Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

[5/10]

Aku tidak percaya...

_________________________

APAKAH kamu percaya pada cinta?

[Name] tidak tahu, bagaimana caranya mencintai seseorang atau menyayanginya melebihi dirinya sendiri. Apakah ada orang yang pantas dicintai selain dirinya sendiri?

Entah narsistik atau sejenisnya, dia terjebak di cinta monyet ini. Apakah [Name] benar-benar mencintai Gempa? Jika ditanya, dia tidak yakin, bagaimana perasaannya pada pemuda baik hati itu. Dia tidak paham.

Tapi, ketika pria itu terlambat. Bahkan anehnya dia masih rela menunggu hingga empat jam, itu aneh bukan? Katakan itu aneh, dia benar-benar tidak paham. Serius. Bahkan ketika melihat semua ekspresi, kata, juga senyuman pria itu, dia tidak bisa sepenuhnya marah.

Apa ini benar-benar cinta?

[Name] menghembuskan napas panjang. Sudah cukup, otaknya sudah sakit untuk berpikir lagi. Kini dia kembali fokus pada pemandangan dari atas bianglala bersama sang kekasih. Lampu kelap-kelip hangat menghiasi kota. Indah.

"Indah, ya.."

"Hm."

[Name] berdehem, dan menatap setiap ekspresi yang Gempa keluarkan, pria itu yang tersadar kembali membalas tatapannya hangat. "Lihat, banyak bendera merah-putih buat dekorasi taman bermain sekarang. Di sepanjang kota juga. Sebentar lagi peringatan kemerdekaan.."

[Name] mengangguk, dia sudah tahu. Dia sudah melihatnya sedari awal masuk ke taman bermain. Dia ingin menjawab, tapi matanya memberat, sepertinya dia sudah benar-benar lelah. "Katanya perjuangan itu susah, untung saja kita sudah di masa sekarang.."

[Name] tidak lagi menjawab, sayup-sayup suara Gempa memasuki kepalanya dan dia mulai tertidur, hal terakhir yang dirasakannya adalah benda hangat yang diberikan lembut membungkus punggungnya. Dengan usapan lembut yang menenangkan.

.

.

.

"[Name]?"

[Name] terbangun menatap Gempa di depannya, tidak, apakah orang ini benar-benar Gempa? Bagaimana pakaian kekasihnya itu bisa kampungan dan kuno seperti itu? "Gempa?"

"Ya, [Name]." Tidak. Ini tidak benar. Dia melirik sekelilingnya, dan menemukan dirinya di pantulan jendela. Penampilannya aneh, dia mengenakan kimono dengan sanggul di kepalanya dengan berbagai hiasan, bagaimana wajahnya kini berubah menjadi lebih pucat dengan ras Jepang yang kental. Sebenarnya ini di mana?

"[Name]!"

"Ah, Kau sudah dipanggil oleh Kapten. Aku pergi dahulu."

[Name] mengerutkan dahinya, lantas menatap pria dengan pistol di belakangnya, wajahnya sangat mirip dengan sang ayah yang pemarah. "Baka janai no? Naze genjūmin to kōryū shita nodesu ka?!"

Hah? [Name] tidak mengerti, hingga akhirnya dia dibawa masuk ke rumah. Di sana pria-pria sipit berkumpul menunduk hormat kepada ayahnya. Dia sekarang dikurung di kamarnya.

APA YANG SEBENARNYA TERJADI?!

.

.

.

Tidak. [Name] itu orang orangnya itu tenang. Dia tidak terburu-buru seperti ini. Dia menghembuskan napas, dan menatap orang-orang yang disebut pribumi. Tidak, ras mereka mirip seperti Gempa tadi.

"Aku ada di mana?"

"A- Anda bisa bahasa kami?!"

Astaga. [Name] hanya ingin tahu apa yang terjadi. "Yah, tolong jawab saja pertanyaanku." Wanita dengan kulit sawo matang itu mengangguk menatapnya dengan takut-takut. "Anda berada di rumah Kapten. Kapten Shibuya. Jika Anda bertanya lokasi, Anda berada di Nusantara, tempat para pribumi hidup dan dijajah."

Mulut [Name] membeku dengan tatapan tidak percaya. "Sekarang tahun?"

"Tahun 1943."

"Yabai!"

[Name] berusaha menetralkan pikiran dan hatinya yang tidak karuan. Lantas perlahan dia keluar dari kamar dan menemukan Gempa menyapu halaman rumahnya. Jadi sekarang kekasihnya itu malah jadi babu?

"Gempa!"

"Ah, [Name]." Gempa tersenyum lembut dan menunduk sebentar. "Apa yang Tuan Putri ini lakukan di luar rumah? Kulit Anda bisa gosong jika begini."

Perhatian pria itu tetap sama, hangat. Lantas dia menatap pria itu lekat-lekat, Gempa di manapun tidak pernah berubah. Apakah sebenarnya dia benar-benar mencintai Gempa hingga sampai seperti ini? Perlahan dia beranjak dari posisinya, tapi dari arah belakang Gempa, letusan terdengar. [Name] bisa merasakan seseorang mendekapnya dengan kuat melindungi tubuhnya dari ledakan.

A- apa yang terjadi?

"MERDEKA! MERDEKA! KAMI MEMBUTUHKAN KEMERDEKAAN BUKAN OTORITAS PARA NIPPON!"

DOR!

SRANG!

SRASH!

"HIDUP INDONESIA!"

"GEMPA!" [Name] berusaha membangunkan Gempa yang terkulai lemas di dekapannya. Darah berhamburan, dia bisa melihat wajah dengan punggung penuh luka bakar itu masih tersenyum lembut. "[Name], terima kasih, aku mencintaimu."

DOR!

[Name] tersentak, ketika dua peluru mengenai kepalanya dan mengenai dada Gempa. Tangan mereka berpegangan erat. Sekarang gadis itu yakin, bahwa dia benar-benar mencintai Gempa.

.

.

.

"[Name]. Astaga, kamu sampai ketiduran gini. Yuk, aku antar pulang."

[Name] masih terdiam linglung, kini dia ada di hadapan pria yang dia cintai. Dan Gempa sekarang sepenuhnya baik-baik saja menggendongnya menuju motor untuk diantar pulang.

[Name] berusaha bersikap netral dan tenang, hingga sampai di depan rumahnya, tidak peduli dengan pandangan pria itu. [Name] mengecup bibir Gempa. Itu kecupan pertamanya. Dan dia yakin itu pantas didapatkan.

Dengan cepat dia pergi ke kamarnya, menghiraukan sang ayah yang marah dan menutup pintu kamar dan menangis kecil.

_________________

Bonus

_________________

"[Name]. Kamu jangan terburu-buru gitu. Aku masih belum siap."

[Name] tersenyum tipis menatap wajah kekasihnya yang ada di layar gawai. "Gempa."

"Ya?"

"Aku cinta kamu."

"Apa?"

Pip.

.

.

.

_________________________

... ternyata aku benar-benar mencintainya.

18/08/2022

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro