Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

03 ߷ Early Meeting



"Kamu beli brownies di mana? Kok rasanya beda?"

Zhenira mengalihkan perhatiannya pada sang ibunda. "Emang nggak beli di toko biasanya, aku beli di cafe. Kenapa, Bun? Nggak enak, ya?"

"Enak kok, rasanya unik malah."

"Masa, sih?" Zhenira sedikit tidak percaya. Ia langsung mencomot satu potongan kecil brownies itu, dan seketika matanya berbinar kala kue coklat manis itu memenuhi mulutnya. "Enak bangetttt!"

Sang ibunda jadi terkekeh geli melihat tingkah putri satu-satunya itu. "Abis ini langsung tidur ya, jangan begadang nonton anime mulu. Apalagi siapa, tuh? Mari? Mori? Siapa namanya?"

"Ishh, Jin Mori!"

"Nah iya itu, si Mori itu. Udah, intinya langsung tidur."

"Siap, Ibu Boss!" Zhenira mengangkat tangan kanannya, meletakkan ujung jari-jarinya pada pelipis, berpose hormat.

Setelah memberikan kecupan di kening Zhenira, sang ibunda langsung pergi ke kamarnya. Jika kalian bertanya-tanya ke mana ayah Zhenira, beliau sedang ada dinas ke luar kota sejak tiga hari yang lalu. Jadi Zhenira hanya berdua saja bersama sang ibunda.

Usai membereskan bukunya yang berserakan di meja ruang tengah, Zhenira segera melaksanakan perintah sang ibunda agar segera beristirahat. Gadis itu beranjak dari duduknya dan melangkahkan kakinya menuju kamar. Tidak lupa dengan buku-buku yang ada di tangan mungilnya.

Ceklek!

Tap!

Kamar yang awalnya remang-remang langsung menjadi terang kala Zhenira sudah memencet stop kontak yang berada di belakang pintu kamarnya. Gadis itu segera meletakkan buku-bukunya di meja belajar, kemudian berjalan santai menuju kamar mandi. Ia berniat membersihkan dirinya dulu sebelum tidur. Ya, kebiasaan seorang Zhenira.

"BUNDAA! BESOK BANGUNIN PAGI-PAGI, YA! SOALNYA AKU PIKET!" teriaknya membahana. Sementara sang ibunda yang baru saja menutup mata jelas saja terkejut mendengar teriakan menggelegar putrinya.

"JANGAN TERIAK-TERIAK, ZHENIRA!"

"IYA MAAF, BUN! TAPI 'KAN, BUNDA TERIAK JUGA!"

Ibunda Zhenira menutup telinganya yang berdengung, wanita paruh baya tersebut menghela napas. Sungguh tidak habis pikir dengan tingkah putrinya yang sangat ajaib. Entah keturunan dari siapa dia punya anak modelan Zhenira begitu.

Setelah membersihkan diri, Zhenira langsung menjatuhkan tubuhnya pada kasur kesayangannya. Kelopak matanya terpejam sebentar, lalu terbuka dan menatap langit-langit kamar. "Kalo dipikir-pikir, gue jadi kangen sama tuh cowok. Udah beberapa hari ini dia kaga muncul di mimpi gue. Masa iya tuh cowok kaga tidur samsek? Nggak mungkin juga, 'kan."

Zhenira menggulingkan badannya ke kanan dan ke kiri, gabut dia tuh. Senyuman kecil seketika terbit di bibir Zhenira kala memikirkan sebuah ide gila di kepalanya. "Kenapa gue nggak kembali ke masa awal pas ketemu dia aja, ya? Dari pada nungguin nggak dateng-dateng. Mending gue ngulang mimpi waktu itu aja, 'kan?" monolognya terdengar sangat antusias.

Setuju dengan ide gila di kepalanya, Zhenira segera membenarkan posisi bantalnya agar dia nyaman saat tidur dan segera berbaring di atasnya. Gadis itu menutup kedua kelopak matanya, kedua tangannya bertautan di atas dada. Selayaknya seseorang yang ingin meminta permohonan. Lalu ia berusaha untuk tertidur dan berkonsentrasi pada pikirannya. Mengingat-ingat kejadian di mimpinya waktu itu. Tidak mudah memang memakai cara ini, tapi Zhenira pernah mencobanya dan berhasil.

"Tunggu aku, boy."

🌌🌌🌌

Banjir mengalir dengan deras, air keruh tersebut terus mengejar Zhenira yang berlari dengan kencang untuk segera sampai di bukit. Zhenira sangat mengenal tempat ini, dua tahun yang lalu ... dia bertemu pemuda itu di sini.

"Lo gila?! Kenapa malah bengong?! Buruan naik!"

Zhenira menolehkan kepalanya pada sumber suara. Seketika senyuman di bibirnya mengembang. Itu dia. Tanpa banyak bicara lagi, Zhenira segera membuka pintu mobil sport tersebut. Pemuda yang sedang mengendalikan kemudi itu langsung tancap gas dengan kecepatan maksimal.

Waktu itu, Zhenira akan berteriak histeris karena ketakutan. Hmm, mungkin kali ini, dia tidak akan melakukannya. Ia malah mengangkat kedua tangannya dan berteriak senang. "Woahhh, sungguh menyenangkan, ya?!"

"Menyenangkan pala lo! Ini kita lagi dikejar maut, bego!" Pemuda tersebut jadi tak habis pikir dengan gadis di sampingnya. Bagaimana mungkin dia sesenang itu sementara dirinya tengah panik dan berusaha mencari jalan keluar agar mereka bisa selamat dari banjir bandang tersebut dan sampai di bukit.

Zhenira terkekeh senang, masih dengan senyuman lebarnya. Gadis itu menghiraukan suasana di sekitarnya yang sudah kacau balau karena banjir bandang tersebut. Apalagi dengan kondisi mobil yang bergoyang-goyang karena kebrutalan pemuda di sampingnya dalam mengendarai mobil. Beruntung karena keduanya memakai sabuk pengaman. Jika tidak, pasti kepalanya sudah terantuk ke sana kemari.

Ckiittt!

Suara ban mobil yang di rem mendadak membuat kedua sejoli yang ada di dalamnya terantuk dashboard lumayan keras.

"Sshh, bajingan!" Zhenira mengumpat pelan seraya mengelus dahinya yang sakit. Ia melirik pemuda di sampingnya yang juga tengah melakukan hal sama. Zhenira melepaskan sabuk pengamannya dan memutuskan untuk keluar dari mobil. Ia mengerahkan pandangannya ke bawah bukit.

Air keruh itu telah melahap sebagian rumah warga. Tingginya bahkan hampir mencapai atap. Jika saja mereka tidak mencapai bukit tepat waktu, sudah dipastikan kalau ia akan tenggelam dan terbawa arus di sana.

Ia jadi teringat dengan seseorang yang kembali menyelamatkan nyawanya kali ini. Kepalanya ia tolehkan ke samping, di mana pemuda itu berdiri kaku di depan mobil dengan kedua tangan yang dimasukkan ke dalam saku hoodienya. Masih tampan seperti biasa.

Senyuman Zhenira mengembang. "Thanks ya, lo udah nolongin gue lagi di saat yang tepat."

Pemuda itu menoleh dan menatap lurus pada manik kecoklatan Zhenira. Tanpa berkata apapun, pemuda itu langsung memalingkan muka dan mendudukkan diri di kap mobil yang tertutup. Zhenira mengerutkan keningnya, merasa bingung akan sikap yang ditunjukkan pemuda tersebut.

Scene ini tidak ada di mimpi waktu itu.

"Gue tau lo penasaran, gue juga tau tujuan lo kembali ke waktu ini karena apa."

Zhenira sangat terkejut mendengar setiap kata yang terlontar dari bibir pemuda itu, sungguh. Bagaimana mana mungkin kejadian ini sangat berbeda sekali dengan mimpinya waktu itu?

"Lo kangen, begitupun gue. Beberapa hari ini gue nggak bisa tidur nyenyak karena suatu masalah yang terjadi dalam kehidupan gue. Mungkin itu bisa jadi jawaban yang cukup memuaskan buat lo."

Zhenira menutup mulutnya dengan netra membulat tak percaya. Ba-bagaimana bisa? Sungguh, ia sampai tidak bisa bersuara saking terkejutnya.

"Waktu itu gue belum kenalan secara resmi, dan lo tau sendiri ... dua tahun terakhir, gue sama lo punya nama panggilan khusus. Kali ini, gue mau memperkenalkan diri gue secara resmi. Biar lo inget terus sama gue." Senyuman tipis langsung terbit di bibir pemuda tersebut. Tangan yang semula berada di saku hoodie, kini salah satunya terulur di depan Zhenira.

"Kenalin, nama gue Zero."

🌌🌌🌌

"Hah, hah, hah ... apa itu tadi?"

Zhenira terbangun dengan keringat dingin di sekujur tubuhnya. Gadis itu menyambar segelas air putih yang terletak pada nakas di sebelahnya dan meminumnya hingga tandas. Ia masih tidak percaya kalau hal seperti itu bisa terjadi.

"Jadi namanya Zero?"

"Kok bisa?!"

"Tadi dia yang masuk ke mimpi gue, apa gue yang masuk ke mimpi dia?"

Zhenira mengacak rambutnya frustasi. Ini pengalaman pertama baginya. Dia kira, cuma dia yang bisa pergi ke masa lalu di alam mimpi. Ternyata, pemuda itu juga bisa. Entah dia harus senang, takut, atau cemas saat ini. Ia tidak tahu. Ia tidak mengerti. Ia merasa waswas sekarang.

Zhenira cepat-cepat meraih ponselnya yang dia charger di bawah tempat tidur. Membuka aplikasi Google dan mencari tahu arti dari hal yang dialaminya. "Kok gaada, sih? Duh, masa iya gaada satupun?" Zhenira menggigit ujung kukunya dengan cemas saat hal yang dicarinya tidak ada di aplikasi pintar itu.

Sekilas, gadis itu melirik ke arah jam dinding yang terletak di samping lemarinya. Jarum jam mengarah pada pukul tiga. Sudah sepagi itukah? Zhenira beranjak berdiri dan memutuskan pergi ke kamar sang ibunda.

Ceklek!

Ternyata sang ibunda masih terlelap dengan nyenyak di tempat tidurnya. Tanpa ingin berlama-lama, Zhenira langsung membaringkan tubuhnya di sebelah sang ibunda. Mencari kehangatan dan kenyamanan dengan tidur di samping ibu yang telah melahirkannya.

Ibunda Zhenira yang merasa ada pergerakan kecil di sampingnya, sontak terbangun. Ia melirik ke samping, di mana putrinya sudah memeluk perutnya dan menyembunyikan wajahnya di celah lengan sang ibunda.

"Kamu kenapa? Tumben pindah ke kamar Bunda?"

"Gapapa, takut aja tadi ada kecoa. Bunda lanjut tidur aja, aku juga mau tidur. Masih ngantuk," jawab Zhenira sedikit berbohong. Sang Ibunda menatapnya dengan heran, tapi tidak bertanya lebih lanjut. Ia membiarkan saja putrinya tidur di sampingnya malam ini.

🌌🌌🌌

Cahaya mentari nampak muncul dengan malu-malu di ufuk Timur. Bahkan ayam tetangga pun mulai berkokok ria. Pemuda yang masih terlelap dalam tidurnya itupun otomatis terusik. Kedua kelopak matanya perlahan terbuka, dan manik sekelam malam itu mulai menampakkan wujudnya.

Pemuda itu menatap jam dinding yang terletak tepat di atas kepalanya, masih dengan pandangan yang sedikit buram. "Hng ... masih jam enam pagi," gumamnya pelan seraya menutupi mulutnya yang menguap. Namun tidak lama kemudian, kedua kelopak mata pemuda tersebut terbuka lebar.

"GUE KAN ADA JANJI SAMA KEVIN!"

Langkah kakinya langsung melesat terburu-buru menuju kamar mandi, bahkan lupa membawa baju ganti. "Anjir, lah! Bisa ngamuk ntar tuh anak."

Yups, dia Zero. Entah janji seperti apa yang dimaksudnya. Yang jelas, Kevin saat ini bahkan masih sarapan dengan santai di rumahnya. Sepertinya, pemuda itupun juga lupa kalau dia punya janji untuk datang lebih awal dengan Zero karena harus mengurus laporan berita demo ekskul kemarin.

Sebenarnya, ini yang salah siapa?



Kevin dan Zero sama-sama salah dong ಥ⌣ಥ Satunya nggak peka, satunya lagi cemas berlebihan :v

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro