Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

7

Aku menarik Arnav tergesa-gesa ke luar rumah setelah meyakinkan Kak Nezia bahwa Arnav harus pulang. Tentunya kakakku tercintaku nggak percaya, tapi dia nggak bisa mencegah Arnav yang ingin pulang. Syukur aku cukup cerdas menginjak kaki Arnav di kolong meja yang memaksanya menuruti keinginanku untuk segera pergi.

"Tolong berhenti," pinta Arnav.

Aku melepas tarikanku pada pergelangan tangannya. Kami sudah sepenuhnya keluar dari gerbang rumah. Arnav merintih sedikit.

"Kaki kamu sakit?" tanyaku. Tanganku dilipat pada dada.

"Iya. Injakan kamu kuat sekali."

"Lain kali, aku bikin kaki kamu beneran nggak bisa jalan kalo berani macam-macam sama aku," ancamku.

"Ta-tapi saya tidak berbuat aneh."

"Kedatangan kamu ke sini udah bukti perbuatan kurang ajar," tukasku.

Ikan ini memantik emosi banget.

Arnav menggeleng. "Saya datang untuk mengembalikan tas kamu yang tertinggal. Dan..."

Antena curigaku berkedut melihat wajah Arnav tiba-tiba bersemu. "Dan apa?"

Arnav memandangku malu-malu saat menjawab, "Joaquin dan Petr menyarankan saya untuk menunjukkan perasaan tulus kepada kamu. Karena itu saya datang untuk-"

"Melamar?" tebakku. Bulu kudukku meremang membayangkan manusia ikan ini mempunyai rencana senekat itu.

"Tidak persis begitu. Petr menyuruh saya untuk mengenal keluarga kamu," Arnav menjelaskan.

Kepalaku berdenyut. Berdekatan Arnav memudahkan kepalaku terserang penyakit. Sudah bikin tekanan darah tinggi, dia juga menyebabkan sakit kepala.

"Gimana bisa kamu mengikuti saran Petr dan Joaquin begitu aja? Harusnya kamu pikir baik-baik, mana ada cowok yang mengenalkan diri kayak kamu. Yang ada kamu ngasih kesan jelek ke aku," omelku.

"Saya meminta maaf." Arnav memberiku tatapan bersalah.

Aku dibuat bingung menghadapi Arnav. Pria ini sepertinya nggak pura-pura tolol. Tapi itu urusannya untuk jadi tolol. Aku mesti menegaskan satu hal. "Aku udah ngomong ke kamu tadi pagi, aku nggak mau berhubungan sama kamu dan anak kamu. Apa kamu sengaja ngomong mau jadi kekasih aku di depan Kak Nezia?"

"Beri saya kesempatan-"

"Nggak ada kesempatan apa pun. Aku mau kita nggak bertemu lagi. Jangan datang ke depanku pake alasan apa pun. Oya..." aku memutar kepala ke kanan dan kiri. "Kamu bisa datang ke sini karena Coral nyium bau aku?"

Arnav tertawa kecil sambil menggeleng. "Saya lihat di kartu pengenal kamu. Tertera alamat rumah ini."

"Ooh." Aku mengangguk paham.

"Apa kamu tidak ingin mencoba sekali saja?" Arnav masih membujuk.

Aku menggeleng. Sekalipun mereka menjamin keselamatanku, aku nggak percaya. Terhadap sesama manusia saja aku gampang curiga, apalagi yang beda spesies dan nggak jelas juntrungannya.

"Aku udah tegaskan di hotel, aku nggak mau berhubungan sama kamu dan anak kamu," kataku. "Mending kamu pergi deh. Ada banyak urusan yang harus aku selesain karena kamu datang ke sini."

"Tapi..."

Aku memberi pelototan galak yang sukses membungkam mulut Arnav. Dia hanya bisa memandangku nanar saat aku balik ke rumah.

Satu urusan kelar, masalah lain menunggu, yaitu Kak Nezia.

Sesuai dugaan, Kak Nezia langsung mendorongku masuk kamar tidurnya. Lalu mengintrogasiku.

"Jadi, kamu bermalam sama Arnav?" serbu Kak Nezia.

Aku yang duduk di tepi kasur melihatnya begitu dominan karena Kak Nezia berdiri menjulang di hadapanku dengan muka mau marah.

Aku menggeleng. "Kayak yang Kakak dengar tadi. Gue tidur doang, nggak macam-macam."

"Yakin?" Kak Nezia berpindah ke sebelahku dan duduk. "Arnav punya syarat buat nggak ditolak cewek. Apalagi kamu lama ngejomlo."

"Kakak pikir gue gampang obral diri?" balasku kesal.

Kak Nezia mengangkat bahu. "Nggak persis begitu, tapi cewek dan cowok dalam satu ruangan di malam hari ... Kakak hanya ingin memastikan, Shine."

"Biar Kakak puas, kami di hotel bareng anak Arnav dan karyawannya." Aku nggak tahu apa jabatan pemuda bermuka nyolot di hotel itu.

"Arnav duda?!" pekik Kak Nezia. Dia menggeleng kuat-kuat. "Jangan sama duda. Lo nggak jelek dan masih bisa dapat perjaka walau mungkin nggak perjaka. Maksudnya, cowok yang belum menikah."

"Iya, Kak, gue ngerti." Aku dan Kak Nezia sepakat bahwa nyari cowok lajang yang masih suci di kota besar itu susah. Cowok jomlo mungkin, tapi bersegel kayaknya satu banding sepuluh ribu. Namanya pergaulan kota besar, ada saja tawaran tiga ratus ribu buat mampir dan mencicip yang enya-enya.

"Terus tadi ngomong apa aja sama Arnav di luar?" introgasi berlanjut.

"Gue nolak dia," jawabku bangga. Setelah berlumut karena menyandang status jomlo, siapa sangka akalku masih nyantol pada tempatnya. Aku masih bisa memilah mana yang patut ditolak kayak Arnav. Kalau kewarasanku sudah putus, pasti aku sambar pria ikan itu buat dijadikan pasangan.

"Walau agak disayangkan dengan wajah tampan begitu udah duda anak satu, gue tetap dukung lo nolak dia."

Aku membiarkan kesalahpahaman Kak Nezia mengenai status Arnav.

"Lagian Arnav itu rada aneh ngomongnya. Berbagi cinta pada dunia. Tian aja nggak bakal ngomong cheesy begitu," tambah Kak Nezia. Kami menertawakan kekonyolan Arnav di meja makan.

oOo

Aku kembali melanjutkan rutinitas normalku. Arnav nggak pernah muncul lagi. Aku balik tinggal di kosan. Pekerjaan semakin menumpuk. Dan cerita tentang Jordan menjadi alasan Denise sering mampir ke kantor.

"Aloha, Shine!" Denise lagi-lagi datang setengah jam sebelum waktu pulang.

Aku melirik Ci Bia yang jengkel teritorialnya terus-terusan dimasuki orang yang nggak berkepentingan. Imej Denise sebagai mahasiswa dekil yang doyan nginap di warnet masih melekat di benaknya. Meski Denise yang ini sudah berganti suit, wajah kinclong, wangi, dan rambut rapi. Bagi Ci Bia, Denise tetaplah si dekil.

"Dia mau apa ke sini lagi? Belum kelar urusan lo sama Jordan?" bisik Ci Bia.

Aku tersenyum serba salah. Mereka berdua sama-sama teman, tetapi posisi Ci Bia adalah atasan. Yang membebaniku mengusir Denise hanya satu. Aku menangkap gelagat Denise naksir Ci Bia. Lirikan-lirikannya, tawaran makan, sampai camilan yang dia bawa sesuai selera Ci Bia. Well, Denise tahu selera camilan Ci Bia karena mengorek informasi dariku.

"Biar gue urus," bisikku.

"Sepi banget. Lagi tugas ya?"

Pintu masuk kantor langsung menghadap meja admin, yaitu mejaku dan meja Ci Bia. Sehingga Denise bisa leluasa mengambil kursi di seberang mejaku dan duduk. Ruangan lain diperuntukan untuk pantry, ruang ganti, dan ruang penyimpanan.

"Lagi pada sibuk. Lo mau booking cleaning apartemen lo? Atau rumah lo?" Aku nggak biasanya menawarkan jasa perusahaan kami. Sekali ini, aku pikir, nggak masalah menambah pundi perusahaan lewat teman sendiri.

"Gue ada rumah, belum diisi furniture, apa bisa?" Denise cukup pintar untuk menangkap tawaranku.

"Bisa dong. Gue bisa ngasih lo-" Kursi ergonomisku didorong ke samping. Flyer produk sekali bersih-bersih yang aku pegang terhempas ke lantai.

Ci Bia mengambil alih dengan menyodorkan Denise flyer produk bersih-bersih gold, salah satu paket mahal dari jasa perusahaan kami. Denise membelalak melihat nominal yang tercantum di situ. Sementara Ci Bia terus mencerocos keunggulan paket yang dia tawarkan.

Aku menahan tawa melihat jiwa sales Ci Bia yang menggelora.

Ponselku menderingkan alarm. Aku segera bergegas merapikan tas dan mematikan komputer. Denise memberikan tatapan meminta tolong yang tidak aku acuhkan.

Sorry, Bro, aku mau bertugas. Selamat berjuang menjalankan pedekate! Kira-kira demikian makna senyum lebarku pada Denise.

"Pastiin mereka ambil paket premium kita, Shine," pesan Ci Bia saat aku mencangklong tas ke bahu. Aku menjawab dengan mengangkat jempol.

"Shine..." Denise masih memanggilku dengan nada minta tolong yang kentara.

"Udeh ama gue aja," Ci Bia menahan bahu Denise, "paket gold ini sangat gue sarankan buat lo ambil. Bayar per bulan lima juta tapi hasilnya memuaskan. Peralatan yang kita pake juga teknologi Korea. Lo bisa cek sendiri. Vakum sampe cairan desinfektan berkualitas."

Aku tersenyum sekali lagi pada Denise, lalu pergi.

Untuk memudahkan perjalanan pada sore hari ini, aku memakai jasa ojek online. Jangan berharap aku akan tiba tepat waktu kalau naik kendaraan umum dan mobil. Yang ada aku bisa kena amuk Ci Bia.

Saat itu, aku pergi membawa segunung harapan calon klien kami yang bermukim di daerah elit bakal memesan paket termahal kami. Yang nggak aku sadari, ternyata benang takdirku terlilit dengan calon klien ini.

"Mommy!"

Yaelah, nasib gue.

###

23/09/2021

Alohaa...
✧ ( °∀° )/ ✧ aku Miss Bebek semok yang rajin makan kacang *WOOOT?

Banyak yang nanya aku soal My Daughter is A Little Mermaid di Wattpad sama yang di Karyakarsa.

Jadi, di Karyakarsa itu bonus yang hadir duluan. Pembaca biasanya dapat bonus setelah cerita tamat, berhubung timeline bonus ini lebih dulu dari Little Mermaid yang di Wattpad, makanya aku terbitin duluan.

Apakah yang di Wattpad bakal tamat? 🙈 kalo ga tamat, ntar bonusnya apa kabar?

Buat yang belum bisa baca Karyakarsa, baca di Wattpad masih bisa paham ceritanya walau past story dan Arnav's side ga ada di sini. Aku belum ada niat bikin pdf di playstore dan lainnya. Terlalu banyak app, aku juga blinger. Ini mau fokus 2 app dulu. Wattpad dan Karyakarsa buat Little Mermaid. Semoga kalian paham ya ☺️🙏

Aku akan coba cari cara buat yang ada di luar negeri biar bisa baca cerita ini dengan mudah. Aku paham situasi kalian 🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro