Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-[9/10]






----------

Ethecismus Project

My Cool Darling
[HighSchoolAU!]

Nakajima Atsushi x Kuudere!Reader's

----------






"Eh? [Name]-chan tidak sekolah hari ini?"

Manik dwi warna semakin membulat, kelopak matanya Ia kedipkan beberapa kali tanda kaget. Mendapati kabar bahwa sosok gadis yang hampir tidak pernah izin ke sekolah hari ini ternyata tidak hadir.

"Ya, katanya dia sakit."

"Aku ... tidak tahu. Dia tidak mengabariku sama sekali."

Orang yang menjawab pertanyaan Atsushi berdeham sambil menutup mata, "Mungkin Nagasawa tidak terlalu percaya padamu."

Atsushi menatap datar, tersirat ada kekesalan di dalam kelereng emas campur violetnya. Kenapa, sih, pria satu ini suka sekali menurunkan rasa percayanya kepada [Name]? Ya, dia tahu ada suatu hal di antara mereka sehingga Akutagawa dan dia seringkali berdebat tentang masalah yang bahkan hampir tidak penting. Namun, ini ada kaitannya dengan gadis yang Ia sukai. Kalimat yang dilontarkan Akutagawa Ryuunosuke seolah menyiratkan bahwa dia sangat tidak suka atau bahkan benci melihat Atsushi bahagia. Walaupun sebenarnya memang iya juga, sih.

Baiklah, sekarang bukan saatnya memikirkan hal itu. Mungkin sekarang, lebih baik Atsushi membuat rencana untuk mendatangi rumah sang gadis sepulang sekolah nanti.

*

Dentingan samar antara mangkuk kaca serta sendok stainless mengisi keheningan. Sang pelaku memberikan benda berisi bubur hangat di dalamnya kepada sosok gadis di hadapannya.

"Kau tahu? Kau tidak perlu sampai repot-repot begini, Atsushi-kun," ujar [Name] sambil menatap mangkuk hangat yang ada dalam tangannya.

"Setelah tahu bahwa kau sakit tanpa ada yang mengurus? Lalu, setelah tahu bahwa kau belum makan dari kemarin malam? Ditambah, kau tidak minum obat demam sama sekali. Ah, tidak. Bahkan aku tidak yakin kalau di rumahmu ada obat demam." Atsushi mengoceh panjang lebar dengan nada khas emak-emak, disertai dengan gelengan kepala ringan. Ia berbalik, mengurus beberapa hal di belakangnya, entah itu obat atau kompresan.

"Makan!" lanjutnya dengan intonasi yang tegas. Mendengar hal itu, [Name] segera menikmati bubur buatan Atsushi. Memakannya dengan lahap dimana hal tersebut memang wajar.

Beberapa saat setelah itu, sebelah tangan sang pria menyingkirkan helaian rambut yang menutupi kening sang gadis, menempelkan benda tipis dingin di atasnya dengan tangan yang satunya lagi.

"Kemana keluargamu?" tanyanya sambil meraih satu butir obat dan menyodorkannya.

[Name] menerima obat tersebut dengan kepala menunduk, "Sedang keluar."

"Saat salah satu dari mereka sakit?"

"Aku tidak bilang kalau aku sedang sakit."

"Kenapa?"

[Name] tersentak, kelerengnya menggelap. Kata yang ingin Ia lontarkan tertahan di tengah kerongkongannya. Atsushi yang seolah mengerti mengusap bahu sang gadis dengan lembut, menatapnya dengan hangat, tersirat bahwa Ia mengatakan, 'Beritahu aku.'

"Jika kau tidak ingin membicarakannya, tidak masalah." Atsushi berucap sambil tersenyum. [Name] membuang nafas lega, namun segera tersadar bahwa kalimat yang Atsushi lontarkan berlawanan dengan tatapan yang lelaki itu berikan.

Gadis itu meremas segenggam selimut, "Kalaupun aku memberi tahu mereka, apa mereka akan peduli?"

Satu pertanyaan retorik yang diucapkan berhasil membuat Atsushi kehilangan kata-kata. Satu kalimat singkat yang terlontar telah berhasil membuat Atsushi sadar tentang hati [Name] yang sebenarnya terluka.

Lelaki itu menundukkan kepala. Tak perlu bertanya kembali untuk menjelaskan keadaannya.

"[Name]-chan ....," Atsushi menarik nafas dengan sorot sendu. "Kau jarang memberitahuku apapun tentang dirimu, termasuk keluargamu, temanmu, atau perasaanmu."

"Ah, itu ...."

"Apa sebenarnya ... kau tidak percaya padaku sampai jarang sekali menceritakan tentang dirimu? Bahkan saat kau sakit sekalipun, kau tidak memberitahuku," ujar Atsushi lagi, tak memberikan kesempatan bagi [Name] untuk buka suara. "Aku jadi ragu tentang perasaanmu padaku."

Gadis di hadapannya membelalak dengan perasaan panik dalam hatinya.

"B-bukan seperti itu! Aku tidak bercerita kepadamu bukan karena aku tidak percaya padamu!"

"Lalu, kenapa?" Atsushi mengangkat kepala, menatap sang gadis dengan tatapan bertanya.

[Name] memalingkan muka, bibirnya bergerak tak tentu tanda ragu. Setelah belasam detik tak bersuara, Ia akhirnya menghembuskan nafas berat, "Aku tidak mau membebani pikiranmu dengan ceritaku."

"Eh?"

"Kau ini orangnya gampang overthinking. Jika aku menceritakannya, overthinking-mu akan lebih parah," ujar [Name] lagi sambil melipat tangan. Ia sejujurnya tidak mau mengatakan ini secara terang-terangan, tapi mau bagaimana lagi?

"A-ah ...."

"Lagipula, kenapa kau harus ragu?! Apa yang membuatmu ragu dariku?" Gadis tersebut berbalik tak memberikan Atsushi kesempatan. Tersirat belasan pertanyaan dalam tatapannya. Tentang bagaimana Atsushi bisa meragukannya, apa yang membuat Atsushi ragu, kalimat apa yang bisa membuat kepercayaan lelaki itu naik turun.

"Uh ..., um...." Sang pria tampak gelisah, nafasnya tak beraturan. Merasa ragu untuk menjawab. "Sikap dinginmu?"

"Apa?!" [Name] memekik. "Hanya itu?"

"Um ... tidak juga." Atsushi menggaruk bagian belakang kepalanya. Masih tak mampu menghadapi tatapan menginterogasi dari sosok gadis bermarga Nagasawa.

"Lalu, apa lagi?"

Atsushi masih tampak ragu. Namun, segera Ia singkirkan keraguan itu dan mulai menggerakkan lidahnya lagi, "[Name]-chan tidak pernah pacaran, 'kan? Jadi, aku sempat berfikir bahwa [Name]-chan menerima ajakanku karena hanya penasaran bagaimana rasanya pacaran."

Mendengar penjelasan tersebut, sebelah alis sang gadis terangkat tanda heran. Sebelum akhirnya, gumaman penuh tanda tanya mengisi hening yang sudah terjadi selama setengah menit. Tak lama kemudian, tawa tertahan mengisi indra pendengaran Atsushi. [Name] dengan posisi duduk selonjorannya menutup mulut agar tawanya tidak terdengar terlalu keras. Disisi lain, Atsushi yang kebingungan memiringkan kepala dengan tatapan polosnya.

"Astaga, Atsushi-kun, aku tidak tahu kalau kau bisa berfikir sejauh itu," ucap [Name] setelah tawanya reda. Ia tersenyum hangat, "Perasaanku kepadamu itu tulus, kok."

"Begitu, ya .... Kalau begitu, kenapa kau tertawa?"

"Wajahmu saat mengatakan semua itu lucu. Seperti anak kucing yang ditinggal induknya." Gadis itu tertawa untuk tiga detik. Lalu kemudian, kembali tersenyum hangat. "Dengar, aku memang tidak pernah berpacaran sebelumnya. Tapi, jika aku hanya penasaran bagaimana rasanya pacaran, aku pasti tidak akan berpacaran denganmu."

"Eh, kenapa?" Atsushi bertanya. Untuk sejenak, Ia berfikir [Name] tidak akan memilihnya karena bukan orang yang sempurna dan cocok dengannya.

"Karena aku pasti sudah menjalin hubungan dengan Akutagawa-kun saat ini," lanjut [Name] sambil mengangkat bahu, seolah tak peduli dengan Atsushi yang masih kebingungan. Pikirannya masih mencerna apa yang gadis tersebut katakan.

Setelah setengah menit berfikir, Atsushi menyadari sesuatu. Ia mengangkat jari telunjuknya bagaikan orang yang mendapat pencerahan. "Ah, aku mengerti. Jadi ...."

Eh, tunggu.

"EEEEEEHHHH??!"


Tbc.




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro