas sekolahnya yang  sedari tadi disampirkan pada bahunya, lantas mengeluarkan laporan berita demo ekskul kemarin. "Gue kaga lupa kok, semalem langsung gue masukin tas biar kaga ketinggalan," ujar Kevin yang kemudian langsung menyerahkannya pada Zero.

"Oke, gue terima ya. Kalo gitu, gue ke ruang kepala sekolah dulu buat ngasih ini. Lo duluan aja ke kelasnya, ntar gue nyusul." Kevin mengacungkan kedua jempolnya sebagai respon. Tanpa ingin berlama-lama lagi, kedua sahabat itupun langsung berjalan ke arah yang berlawanan.

Jam masih menunjukkan pukul 06.20, tersisa 25 menit lagi sebelum bel masuk jam pertama dimulai. Zero yang saat ini tengah berjalan santai menuju ruang kepala sekolah jadi kepikiran soal mimpinya semalam. Sebenarnya ia sendiri pun tidak tahu siapa nama gadis dalam mimpinya itu. Selama ini mereka berdua memang memanggil satu sama lain dengan panggilan khusus. Seharusnya semalam adalah kesempatannya untuk mengetahui nama gadis yang sudah ia anggap penting dalam bagian kehidupannya tersebut.

Ahh, sayang banget emang.

Zero tersenyum kecut. Tanpa disadari, langkah kakinya sudah tiba di depan ruangan kepala sekolah. Ia pun mulai mengetuk pintu berwarna cokelat tersebut.

Tok! Tok! Tok!

"Masuk!"

Kriett ...

"Permisi ..." Zero membuka pintu dengan perlahan, kepalanya mengintip ke dalam ruangan. Di sana sudah terlihat Pak Broto yang menunggunya, kepala sekolah di SMA Negeri Majalengka. Tidak ada yang berubah dari beliau, rambutnya yang sudah beruban pun tidak mengurangi kadar kewibawaannya.

Pak Broto tersenyum melihat Zero yang baru saja mendudukkan dirinya dan spontan bertanya. "Sudah selesai laporan berita dari kegiatan kemarin?"

"Sudah Pak, saya bagi tugas dengan anak Jurnalistik yang lain. Itulah kenapa hari ini bisa langsung dilaporkan ke Bapak." Zero berujar dengan sopan. Pemuda itu menyerahkan map berisi laporan tersebut kepada Pak Broto yang langsung diterima oleh sang empunya.

"Hmm, seperti biasa Farzero. Kamu selalu bekerja dengan baik." Pak Broto tersenyum puas usai melihat laporan berita anak Jurnalistik tersebut. Zero yang mendengar itu spontan saja menghela napasnya dengan lega.

Ternyata nggak sia-sia gue didik mereka dengan keras.

"Oh ya, gimana sama tulisan kamu? Sudah ada penerbit yang menghubungi kamu?" tanya Pak Broto sembari mengambil stempel sekolah dan membubuhkan tanda tangannya pada laporan berita kegiatan demo ekskul tersebut.

Zero menggeleng pelan, tatapan matanya langsung menyendu. "Belum Pak, sepertinya tulisan saya belum layak terbit."

Pak Broto hanya tersenyum tipis. Ia menatap salah satu murid kebanggaannya tersebut dengan lembut. "Jangan merendah begitu kamu, semua anak di sekolah ini juga tahu kalau tulisan kamu itu bagus. Mungkin tidak lama lagi salah satu dari penerbit itu akan menghubungi kamu."

Zero yang mendapat kalimat penyemangat dari kepala sekolahnya itu otomatis langsung melebarkan senyumannya. "Terima kasih untuk dukungannya, Pak!"

"Hahaha, jangan terlalu formal begitu. Santai saja, intinya jangan gampang nyerah. Ohh ya, ini laporannya sudah saya acc. Kamu bisa kembali ke kelas." Zero mengangguk, ia membungkukkan badannya kemudian memberi salam sebelum keluar dari ruangan Pak Broto dan kembali ke kelasnya.

🌌🌌🌌

"Zhenira mana, sih? Lama banget ke perpus, padahal cuma minjem buku doang." Kesya menggerutu sepanjang langkahnya yang terlihat bolak-balik di depan kelas XII MIPA-1. Dua puluh menit yang lalu, Zhenira memang izin padanya ke perpustakaan untuk meminjam buku. Bel masuk tinggal lima menit lagi, tapi gadis itu belum kelihatan batang hidungnya sampai sekarang.

"Gimana, Key? Udah dateng anaknya?" Pertanyaan Linda mengalihkan atensi Kesya yang masih menunggu Zhenira di luar kelas mereka.

Kesya menggeleng sebagai jawaban. "Belum, gatau dah tuh anak destinasi ke mana dulu. Kebiasaan banget, udah mau bel juga masih sempet-sempetnya keluyuran."

Linda terkekeh geli, Kesya ini memang hobinya marah-marah. Padahal Zhenira juga bukan anak kecil lagi yang harus dikhawatirkan sampai segitunya. "Sabar aja. Bentar lagi juga muncul anaknya."

"YOO, GAES!"

Benar saja kata Linda, Zhenira muncul dari koridor kanan dengan cengiran lebarnya. Hal itu sontak saja membuat Kesya langsung mendaratkan jitakannya pada kening Zhenira.

"Lo dari mana aja, hah?!"

Zhenira mengerucutkan bibirnya, cemberut. "Lo kok KDRT gitu sih sama gue, Key?!" serunya tidak terima. Baru datang, eh bukannya disambut, malah dijitak. Bestie laknat, emang!

Kesya melotot garang pada Zhenira yang membuat gadis itu langsung bersembunyi di balik badan Linda yang sedari tadi cuma menonton perdebatan kedua sahabatnya. "Tolongin gue dari si Mak Lampir itu Lin," ujar Zhenira memelas. Kesya berdecih dan langsung melenggang masuk ke dalam kelas. Linda dan Zhenira yang paham situasi pun langsung mengikuti Kesya bak anak ayam pada induknya.

"Jangan marah-marah loh Key, nanti cepet tua." Kesya yang baru saja mendudukkan dirinya pada kursi langsung mendelik tajam ke arah Zhenira yang barusan bersuara.

Zhenira tertawa senang karena berhasil menjahili sahabatnya yang pemarah itu. Gadis itupun segera duduk di kursinya juga. Karena bagaimanapun, pelajaran jam pertama akan segera dimulai.

🌌🌌🌌

Kring, kring, kring ...

"Akhirnyaaa ... istirahat juga, huhu. Laper banget gue, sabar ya Non cacing, Tuan cacing. Kalian akan segera mendapatkan makanan kok." Zhenira berkata sambil menepuk-nepuk perutnya. Gadis itu langsung menggaet lengan Kesya dan Linda, mengajak mereka ke kantin.

"Buset! Sabar dulu napa, Zhe. Ini gue masih belum kelar nyatetnya." Kesya menyahuti dengan gusar. Tinggal dua baris lagi catatannya akan selesai. Harus dia akui, kalau urusan kecepatan dalam tulis menulis bukan dia ahlinya. Bisa saja ia nulis cepat, tapi tulisannya akan jadi jelek. Lebih jelek dari tulisan resep dokter bahkan.

"Tenang aja Key, kita tungguin kok," ujar Linda dengan tenang. Kesya mengangguk pelan, gadis itu segera menyelesaikan catatannya.

Dua menit kemudian, Kesya langsung menutup bolpoin dan bukunya. "Kuy lah kantin!" serunya dengan semangat. Zhenira yang semula cemberut karena harus menunggu Kesya selesai, seketika langsung tersenyum cerah begitu mendengar kata 'kantin'. Otaknya bahkan sudah dipenuhi dengan makanan yang akan dipesannya nanti.

Ketiga sahabat itupun langsung berjalan bersama dengan riang menuju kantin. Berbeda dengan sekolah lainnya, di mana mungkin setiap tingkatan kelas punya kantin sendiri. Tidak dengan SMA Negeri Majalengka, sekolah ini hanya memiliki satu kantin saja. Jangan salah paham dulu, kantin di sekolah ini bahkan bisa menampung 100 orang murid sekaligus loh. Iya, karena saking luasnya area kantin tersebut. Bahkan lebih luas dari lapangan utama.

"Kita mau duduk di mana, nih? Bel baru bunyi beberapa menit aja udah rame banget ya," komentar Kesya saat ketiganya baru saja sampai di pintu masuk area kantin.

Linda mengangguk menanggapi. "Di sebelah sana aja! Masih kosong itu," tunjuk gadis dengan rambut panjang tergerai itu pada satu titik.

Zhenira dan Kesya menolehkan kepalanya ke arah yang ditunjuk oleh Linda. Keduanya mengangguk serempak dan langsung berlari untuk mencapai meja yang dimaksud Linda tersebut. Wajar saja, jaraknya memang lumayan jauh. Nanti malah keburu diambil orang kalau tidak cepat-cepat di klaim.

"Akhirnya, dapet tempat duduk juga."

Zhenira yang mendengar kalimat itu terlontar dari bibir Kesya pun ikut tersenyum senang. Ketiganya buru-buru mencatat pesanan mereka di note yang sudah disediakan pada setiap meja kantin.

"Biar gue yang ngasih ini ke penjualnya, ya! Sekarang 'kan, jadwalnya gue." Kesya dan Zhenira mengangguk kompak merespon penuturan Linda. Begitu mendapat persetujuan kedua sahabatnya, Linda segera saja berjalan menuju stand-stand makanan di sana. Sedangkan Zhenira dan Kesya menunggu di meja mereka.

Entah ada angin apa, tapi tiba-tiba saja Kevin menghampiri meja keduanya. Zhenira dan Kesya bahkan tidak sadar kalau Kevin datang bersama dengan salah seorang temannya. Ya, dia Zero. Sayangnya pemuda itu tidak begitu memerhatikan karena sibuk dengan ponselnya, apalagi dengan topi yang senantiasa menutupi wajah tampannya.

"Hai, Zhenira! Inget gue, 'kan?" sapa Kevin dengan senyuman menyebalkannya menurut Kesya. Pemuda itu berdiri di tengah-tengah kursi yang diduduki oleh Zhenira dan Kesya dengan tatapan yang terus fokus ke arah Zhenira.

Zhenira mengangguk kaku, sementara Kesya sudah waswas sendiri. Takut saja dia tuh, kalau-kalau si Kevin ini se-koloni sama buaya darat.

Kevin tersenyum lebar karena Zhenira masih mengingatnya. "Lo nanti sepulang sekolah ada waktu, nggak? Gue mau ngajakin lo jalan, nih."

Masih dengan gerakan kaku, Zhenira menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Sorry sebelumnya. Kita baru kenal kemaren, dan lo udah ngajakin gue jalan?" Kevin mengangguk cepat tanpa menghilangkan senyuman dari bibirnya.

Zero memang tidak memerhatikan dengan terang-terangan, tapi dia menghela napasnya mendengar percakapan Kevin dengan gadis bernama Zhenira itu. "Udah, mending kita balik ke kelas aja, Vin. Stop buat caper ke cewek-cewek dan buat gue malu," ujarnya yang membuat Kesya dan Zhenira sontak menoleh ke asal suara, tepatnya di belakang Kevin.

"Lo siapa lagi? Temennya nih buaya darat?" Kesya bertanya dengan ketus yang membuat Zhenira langsung menegurnya dengan lirikan tajam gadis itu.

"Iya, sorry udah ganggu waktu istirahat kalian." Zero menegakkan posisi badannya dan membuka topi yang sedari tadi terpasang di kepalanya. Tatapannya dan Zhenira seketika bertemu.

Keduanya terkejut.

"ZERO?!"



Hayoloh, akhirnya mereka berdua ketemu(⌒▽⌒)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro