[2/10]
.
.
Aku tidak terima...
Halilintar menaikkan sebelah alisnya sesaat. Dirinya sibuk memasang speaker dan mikrofon kala [Name] senyam-senyum tak jelas di sampingnya. Biasanya hanya wajah datar yang tunjukkannya, namun kini berbeda.
"Ada apa?" Ia mengeluarkan suara untuk bertanya.
[Name] tersadar dari lamunan. Sejenak memproses pertanyaan kekasihnya lalu menggeleng pelan. "Hanya teringat sesuatu."
"Katakan, apa itu?" Halilintar meninggalkan tugasnya, beralih mendekati [Name]. Dalam benaknya penasaran apa yang membuat gadisnya senyum lebar seperti tak ada hari besok.
Padahal ia dan [Name] hampir sama sifatnya. Pasti penyebabnya bukan hal sepele.
[Name] sekali lagi menggelengkan kepalanya, tidak berniat mengungkapkan. Meski begitu ia tetap tersenyum kecil. Surai hitam ponytailnya digoyangkan ke kiri dan kanan.
Halilintar gemas. Ia mengecup pipi [Name] secara tiba-tiba membuat gadis itu membeku kaget.
Giliran Halilintar yang terkekeh. Ia menarik dagu [Name] naik, mengikis jarak mereka. Menatap manik ungu milik [Name] yang jelas menunjukkan rasa cinta.
"Berbagilah denganku. Apa yang membuatmu senyum?" ucapnya dengan nada rendah.
[Name] mengalihkan pandangan. Halilintar benar-benar tahu kelemahannya. Suara bass laki-laki selalu sukses membuat wajahnya bersemu. "U-um...."
"WOI BERDUA! MESRA-MESRAAN JANGAN DI DEPAN UMUM," teriak duo Troublemaker dengan jiwa single yang meronta-ronta.
Halilintar dan [Name] sontak memisahkan diri, gugup menatap ke arah yang berlawanan. Mereka lupa bahwa mereka masih berada di lapangan sekolah.
Seluruh mata peserta MPLS mengarah pada mereka. Puluhan adik kelas menjerit baper menyaksikan tingkah mereka.
"Dasar tidak tahu tempat," celetuk Ice dan Solar serentak.
"Entah nih!"
"KYAAAAAAA!"
"OMG! OMG!"
"Ekhem! Tes, tes... para peserta silakan lanjutkan kegiatan kalian sebelumnya dan kalian berdua tolong fokus," tegur Gempa sebagai ketua OSIS.
"Baik."
________________________________
"Kak, tolong tandatangan." Seorang adik kelas laki-laki datang menyodorkan buku dan pena.
Suatu rutinitas saat MPLS, peserta diwajibkan meminta tandatangan teman dan para anggota panitia penyelenggara.
[Name] mengambil dua benda itu. "Gombalin aku." Ia mengajukan syarat.
Halilintar dari seberang sana sontak melotot tidak terima. Apa-apaan?! Kenapa [Name] memberi syarat seperti itu pada adik kelas?
[Name] adalah pacarnya, hanya ia yang boleh menggombali [Name]!
Sorot matanya berubah tajam saat itu juga. Memerhati [Name] secara intens tanpa ada yang kelewatan. Thorn yang memanggil pun tidak didengar.
Kalau [Name] terpengaruh dengan gombalan tersebut, maka Halilintar bisa mempertanyakan kesetiaan kekasihnya.
[Name] sendiri terdiam dua detik setelah mengatakan itu. Jujur, kalimat tadi keluar spontan dari mulutnya. Ia tidak bermaksud lain. Tapi mengerjai Halilintar sepertinya seru.
Adik kelas laki-laki tampak melirik ngeri ke arah Halilintar. "Ada sertifikat keselamatan 'kan, Kak?" tanyanya ragu.
Jangan sampai ia masuk rumah sakit karena menggombali pacar orang.
[Name] hanya mengangguk. Sang adik kelas tampak pasrah. Di satu sisi mau tanda tangan, di sisi lain nyawanya sebentar lagi berada di ambang kematian.
"Kakak itu seperti angka."
"Karena jika dihitung tak akan terhingga."
Krik krik krik krik
"Kamu perlu belajar lagi." [Name] dengan muka datarnya berkomentar sembari memberi tandatangan.
Datar banget gombalan ini, layaknya kata-kata puitis tanpa makna yang menyajikan seluruh kehampaan ruang angkasa.
[Name] kadang berpikir keras, apakah standar gombalannya yang terlalu tinggi atau bagaimana?
Saat ia membaca kumpulan gombalan di internet, [Name] bisa tertawa atau terkikik geli. Tetapi saat digombali orang lain, ia merasa kurang.
Kesannya gombal tapi bukan gombal.
Kryuuk~
Perutnya berbunyi keras. [Name] menutup setengah wajahnya yang memerah malu. Buru-buru ia mengusir adik kelasnya.
"Makasih, Kak."
Ketika perut berbunyi keras dan di sekitar kita ada orang, pastilah kita sontak salah tingkah. Malu mendadak. Menurut [Name] normal.
Namun karena Halilintar berjarak cukup jauh dari [Name], ia jadi berpikir bahwa [Name] salah tingkah akibat gombalan adik kelas tadi.
Dengan hati yang membara, Halilintar melangkah menjauhi lapangan. Moodnya jadi turun.
Di sisi lain [Name] menggaruk telinganya geli. Ia menoleh ke arah Halilintar berdiri tadi. Sosok bertopi hitam itu sudah tidak ada di sana.
Waduh, gawat!
Bonus :
"Hali, dengarkan aku."
"..."
"Aku gak bermaksud-"
"Kamu tersipu, baper huh?"
"Bukan! Tadi perutku berbunyi keras. Aku belum makan dari pagi-"
Sret!
"Kita ke kantin sekarang."
"Kamu cemburu?"
"Tidak."
.
.
... jika [Name] dibuat salah tingkah oleh orang lain. Itu tanggung jawabku!
________________________________
Cringe bintang empat 👁👄👁
I'm sorry! Otakku lagi ngelag.
Hal yang paling menyebalkan adalah ketika kita menulis cerita romance dengan muka datar.
Waktu ngetik chapter geli-geli sendiri.
Tapi saat membaca ulang, hanya muka datar yang bisa kupaparkannnn.
Argghhhh-
Terimalah gambar ini~
Sekian terima gaji🙏
.
.
.
26 Juli 2022
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro