Answer Time!
.
.
Konnichiwa minasan~
Baiklah! Aku udah ngumpulin beberapa pertanyaan dari kawan-kawan semua-
Arigatou pada kalian yang menyempatkan diri untuk bertanya~
Sekarang waktunya menjawab semua pertanyaan kalian!
Kita mulai dari yang pertama :
Sebenarnya aku lazy crop hasil screenshot🗿//
Pertanyaan dari snowynxrl
[BoEl dan BoFu favoritmu?]
= BoEl favoritku satu tahun ini adalah Boboiboy Taufan~ sang jagoan yang ceria di mana pun dia berada🗿(jangan lupa dia adalah raja dari genre angst).
Setelah hampir oleng ke Gempa, mungkin aku juga mulai oleng ke Solar :>
//hayoyo sekali oleng dua orang//
BoFu favoritku Frostfire dan Sopan~👏
[Kenapa mengikuti project kolaborasi ini?]
= Alasannya gak tahu sih👀 waktu itu aku antusias ikut. Pengin tahu gimana rasanya collab project. Aku membiarkan jariku ngetik menjawab pertanyaan di google form, lalu secara official bergabung dalam collab ini.
[Dan.. em.. cita-cita?]
= Aku tidak punya cita-cita untuk sekarang. Takut diPHP kenyataan. Tapi kalau harapan, tentu aku berharap bisa menjadi lebih baik dan juga tidak menjadi beban keluarga :)
Pertanyaan dari Arixwl
[pelajaran apa yang paling disukai?]
= Aku suka PJOK dan seni lukis/musik! Dua pelajaran itu masih menjadi favoritku dari SMP dulu^^
Lanjuutt~
Pertanyaan dari iraaze
[husbu nya siapa, Kak?]
= masih Upan, kok. Aku punya hampir 50 chapter halu dengan dia dan season 2 yang masih belum diketik~
Pertanyaan dari mayurashinki
[Alasan mengikuti project ini apa?]
= Alasannya sama seperti yang di atas, aku pengin tahu gimana rasanya collab itu~ tambahan juga aku ingin menambah circle antarpenulis fanfiction Boboiboy. Akunku yang ini sepi bener soalnya-
Dari sang owner Cuzhae
[You're awesome!! Coba ceritakan lika-liku dalam pengerjaan kolaborasi]
= hehe, terima kasih Baginda ÒvÓ walaupun sempat telat berminggu-minggu, akhirnya selesai. Lika-likunya sederhana. Hanya atas bawah kiri kanan lalu balik lagi ke atas.
Ideku banyak, cuma tidak tahu harus ditaruh di mana. Aku punya musuh besar dalam penulisan yaitu mood^^
Kalau tidak mood ya tidak nulis. Susah mengembalikan mood ini, harus benar-benar dipaksa dulu. Lalu juga aku kebiasaan halu dulu baru ngetik. Pas buka Wattpad, idenya hilang semua huhu TwT.
Pertanyaan dari RZSecret05
[Apa tantangan terbesar kamu nulis kuudere female lead yang couple sama halilintar yang sikapnya sebelas dua belas itu?]
= tantangannya adalah ketika berusaha membuat interaksi antarmereka berdua. Mereka sama-sama dingin, kulkas batu. Sulit rasanya buat mereka bereaksi heboh.
Makanya di beberapa chapter, Halilintar maupun [Name] sangat OOC dan tema tentang gadis dingin yang punya sisi manis itu tidak kelihatan-
Gomenasai~
________________
Mungkin itu saja?
Sekali lagi terima kasih telah meluangkan waktu untuk berkunjung🙏
Kalau kalian tidak berkunjung, QnA ini bener bener sepi👍
Maaf jika cerita ini tidak sesuai ekspetasi kalian🙏
Terima kasih kepada Kak Cuz dan Kak Zee selaku owner dan admin dari MCD Series ini, mungkin hasilnya agak- ya gitu^^
Bagi yang masih ingin bertanya, dipersilakan~
____________
Oh, ya! Karena seorang reader meminta spesial chapter dan sang Baginda sudah acc, maka kukabulkan.
Aku kurang yakin kalau ini spesial chapter, anggap saja bonus, ya?
//terlalu banyak berharap itu tidak baik//
___________________________________
Tik!
Tik!
Tik!
Ribuan air hujan turun membasahi bumi. Halilintar mendongak memandang langit yang kian menggelap.
Ia meraih kunci inggris, lanjut memperbaiki mobilnya. Membiarkan dirinya dibasahi hujan. Halilintar tampak mendengus samar.
Tatkala hendak membongkar beberapa mesin, seorang anak kecil dengan riang berlari menghampiri dirinya. "AYAAHH!"
Duph!
Anak kecil itu terpeleset dan jatuh. Ia tak menangis, malah matanya mengedip imut. Beralih memukul luka dilututnya dengan sebal lalu lanjut menghampiri ayahnya. "Lian mau bantu!"
Halilintar merentangkan satu tangannya, menyambut sang anak sambil mengulas senyum tipis.
Sekian tahun berlalu, Halilintar dan [Name] secara official menyandang status suami istri. Lian merupakan putra pertama mereka yang tentunya sangat mereka sayangi.
Halilintar mengelus pipi gembul milik Lian tanpa menyadari ada noda oli di tangannya. "Katakan pada Ayah kenapa Lian lari dari Bunda?"
Jangan tanya darimana Halilintar mengetahuinya. Ia sempat mendengar teriakan [Name] beberapa detik lalu.
Sang putra mengedipkan matanya lagi. "Bunda gak sweru, Ayah. Maswa Lian mawu antu gak boleh," jawabnya sembari memainkan peralatan besi. Pipi gembulnya bergerak lucu kala ia menggumamkan sesuatu.
Halilintar menggeleng kepalanya samar. Bantu? Ia sering sekali melihat Lian diam-diam mencabut daun sirih milik tetangga agar [Name] tidak perlu pergi ke pasar lagi.
Pikiran anak kecil memang polos.
"Bantu apanya kalau Lian malah nyabut tanaman tetangga? Nanti tanamannya bisa sakit."
"Itu 'kan urusan tanamannya," balas Lian acuh lalu terkikik riang.
Ada satu hal yang tidak diturunkan kepada Lian adalah sifat milik kedua orang tuanya.
Heran, Halilintar dan [Name] sifatnya cool namun anak mereka ceria dan jahil akut. Apa rumus minus dikali minus sama dengan plus itu nyata adanya?
Halilintar menggenggam kedua tangan Lian. "Dengerin ayah, jangan keseringan mencuri, Lian. Gak baik, nanti kamu bisa ditangkap polisi."
"Lian mau ditangkap polisi?'
"Gak mau!"
"Lian sayang~ cucu kakek yang paling imut-" Amato muncul dari balik pintu, sejenak matanya melirik segala arah lalu melotot kala melihat anak cucunya sedang bermain hujan.
"Lho? Hali! Kok kamu biarin anak kamu main hujan?!" Amato berseru dari teras rumah, meski begitu beliau tak berani menghampiri mereka.
Amato sadar umur, rawan bila terkena suhu ekstrim.
"Sekali-kali, Yah." Halilintar mendengus. Dasar Amato. Dahulu anaknya dilupakan, giliran cucunya diingat setiap saat.
Tidak adil!
Kemudian [Name] terlihat menghampiri mereka. Di tangannya menggenggam sebuah nampan berisi teh, kopi dan susu hangat. Sedangkan di bahunya tergantung handuk kecil.
Sang istri meletakkan nampan tersebut di meja teras yang tidak terpapar hujan. "Kalian berdua, udahan main hujannya! Nanti sakit! Lian, sini!"
"Ayo belajar, sayang!"
Lian menggembungkan pipi. "Gak mau Bundaaa... Lian bosennn."
"Mau Bunda tambah PRnya?" ancam [Name] sembari mengecak pinggang. Sebegini repotnya rupanya mengajari seorang anak. Tadi pagi [Name] mengajak Lian belajar mengenal huruf namun anaknya malah mengajak tetangga sebelah untuk bermain.
Setelah makan siang, [Name] mencoba membujuk dan hasilnya tetap sama. Mau tidak mau [Name] harus menggunakan cara tegas.
Lian merengek sambil menggoyangkan tangan Halilintar. "Ayahh, Bunda jahat..."
[Name] berdecak samar. Hujan-hujan begini dipikirnya [Name] tidak tahu Halilintar mengiyakan rengekan anaknya?
"Huh." Perlahan [Name] menghela napas. Mungkin ia harus membiarkan Lian dan Halilintar berbagi kasih sayang terlebih dahulu sebelum mereka berpisah untuk waktu yang lama.
Amato memperhatikan interaksi keluarga kecil itu. Sedikit banyaknya penyesalan terbit dari dirinya. "Maaf, [Name]. Mungkin ini bakal memberatkan kamu."
Beliau tahu cepat atau lambat ini akan terjadi. Halilintar seorang pemimpin perusahaan, tentunya tidak selamanya menetap. Ada kalanya ia bepergian ke luar negeri untuk menyelesaikan pekerjaan.
Minggu depan Halilintar akan berangkat ke Eropa, menetap di sana selama setahun yang artinya LDR mereka akan lebih lama.
"Gapapa, Ayah. Hanya setahun, itu tidak lama." [Name] tersenyum tipis. Ia jadi galau, [Name] akan sangat merindukan suaminya nanti.
"Hachu!" Ayah-anak yang bermandi hujan itu bersin secara bersamaan.
[Name] panik menghampiri mereka. "Tuh 'kan! Sudah Bunda bilang jangan main hujan. Lihatlah, sudah bersin. Bentar lagi pasti flu." Ia mengomel seraya menggendong Lian.
[Name] menatap datar Halilintar, namun di netra matanya tergambar jelas kekhawatiran. "Hali, kamu juga! Ganti pakaianmu."
"Iya, sayang. Bentar aku perbaiki mobil dulu."
"Mobil lebih penting dibanding kesehatan?"
"Ayaahh ayo main hujan lagi!"
"Ayo, sini sama ayah."
"Hali! Lian!~"
.
.
________________________
Hayoyo, sedikit gaje?
Terima kasih yang sudah membaca sampai habis~
Hamba izin undur diri🙏
02 Oktober 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro