Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

02 ߷ Strange the Day



"Hah, capek bangettt."

Zhenira, gadis itu saat ini tengah berjalan dengan malas menuju kantin sekolah. Beruntungnya Kesya mau menggantikan dirinya menjadi MC. Jika tidak, bisa sakit tenggorokannya kalau harus teriak-teriak terus selama acara. Demo ekskul berjalan sampai nanti siang sekitar jam dua, sekarang masih jam sebelas. Waktu yang pas untuk makan siang, bukan?

"Mbak Imahh! nasi gorengnya satu, ya! Tambahin kecap sama telur, terus minumnya es jeruk aja."

"Siap, Neng!"

Zhenira mengacungkan kedua jempolnya sebagai respon. Gadis itu meletakkan kepalanya pada meja kantin dan menutup kedua kelopak matanya kemudian. Terlihat begitu lelah dengan keringat membasahi kening. Kantin saat ini memang terlihat cukup sepi, hanya ada beberapa siswa yang berlalu-lalang untuk sekadar membeli snack dan minuman. Wajar saja, semuanya tengah berada di lapangan utama saat ini. Menonton acara demo ekskul tentunya.

Harus dia akui, semenjak Marcell menjabat sebagai Ketua Osis, pemuda itu tidak pernah mengecewakan para guru dan semua siswa-siswi di sini atas semua kerja keras yang dia lakukan. Marcell sangat bisa membimbing semua anggotanya untuk membuat sebuah acara menjadi semenarik dan semeriah mungkin.

Seperti demo ekskul kali ini.

"Aquanya tiga ya, Mbak."

Masih dengan kepala yang diletakkan di atas meja, Zhenira menolehkan kepalanya ke asal suara yang terasa begitu dekat dengan tempatnya. Kelopak mata gadis itu seketika terbuka lebar kala melihat sosok yang sangat dikenalinya berada di sana.

Cowok itu ...

"Ini uangnya, ambil aja kembaliannya Mbak. Saya buru-buru soalnya."

Belum sadar dari keterkejutannya, Zhenira sontak kembali menegakkan kepalanya dan berpikir. Apa mungkin itu dia? Rasanya kok agak mustahil, ya? Apa gue cuma salah lihat? Tidak ingin berpikir yang macam-macam, Zhenira bangkit dari duduknya dan berjalan ke arah stand minuman yang menjadi tempat di mana, dia melihat cowok dalam mimpinya tersebut.

"Mbak, cowok yang barusan itu beneran hidup ya?" tanyanya yang membuat Mbak Lia selaku penjual di stand tersebut mengerutkan keningnya bingung.

"Hidup gimana maksudnya, Neng?"

Zhenira menggeleng cepat. "Berarti beneran cuma halusinasi. Gapapa Mbak, nggak jadi. Thank's ya, infonya."

Setelah menepuk bahu Mbak Lia dengan pelan, ia kembali ke tempat duduknya bersamaan dengan datangnya pesanan nasi goreng miliknya. Zhenira tersenyum manis kepada Mbak Imah yang sudah mengantarkan pesanannya sebagai ucapan terima kasih.

Tanpa menunggu lama, Zhenira langsung memakan nasi gorengnya dengan pelan. Masih sambil memikirkan kejadian yang baru saja terjadi. Kenapa terasa nyata banget, ya? Apa segitu kangennya gue sama sosok cowok yang selalu muncul di mimpi gue itu

"Ya secara, beberapa hari terakhir dia nggak pernah muncul lagi, sih. Kan jadi heran gue, nyariin." Zhenira bergumam sendiri sembari menyendokkan nasi goreng ke dalam mulutnya. Beberapa saat setelahnya, ia melihat jam yang melingkar di tangan kirinya. "Cepet banget perasaan, udah jam 12.21 aja."

Gadis yang saat itu menguncir rambut panjangnya dengan gaya ponytail itupun bergegas menghabiskan makanan dan minumannya, lantas kemudian berdiri dari duduknya. Tidak membutuhkan waktu yang lama, ia segera pergi dari area kantin. Kembali menuju lapangan di mana kedua sahabatnya berada.

🌌🌌🌌

"Lo beli minum lama bener, dah. Nangkring ke mana dulu lo?"

Zero yang baru saja membuka pintu ruangan kelasnya, mendelik tak suka saat mendengar pertanyaan yang terlontar dari bibir Kevin. "Gue jalan kaki, bukan terbang. Lo pikir jalan ke kantin nggak butuh waktu?"

Kevin mencibir, cowok itu langsung membuka botol Aqua yang dibawa Zero dan meminumnya hingga tandas. "Lo kenal Zhenira nggak?" tanya Kevin tiba-tiba.

Zero mengangkat sebelah alisnya, kemudian menggeleng. "Baru denger gue, sekolah di sini?"

Senyuman misterius terbit di bibir tipis Kevin, pemuda itu mengangguk. "Tuh anak nggak terlalu mencolok sih, samalah kayak lo, tapi hari ini keknya bakal berubah."

Zero menatap sahabatnya itu dengan mata memicing, sedikit curiga. "Jangan bilang lo naksir sama tuh cewek?"

Kevin melebarkan sudut bibirnya. "Sedikit tertarik sih, sebenarnya."

Zero menghela napasnya, tidak habis pikir dengan Kevin. Bukan apa sih, bebas saja sebenarnya kalau sahabatnya itu mau tertarik dengan siapa saja. Masalahnya dia tahu betul, Kevin itu sukanya main-main. Tidak pernah bisa serius dalam menjalin suatu hubungan. Yang ada dipikirannya cuma main, main, dan main. Ia jadi kasihan dengan Zhenira itu. Bisa jadi dia adalah korban Kevin selanjutnya.

"Tenang aja Bro, kali ini gue serius." Kevin menepuk bahu Zero, berusaha meyakinkan sahabatnya tersebut kalau ia serius kali ini.

Sementara Zero sendiri hanya menatap Kevin dengan ekspresi malasnya. "Serah lo, dah. Gue nggak ikut-ikut, ye."

Kevin menunjukkan cengiran lebarnya sebagai respon. Lantas menyeringai tipis kemudian. Entah apa yang akan direncanakan pemuda yang terkenal playboy itu kali ini. Kita lihat saja nanti.

🌌🌌🌌

"KEYY!"

"LINDAAA!"

"GAWATT!"

"KEKNYA GUE GILA, DEH!"

Zhenira berteriak heboh menuju tempat kedua sahabatnya yang justru malah sama-sama menutup wajahnya lantaran merasa malu. Sesampainya di depan kedua sahabatnya, Zhenira langsung dicecar komentar pedas dari Kesya.

"Lo bisa, nggak? Sehariii aja, jangan bikin gue malu."

Zhenira cengengesan, ia memanyunkan bibirnya. "Ya maaf dong, gue tuh terlalu parno."

"Jadi, ada apa? Kenapa heboh banget?" Linda menyahuti dengan penasaran.

Zhenira seketika memasang wajah seriusnya. Ia memberikan kode pada kedua sahabatnya agar mendekat, lantas berbisik pelan. "Gue tadi lihat cowok yang ada di mimpi gue selama ini."

Kesya dan Linda membulatkan kedua matanya. "Halu kali lo!" seru Kesya.

Tatapan mata Zhenira langsung menghunus tajam pada Amanda Kesyara. Bahkan, kedua tangannya sudah berada di pinggang sekarang. "Lo tuh ya, suka banget menjatuhkan semangat orang," decaknya sinis.

Linda sendiri hanya terkikik geli melihat perdebatan kedua sahabatnya. "Jadi? Lo serius lihat tuh cowok, Ra?" tanya gadis dengan rambut panjang lurus tergerai itu kemudian.

Zhenira mengangguk cepat. "Gue yakin itu dia, tapi gue juga ragu. Bisa aja itu cuma halusinasi gue aja, 'kan?" Ketiganya tampak berpikir keras tentang kemungkinan-kemungkinan yang bisa saja terjadi, hingga tidak sadar kalau Marcell memandangi ketiganya dengan kening mengerut heran.

"Kalian lagi challenge jadi mannequin, ya?" tanya Marcell sesaat setelah terdiam beberapa lama. Ketiga sahabat itu sontak saja berjengit kaget karena ulahnya.

"Lo ngagetin aja, sih!" Kesya yang paling terkejut langsung menabok lengan Marcell tanpa aba-aba, sehingga membuat sang empunya meringis kecil.

"Santai aja dong!" sewot pemuda yang berstatus sebagai Ketua OSIS di SMA mereka itu.

"Ini kapan selesainya, sih? Perasaan jam dua lama banget, dah." Zhenira menggerutu kesal. Ia dan Kesya sudah menyelesaikan tugasnya menjadi MC dadakan. Sekarang anak OSIS termasuk Marcell sudah tinggal beres-beres saja. Jam masih menunjukkan pukul 13.00. Satu jam lagi waktu yang tersisa untuk membersihkan semuanya.

"Sejam lagi, sabar ye." Marcell menyahut dengan kekehannya. Pemuda itu saat ini tengah menggulung kabel dibantu oleh Linda.

Zhenira mendengkus, ia menarik lengan Kesya. "Ayo kita bantuin juga lah, Key! Pengen cepet pulang gue, sumpah." Kesya pun mengangguk setuju. Keduanya langsung ikut bantu-bantu membereskan peralatan yang tadi dipakai dan meletakkannya di Ruang OSIS.

🌌🌌🌌

Saat ini Kesya dan Zhenira tengah berjalan beriringan menuju Ruang OSIS. Di tangan keduanya ada tiga gulungan kabel beserta beberapa microphone.

"Kalo dipikir-pikir, ucapan lo tadi bisa jadi beneran, loh." Kesya membuka percakapan yang membuat Zhenira otomatis menoleh ke arahnya.

"Yang mana?"

"Yang tadi lo bilang kalo ngelihat cowok di mimpi lo itu. Yahh, pikirin aja deh sekarang. Lo kenal sama dia udah dua tahun, itupun cuma dalam mimpi. Sekarang apa? Dia tiba-tiba muncul, artinya apa coba?"

Zhenira mengerutkan keningnya berpikir. Keysa ada benernya juga, sih. Apa gue selidikin aja, ya? "Menurut lo ... gue harus cari tau, nggak?" tanya Zhenira kemudian.

"Ya haruslah!"

Senyuman lebar langsung terbit di bibir mungil Zhenira, ia menatap Kesya dengan penuh keyakinan dan mengangguk kemudian.

"Nanti gue sama Linda pasti bantuin kok. Lo tenang aja," lanjut Kesya yang membuat Zhenira merasa sangat beruntung saat ini, karena memiliki sahabat yang begitu peduli padanya. Kedua sahabat itu asik berbincang hingga tidak sadar bahwa Ruang OSIS sudah terlihat beberapa meter di depan.

Ceklek!

Kesya membuka pintu yang tidak dikunci tersebut dan langsung meletakkan gulungan kabel yang dibawanya ke lemari khusus. Diikuti Zhenira yang memasukkan microphone ke lemari kayu di sebelahnya.

"Kuy lah pulang," ajak Kesya yang dibalas anggukan pelan oleh Zhenira. Setelah menutup kembali pintu Ruang OSIS, keduanya dikagetkan dengan kedatangan seorang pemuda.

"Zhenira, 'kan? Kevin Aditama," ujar pemuda tersebut sambil mengulurkan tangannya, mengajak berkenalan.

Jujur, Zhenira cukup terkejut dibuatnya. Sementara Kesya sudah mangap-mangap sembari menutup mulutnya saking terkejutnya. Karena tidak ingin membuat lawan bicaranya menunggu, Zhenira segera membalas uluran tangan tersebut. "Zhenira Silvanna Evans, panggil Zhenira aja."

Setelah mendapat balasan dari sang empunya, Kevin menampilkan cengiran andalannya dan melepaskan tautan tangan mereka. "Udah tau kok gue, salken ye. Btw gue buru-buru, nih. Gue duluan ya, byee ..." Kevin langsung berbalik pergi sembari melambaikan tangannya setelah mengatakan itu, membuat dua gadis yang masih berdiri di sana menatapnya dengan terheran-heran.

"Bocah ngapa, yakk?"

"Nggak jelas banget, sumpah."

🌌🌌🌌

Zhenira saat ini tengah berada di parkiran sekolahnya. Gadis itu masih termenung di atas jok motornya, memikirkan kejadian tidak biasa yang menimpanya seharian ini. Dari jadi MC dadakan, ngelihat cowok yang ada di mimpinya, terus sosok Kevin yang mengajaknya berkenalan. Perasaan dia tidak pernah menarik perhatian, deh. Dia juga anaknya biasa-biasa saja, nggak neko-neko. Cowok kayak Kevin kenal dia dari mana coba?

Tidak ingin ambil pusing, Zhenira segera mengeluarkan motor maticnya dari jajaran motor lainnya. Gadis itu langsung memakai helm dan segera tancap gas keluar dari area sekolah. Saat di perempatan jalan, ia berhenti di sebuah cafe untuk membelikan brownies kesukaan bundanya. Tadi beliau nitip, minta dibelikan sebelum pulang.

Jadilah dia di sini sekarang.

"Browniesnya satu ya, Mbak. Yang ukuran sedang aja."

"Baik, Dek. Silakan duduk di sana sembari menunggu." Sang waiters cafe mengarahkannya untuk duduk di salah satu kursi yang dekat dengan meja kasir, di sudut cafe.

Zhenira tersenyum dan mengangguk. Ia segera melangkahkan kakinya ke meja sudut cafe. Gadis itu membuka ponselnya dan membuka aplikasi whatsapp. Alisnya terangkat satu saat dirinya mendapati sebuah chat dari nomor tidak dikenal.

+62 816-****-****

Siang cantik, gue Kevin. Yang tadi kenalan sama lo di depan Ruang OSIS. Save nomor gue ya😁

Udah gue save

Setelah membalas pesan Kevin, Zhenira langsung menyimpan nomor pemuda itu di kontaknya. Kemudian segera mematikan ponsel saat melihat waiters tadi mengantarkan pesanannya yang sudah terbungkus rapi.

"Makasih ya, Mbak. Berapa totalnya?"

"Tiga puluh ribu aja, Dek."

Zhenira mengangguk, ia merogoh sakunya dan memberikan uang dalam jumlah pas. "Saya permisi dulu ya Mbak, semoga rame hari ini."

"Amiin ... datang lagi ya, Dek!"

Zhenira tersenyum lebar, kemudian mengacungkan jempolnya. Gadis itu bergegas pergi dan segera pulang, karena hari sudah semakin sore.



Hai! Gimana sama chapter ini?
Jangan lupa tinggalkan jejak, ya!
(●´∀`●)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro