Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

01 ߷ Start of the Journey



Di tengah kelamnya langit malam, seorang gadis manis terlihat gelisah dalam tidurnya. Bibir tipisnya mengerut, poninya lepek karena keringat dingin yang terus membasahi dahi. Entah apa sebenarnya yang terjadi dalam tidurnya.

Tolong ...

Siapapun tolong aku ...

Napas gadis itu kian memburu. Sepertinya ia tidak dalam mimpi yang bagus. Tanpa sadar, jari-jemarinya mencengkram erat sprei kasur yang ditidurinya. Tidak berselang lama, suara pintu yang dibuka secara perlahan, spontan membuat gadis tersebut bangun dari tidurnya.

Kriett ...

"Astaga!"

"Bunda! Ngagetin aja, ihh!"

"Justru Bunda yang kaget ini."

Wanita paruh baya yang diketahui adalah ibu dari gadis tersebut langsung berjalan menuju ranjang di mana putrinya tengah terduduk dengan rambut acak-acakan dan muka bantalnya. "Kamu kenapa tiba-tiba terbangun gitu, Zhe? Bikin Bunda kaget, aja. Mimpi buruk, ya? Mimpi apa lagi kali ini?"

Gadis manis itu langsung merengut begitu rentetan pertanyaan keluar dari bibir sang ibunda. "Bunda nanyanya satu-satu, dong!"

Wanita paruh baya tersebut terkekeh pelan melihat ekspresi cemberut putrinya. "Jadi?" lanjutnya kembali bertanya.

"Iyaa, aku mimpi buruk kali ini, tapi kenapa dia nggak dateng buat nolongin aku ya, Bun? Padahal aku di situ udah teriak-teriak minta tolong."

"Cowok yang biasanya ada di mimpi kamu itu?"

Gadis itu mengangguk cepat sebagai jawaban. Sang ibunda seketika tersenyum lembut menatap putri tunggalnya. "Sayang ... mungkin kali ini dia lelah. Bisa jadi, dia tidak tidur karena suatu hal. Jangan terlalu dipikirkan, ya?"

"Tapi, Bun-"

"Udah-udah, mending sekarang kamu tidur lagi. Besok 'kan, masih harus sekolah. Anak Bunda nggak boleh terlambat dong ke sekolahnya." Wanita paruh baya itu segera membantu menaikkan kembali selimut putrinya yang sedikit merosot, lantas memberikan kecupan singkat di kening putrinya tersebut.

"Tidur, ya. Good night princess Bunda."

"Night too, Bunda."

🌌🌌🌌

Koridor saat itu sedang sepi karena para penghuninya tengah berkumpul di lapangan utama untuk melihat demo ekskul yang selalu diadakan setiap tahun di sekolah mereka. Hanya suara langkah kaki dari dua orang pemuda yang berada di sana saja yang menjadi pemecah keheningan di koridor tersebut.

"Lo jadi ikut ngisi materi di demo ekskul nanti, 'kan?" Salah satu pemuda yang memakai headband di kepalanya itu bertanya pada sosok pemuda dengan kacamata bening di sampingnya.

Yang ditanya langsung mengalihkan pandangan dari buku yang dibacanya ke arah temannya tersebut. "Kenapa harus gue? Emangnya yang lain nggak bisa?" ujar si pemuda berkacamata sembari merotasikan netra sekelam malamnya. "Percuma dong gue kasih tanggung jawab jurnalistik sama lo semua kalo ngisi materi aja mesti minta tolong gue."

"Ya bukannya nggak bisa. Lo tau sendiri 'kan, anak jurnalistik pada nggak berani ngasih materi karena mereka ngerasa ilmu mereka kurang, dan mereka juga ngerasa lo yang lebih berhak ngisi materi itu, Zero."

"Ck!"

Pemuda berkacamata yang diketahui bernama Zero itupun berdecak kesal. Ia kembali fokus pada buku yang dibawanya tanpa memedulikan sahabatnya yang terus mengoceh perihal pengisian materi jurnalistik pada demo ekskul nanti.

"Jadi gimana?" tanya pemuda dengan headband di kepalanya, masih berusaha membujuk sang sahabat. Sebut saja dia Kevin.

"Apanya?"

"Lo jadi ngisi materi, 'kan?"

Zero menghela napasnya dengan kasar. "Oke, gue bakal ngisi materi, tapi cuma 30 menit pertama ya. Selebihnya suruh mereka jalan sendiri. Bilangin sekalian, nggak suka gue sama anak-anak manja."

Kevin mengacungkan jempolnya, tanda setuju dengan perkataan Zero. "Ya udah, gue balik ke ruang ekskul dulu kalo gitu. Mau gue info-in ke anak-anak."

Zero hanya mengangguk singkat sebagai respon. Karena setelahnya, Kevin benar-benar melangkahkan kakinya pergi dengan kedua tangan yang terlipat di belakang kepala seraya bersiul senang.

Melihat tingkah sahabatnya, Zero pun hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya, dan tersenyum tipis kemudian. Lantas, pemuda itu kembali melangkahkan kakinya menuju tempat yang menjadi tujuannya sejak awal.

🌌🌌🌌

"Zheniraaaa, please dong. Izinin gue masuk mimpi lo lagi, ya?"

Sang empunya yang dipanggil Zhenira mendelik tajam, tanda tidak setuju dengan perkataan yang dilontarkan oleh salah satu sahabatnya itu. "Gue bilang enggak, ya enggak. Lagian lo mau ngapain, sih? Males ah gue. Ntar lo ngerusuh lagi," ujarnya dengan pedas.

Tanpa memedulikan sahabatnya yang terus memohon, Zhenira beranjak keluar kelas untuk memeriksa lantai koridor yang baru saja ia pel. Matanya melotot kala melihat sebuah jejak kaki yang tercetak jelas pada keramik berwarna putih tersebut.

"SIAPA YANG BERANI NINGGALIN JEJAK KAKI LAKNAT ITU, HAH?!" teriaknya membahana hingga membuat beberapa siswa yang berada tidak jauh dari koridor kelasnya terkejut secara bersamaan.

"Ada apaan, sih?! Sakit telinga gue denger teriakan lo, tau nggak?!"

Zhenira menolehkan kepalanya pada sahabatnya yang barusan bersuara. Gadis itu menunjuk lantai kelasnya yang terdapat sebuah jejak kaki di sana. "Padahal gue udah ngewanti-wanti mereka, siapapun yang mau lewat di sini jangan lewat lantai."

"Ya kalo nggak lewat lantai, lewat mana, Maemunah? Lewat genteng? Ada-ada aja, lo! Udah, biar gue aja yang bersihin."

Sahabat Zhenira yang diketahui bernama lengkap Amanda Kesyara itupun mengambil alat pel di belakang kelas, mengabaikan tatapan Zhenira yang berkaca-kaca seolah terharu dengan tindakan heroiknya.

"Nggak nyangka gue kalo lo bisa sebaik ini Key," ujar Zhenira dramatis dengan netra kecoklatannya yang sudah berbinar-binar bak anak kucing minta makan.

Kesya langsung mendelik dan bergidik geli dibuatnya. "Nggak usah alay!"

Zhenira mencibir dan kembali berujar. "Linda ke mana, deh? Katanya ke kantin, tapi kok kaga balik-balik tuh anak."

Kesya mengangkat kedua bahunya tanda tidak tahu. "Di kelas Marcell paling tuh. Biasa, ngapel sama ayang."

"Dasar bucin," gumam Zhenira.

Tidak lama setelah percakapan antara Zhenira dan Kesya, keduanya dapat melihat Linda yang berjalan kembali menuju kelas bersama dengan kekasihnya, Marcellino Bintara. Kesya dan Zhenira tanpa sadar jadi melongo melihat kedua sejoli itu yang lagi asik bercanda sembari cubit-cubitan pipi.

"Cubit-cubitan o-oh, cubit-cubitan."

"Asekk, goyang dong."

"Senggol-senggolan o-oh, senggol-senggolan."

Linda spontan mengerucutkan bibirnya kala mendapat sindiran lewat lagu dari kedua sahabatnya tersebut. Sementara Marcell sendiri hanya terkekeh geli di sampingnya.

"Enak bener ya, cubit-cubitan gatau tempat. Hargai kita yang jomblo, dong!" seru Kesya tak terima.

"Makanya cari pacar dong Key," celetuk Marcell yang sontak saja mengundang tawa Zhenira dan Linda. Kesya merengut sebal karena ditertawakan oleh teman-temannya.

"Btw, lo nanti jadi ngisi bagian pembukaan 'kan, Ra?"

Zhenira menghentikan tawanya dan memasang wajah serius kala pertanyaan Marcell menyapa indra pendengarannya. "Iya, gue disuruh Risa gantiin dia nge-mc, anjir. Apa banget, 'kan? Mana gue belum ada persiapan. Lagian si Risa kenapa bisa sakit dadakan gitu, sih?"

Marcell mengendikkan bahunya tidak tahu, lantas mengalihkan pandangannya ke arah Linda. "Lo juga jadi ikut bantuin 'kan, Beb?" tanyanya sembari tersenyum lembut pada Linda.

Linda mengangguk dengan antusias. "Siap, Pak Ketos!"

Zhenira dan Kesya yang melihat interaksi kedua pasangan itu sontak berpura-pura muntah dengan ekspresi wajah geli mereka berdua.

"Udah deh! Mending lo pergi aja, Marimar!" usir Kesya pada Marcell. "Sono ke anggota lo! Ngapel mulu heran."

Marcell mendelik saat mendengar panggilan Kesya untuknya. "Marimar, Marimar. Nama gue udah bagus-bagus Marcell juga, dibilang Marimar."

Linda terkekeh geli di tempatnya. "Ya udah, ayok kita ke lapangan. Demo ekskulnya bentar lagi mulai," ajak gadis dengan rambut panjang lurus tersebut.

Kesya, Zhenira, dan Marcell pun mengangguk serempak, lantas langsung berjalan ke arah lapangan sekolah mereka. Di mana acara demo ekskul akan segera di mulai.

🌌🌌🌌

"Hai semuanya! Selamat datang di acara ... Demo Ekskul, SMA Negeri Majalengka!"

Prok, prok, prok!

"Nahh, pasti kalian semua udah nggak sabar dong mau lihat penampilan kakak kelas kalian dalam demo ekskul kali ini? Apa lagi buat anak kelas 10 yang baru saja bergabung menjadi warga SMA Negeri Majalengka."

"Jadi menurut Kak Marcell sendiri gimana nih, Kak? Persiapan untuk acara demo ekskul tahun ini." Zhenira selaku Master of Ceremony di acara kali ini memberikan microphonenya pada Marcell selaku sang Ketua OSIS.

"Yahh, untuk persiapan tentunya tidak mudah. Bahkan juga banyak kendala dalam persiapan demo ekskul tahun ini. Namun berkat bantuan kalian semua, terutama anggota OSIS yang sudah bekerja keras, acara ini bisa terlaksana tepat waktu sesuai yang direncanakan. Untuk itu, saya Marcellino Bintara selaku Ketua OSIS SMA Negeri Majalengka tahun ajaran 2021/2022 mengucapkan, terima kasih dan selamat menikmati acaranya." Marcell mengakhiri pidato singkatnya dengan senyuman mautnya yang sontak saja membuat para kaum hawa berteriak histeris.

Dasar tukang tebar pesona, si Linda mau aja lagi pacaran sama nih Ketos alay. Zhenira mencibir dalam hati, lantas ikut bertepuk tangan seraya menampilkan senyum terbaiknya. Gadis itu kembali mengarahkan microphone pada bibir tipisnya.

"Baik, tanpa berlama-lama lagi. Mari kita saksikan, penampilan pertama dari ... D'Most Saga!"

Semua siswa-siswi yang ada di sana bertepuk tangan dengan heboh menyambut band kebanggaan sekolah mereka tersebut. D'Most Saga, band yang setiap pergerakannya selalu disorot oleh kamera ini diketuai oleh anak dari pemilik yayasan sekolah. Sebut saja dia Trax. Itu nama panggungnya.

Trax berjalan dengan santainya menaiki panggung acara, senyuman tipis tidak pernah lepas dari bibir pemuda itu. Tangan kekarnya mengambil microphone, tidak lupa Oscars dengan gitar yang sudah terpasang di punggung tegapnya. Hentakan drum dari Maxime terdengar menggema di seluruh area, sengatan melody dari gitar listrik Shadow ikut meramaikan.

Teriakan histeris yang didominasi oleh kaum hawa mulai terdengar saat Trax menyanyikan bait pertama dari lagu yang dibawanya.

I believe in second chances for the broken hearted
Now I can take it for granted each and every disregarded
I fall a part, yet I am still right here
But broken heart, it's hard to heal
It kills me everytime I read between the lines

Zhenira yang berdiri di tepi panggung sempat terpesona melihat aura yang dipancarkan oleh masing-masing personil D'Most Saga saat tengah perform. Trax dengan suara emasnya. Maxime dengan drum andalannya. Oscars juga Shadow dengan gitar dan kemampuan backing vocalnya.

Love is divided when undecided
Fade and misguided
Just like another broken hearted

Now since you've been gone, I should carry on
'Cause I'm tired of writing songs about you (about you)
I have spent all night just to make this right
I can't be somewhere I don't belong
It's time to move along

"AAAAA, MAXIME AKU PADAMU!"

"TRAX MAKIN GANTENG GILA!"

"OSCARS SEMANGAT!"

"SHADOW, LIHAT KESINI DONG!"

Sungguh, panggung SMA Negeri Majalengka benar-benar pecah, begitu meriah. Marcell tersenyum melihat keantusiasan teman-temannya, ia sangat bersyukur sekarang. Seperti yang diharapkan, D'Most Saga memanglah bintang!



Yoo! Gimana sama part awal ini?
Semoga suka ya! (≧∇≦)/

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro