Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-[8/10]


----------


Ethecismus Project

My Cool Darling
[HighSchoolAU!]

Nakajima Atsushi x Kuudere!Reader's


----------







"Atsushi-kun, solusi dari masalahmu sudah kau siapkan sejak awal."

"Hah?!"

"Kau bisa menggunakannya sebagai permintaan maafmu dan berbicaralah dengannya. Dan itu jika kau memang pemberani."


*


Pagi hari, matahari masih sedikit bersembunyi. Angin dingin berhembus seolah-olah berusaha menembus tulang. Namun, semua itu tak menghentikan seorang gadis untuk berjongkok di halaman sekolah sambil meletakkan beberapa sendok makanan kucing di atas piring kertas.

Tak lama kemudian, suara gesekan antara tanah kering dan sepatu lain mengisi hening. [Name] mendongak ke atas, mendapati sosok tinggi bersurai abu yang kini ikut berjongkok menyamakan tinggi mereka.

Atsushi menarik nafas, guna menghilangkan canggung dan kegugupan. "[Name] ... -chan."

Baru saja Ia membuka suara, orang yang baru saja Ia sebutkan namanya sudah bangkit dan kembali melenggang pergi. Meninggalkan sang lelaki yang telah mematung bagaikan disambar petir di pagi hari.

'Dia ... menjauhiku.'


*


Percuma.

"[Name]-chan, aku ...."

"Aku sibuk."

Percuma.

"[Name]-chan, mau makan siang bersamaku?"

"Aku akan makan dengan temanku."

Benar-benar percuma.

Setiap kali pria itu mendekat dan berbicara, Nagasawa [Name] pasti akan langsung menjauh darinya. Gadis itu benar-benar marah atas kejadian kemarin.

Mungkin untuk hari ini, mereka hanya dikuasai kecanggungan belaka. Hanya berusaha menjaga jarak mereka secara sepihak. Namun, Atsushi yakin jika dia dan [Name] terus seperti ini tanpa adanya komunikasi, hubungan yang telah merema jalin selama 2 bulan ini pasti akan kandas.

Pria berusia 17 tahun tersebut menggeleng frustasi sambil memukul kedua pipi. Berusaha menghalau semua pikiran negatif yang terus bersarang dalam benaknya.

Disisi lain, lelaki bermarga Akutagawa yang melihat tersebut menatap Atsushi sinis dengan alis yang terangkat sebelah. Ia mendengkus, "Dasar calon suami takut calon istri."

"Bisakah kau tidak perlu berkomentar sekarang ini?!" Atsushi mengangkat kepala, meninggikan nada suara.

"Apa? Aku hanya mengatakan fakta."

"Fakta apanya?! Kau hanya suka melihatku menderita."

"Memang." Akutagawa mengangkat bahu acuh. "Tapi yang kukatakan tetap fakta."

Si surai abu membuang nafas, tak berniat melanjutkan perdebatan tak berfaedah yang hanya akan semakin membebani kepalanya. Ia menelungkupkan wajah di atas meja, masih mencari cara agar bisa memberi penjelasan kepada [Name].

"Kadang, kau harus sedikit lebih tegas kepadanya."

Satu kalimat yang terlontar dari si manik abu mengalihkan Atsushi dari pikirannya. Alisnya berkerut, tampak berfikir. Ya, dia bisa saja berlaku tegas terhadap kekasihnya, namun tidak mau jika harus terkesan keras di mata sang gadis. Lalu, Atsushi juga kurang bisa mengeluarkan nada tegas jika hal tersebut ditujukan kepada [Name].

"Jika tidak bisa melakukannya, maka kau pengecut, Jinko," ujar Akutagawa lagi tanpa melirik Atsushi kembali.

"Terdengar mudah untuk pria yang mampu mengangkat tangan pada wanita." Atsushi membalas dengan sinis setelah hening beberapa saat. Membuat Akutagawa melebarkan matanya.

"Diam, jangan berkomentar! Aku hanya memberi saran! Lagipula, itu hanya sekedar ancaman, aku tidak pernah memukul wanita manapun!"


*


Hening mengisi, hanya suara langkah kaki yang terdengar melintasi koridor kelas, diikuti buangan nafas kasar yang berasal dari sosok gadis dengan kelereng violet.

Tak lama kemudian, netra dengan garis tajamnya melirik ke belakang. Tempat dimana orang yang Ia jauhi selama satu hari ini berada. Langkahnya Ia percepat, mukanya Ia palingkan. Tidak mau bertemu dengan Nakajima Atsushi untuk beberapa lama.

Namun nihil, usaha [Name] gagal karena genggaman yang cukup kuat di salah satu tangannya. Gadis itu berbalik, menatap tajam kepada si pelaku.

"Lepas!" titahnya dengan nada ketus.

"[Name]-chan ...."

"Kau tidak dengar?!"

Atsushi menggigit bagian bawah bibirnya. Alisnya berkerut. Kalimat yang Akutagawa ucapkan tadi kini terngiang kembali.

"Kadang, kau harus sedikit lebih tegas kepadanya."

"Dengar, Nagasawa [Name]." Sang Pria menegaskan cara dia berbicara, dengan harapan dia tidak akan kelepasan. Tangannya masih menggenggam pergelangan tangan [Name]. "Ini bukan sesuatu yang bisa kita selesaikan hanya dengan diam."

Gadis di hadapannya tak mampu berkata, Ia menunduk. Seolah memberi jalan kepada Atsushi untuk melanjutkan apa yang ingin dia katakan.

"Kau salah paham. Aku dan Kyouka-chan tidak seperti yang kau pikirkan. Kami hanya-."

"Bagaimana bisa aku tidak berfikiran negatif jika perlakuanmu kepadanya saja seperti itu?!" [Name] memotong dengan cepat sambil memalingkan muka, "Kau bahkan hampir tidak pernah menepuk kepalaku seperti itu."

"Itu adalah caraku menunjukkan rasa terimakasihku!" Manik dwi warna Atsushi ikut menajam, berusaha menegaskan pernyataannya kepada sang gadis.

"Hubunganku dengan Kyouka-chan ... tak lebih dari sekedar adik dan kakak. Aku menyayanginya sebagai saudariku, dan Kyouka-chan juga sama halnya seperti aku," lanjut Atsushi dengan nada yang lebih lembut. Lelaki tersebut menghela nafas, "Jadi, aku harap kau percaya kepadaku. [Name]-chan dan Kyouka-chan itu punya posisi yang berbeda."

Mata [Name] semakin melebar. Kemudian Ia menunduk. Antara ragu, malu, atau bahagia, semua itu tercampur aduk dalam dalam hatinya.

Ia bisa merasakan bagaimana genggaman itu melembut dan mengangkat tangannya, diikuti rasa dingin besi yang mulai mengenai kulit [Name]. Gadis itu mengangkat kepala, garis tajam itu semakin melebar ketika melihat gelang dengan rantai kecil dan hiasan berbentuk bunga violet yang menggantung dengan indahnya.

Disisi lain, Atsushi yang kini telah tersenyum samar mengusap punggung tangan [Name] lembut, "Aku meminta bantuan Kyouka-chan untuk membuatkan gelang ini untukmu. Tadinya akan kuberikan kemarin, tapi malah terjadi kesalahpahaman. Maaf, ya ...."

[Name] menggeleng dengan cepat, "Tidak. Harusnya aku yang meminta maaf. Khususnya kepada orang yang telah membuatkan ini untukku, dan juga kepadamu. Maaf ...."

Senyum Atsushi melebar, bersamaan dengan nafas leganya. Kedua matanya membentuk bulan sabit yang cukup manis, "Tidak apa-apa. Setidaknya, aku bisa tahu kalau ternyata kau cukup pecemburu."

Jeda sejenak setelah kalimat tersebut terucap. Setelah belasan detik berlalu, wajah [Name] memerah padam. Rahangnya terjatuh menunjukkan rasa gugup serta malu.

"A-ah ... itu ... a-aku hanya ...."

Sebuah tepukan ringan di atas kepala [Name] muncul. Disertai senyum secerah mentari dari Nakajima Atsushi. Dimana hal tersebut membuat sang gadis semakin mirip dengan buah stroberi yang sudah matang.

"Ini yang kau inginkan, bukan? Aku akan melakukannya lebih sering mulai sekarang," ujar Atsushi, seolah tak peduli dengan bagaimana keadaan jantung pacarnya sekarang ini.







Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro