-[3/10]
----------
Ethecismus Project
My Cool Darling
[HighSchoolAU!]
Nakajima Atsushi x Kuudere!Reader's
----------
Kala itu, rintik air membasahi bumi. Awan mendung menghalangi matahari. Kian detik, rintikan air semakin deras, cakrawala semakin gelap, terkadang, cahaya kilat dan suara menggelegarnya muncul mengagetkan sosok manusia yang tengah berteduh di bawah pohon rindang.
Atsushi menekuk lutut, tubuhnya sendiri Ia peluk, guna menghalau dingin yang semakin menusuk. Terkadang, kedua tangannya menggosok lengan atas untuk mendapatkan kehangatan.
Dia ingin pulang.
Membayangkan dirinya tengah menyesap teh panas di bawah selimut tebal tak cukup untuk menghalau dingin yang semakin menjadi. Terlebih dengan tetesan air dari dedaunan yang membuat Atsushi lebih basah lagi.
Padahal, Ia sudah berlari secepat mungkin ketika awan abu sudah menutupi mentari.
Memangnya membantu seorang wanita tua membawa belanjaannya itu salah, ya, sampai lelaki itu harus mengeringkan sepatu dan pakaian seragamnya saat pulang nanti? Ayolah, seragam ini akan dipakai besok dan sepatunya adalah sepatu Atsushi satu-satunya di tahun ini.
Suara perpaduan antara langkah kaki dan tanah dengan genangan air membuyarkan gerutuan dalam hati milik Atsushi. Ia menoleh pada kaki bersandal dengan sedikit lumpur di sekitarnya, lalu mendongak menatap siapa sang pemilik kaki.
"Ano ...."
Sungguh, Atsushi tak berniat buruk saat itu. Tak pernah sekalipun dia berusaha membuat hati gadis yang menemuinya di bawah hujan terluka. Namun, nada datar dan tegas ditambah rambut terurai acak-acakan yang tengah basah seolah mendorongnya untuk terduduk dengan memasang ekspresi terkejut.
Hampir saja Atsushi berteriak jika dia tidak segera menyadari bahwa yang tengah Ia hadapi saat ini adalah gadis biasa dengan payung di tangannya.
"A-ah, maaf ... aku hanya terkejut," ucap lelaki tersebut, membenarkan posisinya sambil menahan rasa malu.
"Tidak apa-apa." Gadis itu mengangguk. "Kau bisa memakai payung ini jika kau ingin pulang," lanjutnya setelah beberapa saat dan segera menyodorkan benda di tangannya.
"Eh? Bolehkah? Tapi, bagaimana denganmu?" tanya Atsushi dengan raut muka bahagia namun juga khawatir.
"Ya, tentu kau boleh memakainya. Rumahku tepat berada di belakang pohon ini," jawab sang gadis sambil menunjukkan rumahnya dengan tolehan kepala.
Tangan Atsushi terulur, menerima benda tersebut dari sosok bersurai malam, "Terimakasih banyak, um ...."
"[Name]. Nagasawa [Name]."
"Terimakasih banyak, Nagasawa-san! Aku akan mengembalikannya besok." Atsushi tersenyum manis, lalu sedikit membungkuk, kemudian berjalan pergi setelah melambaikan tangannya dengan senyum yang tak kunjung pudar. Meninggalkan [Name] yang mematung di bawah pohon, lalu tak lama kemudian tersenyum bahagia dengan binar yang semakin bercahaya dalam manik ungunya.
Disisi lain, pemuda Nakajima kembali tersenyum. Kali ini, tampak lebih samar daripada sebelumnya.
'Masih ada orang sebaik itu ternyata. Aku yakin dia pasti memiliki banyak teman.'
Yah, begitulah perkiraan Atsushi terhadap [Name]. Jika seandainya saja, Ia tak berhadapan dengan pemandangan yang mengandung kenyataan di depan kelereng dwi warnanya beberapa hari setelah interaksi pertama mereka.
Hujan kembali mengguyur bumi. Atsushi yang kali ini membawa payung juga kembali melewati rumah sang gadis bermarga Nagasawa. Beberapa perempuan tampak berteduh di pohon depan rumahnya.
Tampak sosok gadis yang Ia ketahui namanya berada disana dengan payung di tangannya. Atsushi sudah memperkirakan itu. [Name] adalah gadis yang suka membantu dalam pandangan lelaki itu meskipun mereka baru satu kali saling bertukar kata.
"Ano ... Kalian bisa ...."
"WHOAA!! Maafkan kami! Kami tidak akan datang kembali!"
Tiga perempuan yang tengah berteduh akhirnya lari terbirit-birit di bawah hujan. Meninggalkan [Name] dengan kedongkolan dan kesedihan hatinya. Bahkan, Atsushi yang melihatnya saja sudah bisa merasakan kedongkolan tersebut.
'Aku ... salah.'
Tbc.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro