Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

-[4/10]




----------


Ethecismus Project

My Cool Darling
[HighSchoolAU!]

Nakajima Atsushi x Kuudere!Reader's


----------






Lagi, untuk yang ke sekian kalinya, gadis itu mengetukkan kakinya di atas semen aspal beberapa kali. Tangannya Ia lipatkan, tak lupa dengan raut kesal yang tampak jelas dari sorot matanya. Bahkan, orang-orang yang akan lewat di depannya lebih memilih jalan lain untuk menuju taman bermain.

[Name] tidak pernah sekesal ini pada Atsushi. Sekalipun terkadang lelaki itu membuatnya cemburu, [Name] tidak pernah marah bahkan kesal padanya, karena hal tersebut bukan kesalahan Atsushi.

Namun, kali ini benar-benar murni kesalahan si Pria Abu. Dia sudah berjanji akan menemuinya pukul 10 pagi, di tempat ini. Tapi, lihat sekarang. Sudah berapa lama Ia menunggu? Satu jam? Atau bahkan lebih?

Baru saja gadis tersebut akan meninggalkan tempatnya berpijak. Sebuah suara yang sangat [Name] kenali mengisi indra pendengaran.

"[Name]-chan! Maaf, aku sangat terlambat."

Gadis yang dipanggil menoleh, menatap datar pada sosok lelaki yang baru dua minggu yang lalu jadi pacarnya, "Memang."

Atsushi mendekat, menyadari bahwa [Name] sedang tidak dalam suasana hati baik-baik saja, "Kau marah?"

"Apa yang akan berubah jika aku marah? Mengubah fakta bahwa kau terlambat di kencan pertama kita?" sang Gadis berucap dengan tanpa sadar meninggikan nada suaranya. Lalu, meninggalkan Atsushi di belakang yang langsung tak bisa berkata-kata mendengar ucapan [Name]

Sadar bahwa pacarnya tak mengikuti, [Name] kembali menoleh, "Kau akan ikut atau hanya akan berdiri disana seperti anak hilang?"

Yah, walapun gadis itu tidak mau menunjukkan bahwa dirinya sedang kesal. Pada faktanya, kalimat yang Ia lontarkan sudah melukiskan suasana hati yang sebenarnya.


*


Sungguh, Nakajima Atsushi tidak pernah berniat untuk membuat gadisnya marah. Ia hanya membantu menurunkan anak kucing dari pohon tinggi, menunjukkan jalan kepada orang luar, dan membantu seorang pedagang membereskan dagangannya yang berjatuhan.

Ya ... mungkin tidak bisa dibilang 'hanya' jika semua yang dilakukan telah membuat [Name] menunggu sampai satu jam.

Sekarang, apa yang harus dilakukan? [Name] tampaknya masih kesal. Meskipun ekspresi wajahnya tak berubah, aura dingin dan suram tetap terasa, apalagi oleh Atsushi yang memang sedang berada di sampingnya.

"Um ... [Name]-chan, kau mau main wahana apa dulu? Atau kau ingin membeli makanan saja?" Atsushi bertanya. Demi menghangatkan suasana.

"Terserah."

Mampus.

Kata keramat andalan wanita sudah terucap. Sekarang, Atsushi tambah bingung. Gadis ini benar-benar sedang ngambek.

Pria itu tersenyum kaku dengan keringat dingin, lalu menarik nafas setelah beberapa saat, "Ka-kalau begitu, aku akan mencari makanan dulu. Siapa tahu ada yang menjual puding disini."

"Hn," jawab sang lawan bicara, singkat.


Di saat Atsushi pergi mencari makanan, [Name] melenggang pergi menuju salah satu tempat dengan bola dan kaleng-kaleng yang ditata menyerupai menara. Setelah beberapa saat, Ia melemparkan bola hingga kaleng-kaleng tersebut runtuh. Melampiaskan rasa kesal akibat keterlambatan pacarnya di kencan pertama.

Jika harus terlambat, kenapa harus saat kencan pertama? [Name] tidak mau merusak kencan pertama mereka dengan emosi seperti ini. Tapi, [Name] tidak suka keterlambatan. Bukan karena Ia harus menunggu lama, akan tetapi karena Atsushi sudah berjanji. Lelaki itu sudah berjanji untuk bertemu dengannya di waktu yang tepat.

Ah, dia sendiri heran. Mengapa hari ini dirinya begitu sensitif bahkan untuk hal seperti ini?

"[Name]-chan! Aku sudah mencarimu kemana-mana."

Panggilan dari sosok lelaki abu mendorong [Name] untuk menoleh. Tampak Atsushi dengan dua benda di tangannya berlari kecil menghampiri sang gadis sambil tersenyum seolah semua wajah bingungnya tadi menghilang entah kemana.

"Aku hanya menemukan permen kapas. Tidak apa-apa, 'kan?" Atsushi berkata sambil menunduk dan dengan sedikit nada menyesal di dalamnya. Yang mana hanya dibalas dengan anggukan dari pacarnya.


*


Dua insan itu duduk dalam diam, sambil menikmati permennya masing-masing. Atsushi tak berniat mengajak bicara lagi. Sedangkan perempuan di sampingnya? Jangan harap dia akan berbicara.

Tak lama kemudian, [Name] bangkit dari bangku menuju tong sampah. Atsushi yang melihatnya membelalak dan langsung ikut berdiri sambil melepaskan jaket yang sudah Ia pakai sejak tadi.

Kala stik permen telah masuk ke tempatnya, sepasang tangan melingkari pinggang [Name]. Membuat gadis itu kaget dan refleks membalikkan tubuhnya, wajah datarnya seketika berubah menjadi wajah merah bagaikan kepiting rebus.

Sang pelaku segera menjauhkan diri, menggoyangkan tangannya berusaha menghindari salah paham, wajahnya juga tampak merah akibat perbuatannya sendiri, "A-ah, maaf! Aku tidak bermaksud buruk! Aku hanya ...."

"Ha-hanya apa?"

"I-itu ... [Name]-chan sedang ada di tanggalnya, ya?" Atsushi menggaruk bagian belakang kepala yang tak gatal sambil menghindari kontak mata dengan [Name].

"Hah?!" Sang gadis yang awalnya kebingungan langsung sadar setelah merasakan sesuatu di tubuhnya. Dan seketika wajahnya semakin memerah malu sampai-sampai muncul asap imajiner dari atas kepalanya.

"Kau pasti tidak mau jika hal tersebut terlihat. Makanya, aku berusaha menutupinya dengan jaket yang ada padamu sekarang." Atsushi menjelaskan. "Maaf," lanjutnya pelan.

[Name] tertegun mendengar pernyataan Atsushi. Dan kemudian, langsung merasa bersalah karena telah mendiamkan Atsushi selama mereka bersama hari ini. Perempuan tersebut menunduk, merasa malu akan tindakannya yang kekanak-kanakan.

"Maafkan aku," ucap [Name] dengan kepala yang masih menunduk.

Atsushi memiringkan kepala, "Eh? Harusnya, 'kan, aku yang ...."

"Aku merusak kencan pertama kita. Aku bertindak seperti anak kecil dan membuatmu kebingungan di saat kita harusnya menjadikan hari ini sebagai hari yang menyenangkan. Kau sudah berusaha menyenangkanku tapi aku tak menghargainya. Maaf," jelas [Name] panjang lebar sambil terus menunduk. Menunggu jawaban atau bahkan ucapan menyakitkan dari Atsushi meskipun Ia yakin pacarnya tak mungkin melakukan itu.

Sebuah sentuhan lembut di antara helaian malamnya terasa. Gadis itu mengangkat kepala, mendapati penampakan Atsushi yang tengah tersenyum hangat seolah berusaha menenangkannya.

"Aku sangat terlambat, jadi wajar saja kalau kau kesal. Itu tidak kekanak-kanakan menurutku."

"Ah ... tapi-."

"Sudah, sudah. Lebih baik kau pergi ke kamar mandi. Aku akan mencarikan benda itu untukmu," ujar Atsushi sambil menarik tangan [Name] pelan dengan senyum lembut yang tak kunjung pudar. Menghasilkan sebuah kurva manis yang terbentuk menghiasi wajah berbingkai malam milik [Name].

"Terimakasih banyak."







Tbc.


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro