-[6/10]
----------
Ethecismus Project
My Cool Darling
[HighSchoolAU!]
Nakajima Atsushi x Kuudere!Reader's
----------
Entah sudah berapa lama tradisi ini dilakukan. Namun yang pasti, semuanya berawal dari tahun ajaran baru ketika lelaki itu baru masuk SMA. Di saat bunga sakura berjatuhan dengan latar belakang kanvas biru cerah, Ia melihatnya.
Gadis mahkota malam yang meminjamkan payung kepadanya. Menatap kelopak bunga musim semi, mengangkat tangannya untuk menangkap satu lembar kelopak bunga. Lalu kemudian, senyum tipis namun hangat terlukis di wajahnya. Mempercantik visual seorang gadis dengan helaian gelap yang membingkai mata lebar berlukis bola ungu yang berbinar.
Atsushi tidak tahu, mana yang lebih cantik kala itu. Sang gadis atau bunga sakura yang berjatuhan.
*
Atsushi memperhatikannya lagi.
Di antara jejeran buku perpustakaan, gadis itu membaca halaman demi halaman yang ada dalam buku pelajaran. Raut wajahnya begitu serius, sampai-sampai sorot tajamnya semakin jelas terlihat oleh Atsushi yang bahkan berjarak cukup jauh darinya.
Namun tak lama kemudian, gadis itu tersenyum. Entah karena apa.
Kurva manis yang terlukis lembut di wajahnya membuat sang lelaki abu terpaku untuk beberapa saat. Manik ungunya tampak lebih cerah dari sebelumnya. Kelereng dwi warna Atsushi sampai tak bisa berpaling dari wajah bahagia sang gadis.
*
Mereka sekelas. Keadaan seolah memberikan kesempatan pada sosok bersurai abu untuk memperhatikan gadis bermanik ungu lebih lama.
Namanya Nagasawa [Name].
Gadis yang cukup disegani atau lebih tepatnya dijauhi baik oleh laki-laki maupun perempuan karena sorotnya yang mengintimidasi. Nada bicaranya dingin dan tegas. Tidak heran dia tidak didekati siapapun.
Kecuali oleh beberapa orang.
"Hey, [Name]-chan! Bawakan air pakai ember ini, ya! Aku dan yang lain akan pergi dulu ke suatu tempat," titah salah satu dari beberapa orang yang disebutkan sambil menyodorkan ember kosong yang cukup besar.
[Name], yang saat itu masih mengerjakan tugas dari guru menoleh, "Ah ... tapi aku sedang...-"
"Ayolah! Kau, 'kan, kuat. Kau juga temanku, 'kan? Bantu aku, ya?"
"Um ... aku sedang ...-"
Sorot mata gadis yang saat ini menjadi teman [Name] berubah menjadi kecewa, "[Name]-chan, kau tidak mau membantuku?"
Secara refleks, yang diajak bicara menggeleng cepat, "Bukan seperti itu. Aku akan membantumu, setelah membereskan meja ini, sebentar."
"Ah, begitu. Percepat, ya! Terimakasih, [Name]-chan!" Dengan ekspresi bahagia yang kembali, gadis itu meninggalkan ember dan pergi meninggalkan [Name] dengan hembusan nafas beratnya.
Atsushi yang kebetulan melihat kejadian itu ikut membuang nafas. Sudah berkali-kali hal ini terjadi. Perempuan bermarga Nagasawa bukan sosok yang tega melihat sorot kecewa dan sedih dari teman-remannya, meskipun sorot kecewa tadi merupakan sorot palsu.
Atsushi yakin gadis yang tengah Ia perhatikan menyadarinya juga. Lelaki tersebut yakin jika [Name] sadar bahwa dirinya adalah sosok yang dikucilkan diantara circle-nya. Hal itu sudah pasti.
[Name] menggulung lengan bajunya, lalu mengangkat satu ember berisi air dan mulai berjalan cepat menuju kelasnya kembali.
Namun, satu tarikan ke benda yang Ia bawa terasa. Meringankan beban dari jemari kecil yang menahan beban cukup berat. Gadis tersebut menoleh ke arah pelaku. Yang tak lain dan tak bukan adalah Atsushi.
"Ini cukup berat. Biar kubawakan." Atsushi berujar, sambil mendahului sang gadis bersurai malam. [Name] sendiri hanya bisa mengangguk tanda mengiyakan dan segera menyusul pria di depannya.
Hening untuk beberapa detik dalam perjalanan. Atsushi menimang-nimang apa yang akan dia lontarkan, sedangkan perempuan di sampingnya sudah pasti tidak akan bicara duluan.
"Nee, Nagasawa-san ...." Pria tersebut akhirnya buka suara. Menghasilkan [Name] yang menoleh kepada Atsushi.
Tahu bahwa sang gadis menunggu kalimat selanjutnya, Atsushi menarik nafas dalam, "Maaf untuk sebelumnya, tapi ... apakah kau sadar kalau mereka memanfaatkan emosimu dan memaksamu melaksanakan keinginan mereka?"
Tak ada jawaban, Atsushi melirik ke arah sang gadis. Sebuah kepalan tangan muncul, rahangnya tampak mengeras, tatapannya mendadak gelap dan sendu. Menyadari pertanyaannya adalah pertanyaan sensitif, Atsushi membuka mulutnya lagi untuk berbicara. Namun, segera terpotong akibat suara [Name] yang menjadi jawaban.
"Aku tahu."
Mendengar jawabannya, Atsushi membulatkan mata, meskipun sebenarnya dia sudah tahu, "Lantas, kenapa kau masih menuruti mereka? Kau bisa menolak jika kau mau, 'kan?"
"Ya, kau benar. Tapi aku tidak bisa." [Name] menjawab dengan sorot mata yang masih sama, juga kepalan tangan yang masih bertahan.
Sang pria menhela nafas, menatap iba kepada [Name], "Aku tidak berhak menggurui, tapi ... ada kalanya kau harus berhenti menjadi terlalu baik."
"Mhm ... aku tahu." Sang gadis mengangguk. "Tapi aku tidak akan berhenti. Menjadi terlalu baik mungkin salah, namun akan ada saatnya nanti seseorang menyadari kebaikanku, dan tahu cara menghargainya. Aku melakukan ini untuk menyeleksi, siapa orang yang benar-benar bisa menjadi teman tulus, siapa yang tidak."
Tak lama kemudian, tangan gadis tersebut menjadi sedikit lebih rileks. Bola matanya tak lagi menggelap. Digantikan oleh binar dan senyum hangat yang tertuju pada Atsushi, "Salah satunya adalah dirimu, Nakajima-kun."
Sang lawan bicara tertegun, mendengar alasan [Name] yang cukup optimis dengan senyuman manis yang jarang Ia tunjukkan. Ditambah lagi, senyum indah itu ditujukan kepada Atsushi sendiri. Hanya untuk Atsushi saat ini.
Kelereng dwi warna tersebut ikut menambahkan binar di dalamnya. Bersama debu merah di bawah mata, Ia juga tersenyum lembut.
Gadis satu ini ... adalah gadis yang menawan, juga mengagumkan.
Mungkin, memperhatikan seorang Nagasawa [Name] lebih detail lagi bukan hal yang salah.
Tbc.
Gtw ini apaan, random bgt, wkwkw
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro