Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 9 : Beginning Forget You

Jangan lupa VOTE dulu ya~




Descleimer © animonsta


Bruk!!

Siang itu Tok Aba yang sedang asik mengelap gelas-gelas tokonya harus di kejutkan dengan bunyi debuman serta erangan cucu-cucunya.

"Astaga! Yaya, kenapa dengan cucu-cucu Atok ini?!" tanya sang Atok panik tatkala mendapati kelima Boboiboy tergelak di tanah seraya merintih sakit layaknya orang habis di pukuli.

"Kami di hajar Tok."

"Iya. Sakit sekali Tok."

Tok Aba menggeleng tidak percaya. Mana mungkin cucu-cucunya yang punya kekuatan super ini bisa di hajar sedemikian mudah hingga seperti ini. Hingga mata tua sang kakek melihat wajah Yaya yang kesal, kemudian terjawab sudah pertanyaan sang Atok.

"Kenapa lagi dengan cucu-cucu Atok ini, Yaya? Kenakalan apa lagi yang mereka perbuat hingga kamu hajar seperti ini?"

Pertanyaan Tok Aba tidak lantas segera di jawab Yaya. Gadis itu malah menunduk lantaran malu karena Tok Aba pasti mengira dirinya perempuan ganas dan galak karena asal hajar saja kelima cucunya. Yah, bahkan tanpa diberitahu Yaya merasa Tok Aba sudah tahu.

"Maaf Tok, tapi Boboiboy pantas mendapatkannya." Katanya pelan.

"Kenapa begitu?"

Sejenak Yaya ragu mengatakannya tapi kemudian ia berkata mantap, "Dia hampir saja membunuh orang—"

"Atok, maksud Yaya sesungguhnya adalah kami yang hanya memberi pelajaran lima orang preman brengsek kelewat tolol karena berani berbuat senonoh pada pacarku yang cantik ini." sela Taufan tiba-tiba.

Yaya mungkin saja akan merona jika ia tidak bisa mengendalikan dirinya. Ini bukan waktunya untuk tersipu, astaga.

"Benar, Tok. Kami tidak membunuh kok, hanya 'sedikit' menggores mereka. Iya kan' Hali?" ini Blaze.

Yang di senggol malah mendengus dan berkata dengan seringai—demi apapun,Yaya merinding melihatnya, "Aku justru ingin membuat mereka sekarat, Atok."

"Halilintar!" tegur sang Atok.

"Yang penting mereka tidak mati." Dengus Halilinar sebal.

Sedikit Tok Aba tahu inti permasalahan ini. Kelima pecahan cucunya marah lantaran ada segerombol preman yang menyerang Yaya. Tahu bagaimana Boboiboy sangat menjaga Yaya, tentu tidak heran kelimanya marah. Tapi Yaya bilang mereka hampir membunuh para preman, itu juga tidak bisa di benarkan.

"Gempa, Ice. Kalian tidak ingin mengatakan sesuatu?" tanya Tok Aba pada dua persona yang memilih diam.

Gempa yang pertama menjawab, "Tidak, Tok. Maafkan Boboiboy."

Lalu kemudian Ice menyambung, "Tapi kami tidak menyesal. Mereka menyakiti Yaya, jadi mereka pantas untuk sedikit menderita."

Yaya tanpa sadar menahan nafas. Sedikit, katanya? Dengan matanya sendiri Yaya melihat preman-preman itu nyaris mati karena serangan beruntun Boboiboy .

Tok Aba menghela nafas lelah. Entah karena teriknya siang membuatnya pusing atau memang kelakuan cucunya kali ini benar-benar membuat kepala sang Atok sakit.

"Yaya. Coba kemari."

Yaya menghampiri Tok Aba yang memanggilnya seraya melepas gravity pemberat yang di pasang pada kelima pacarnya. Membuat kelimanya mendesah lega dan terlentang nyaman di tanah. Tidak peduli terik matahari menyengat kulit mereka, nyatanya kelima Boboiboy malah bertingkah seperti sedang di pantai.

Hingga kemudian nafas Yaya yang tercekat menarik sedikit perhatian. Salah satunya adalah Ice. Mata biru itu menatap lekat-lekat sang kekasih yang entah kenapa terlihat murung setelah di bisiki sesuatu oleh kakeknya. Dan ketika Yaya mengangkat wajahnya, mata coklat kesukaan Boboiboy entah kenapa bening layaknya kaca.

"Yaya mengerti, Tok."

Ice tidak mengerti kenapa jantungnya tiba-tiba berdegup begitu kencang. Perlahan ia bangkit dan duduk. Matanya tidak lepas dari kekasih manisnya yang berjalan menghampirinya. Ada seulas senyum di wajah cantiknya. Tapi Ice tidak suka dengan lengkungan bibir itu tidak mencapai mata coklatnya.

Dan Ice tahu pecahan yang lain juga merasakannya tatkala satu-persatu dari mereka bangkit dari pembaringan.


kiss


Mata Ice membulat lebar. Tidak menyangka akan datang hari dimana sang kekasih yang galaknya minta ampun memberinya kecupan—meski Cuma di pipi. Wajahnya merona dan jantung semakin berdegup kencang. Tapi rasanya ada yang mengganjal.

"Yaya—Loh? Yaya? Kamu mau kemana?"

Seruan Blaze tidak diindahkan sama sekali. Perempuan pink itu terbang begitu saja setelah memberi kecupan kecil di pipi kelima pacarnya.

"Yaya tunggu—" Taufan bersiap menyusul terbang dengan Hoverboard gaibnya jika saja suara sang Atok tidak memanggilnya.

"Boboiboy, sini bantu Atok."

Kelima Boboiboy tidak bergerak. Mereka saling berpandang satu sama lain.

Seolah mengerti Tok Aba kembali berkata, "Yaya cuma Atok suruh pulang untuk istirahat. Kasihan, anak gadis orang kalian ganggu terus."

Kelimanya masih tidak bergeming. Bimbang. Resah dan khawatir tanpa sebab.

Hingga Gempa berkata, "Baik, Tok. Boboiboy akan membantu Atok hari ini..."

Meski berat, Halilintar, Taufan, Blaze dan Ice tidak memprotes. Dalam hati berjanji akan bersenang-senang dengan Yaya esok hari.

.

.

.

Yaya tidak ada.

Atau sebut saja, Boboiboy tidak bisa menemukan Yaya.

Bahkan dengan kelima pecahannya sekalipun, mereka tidak bisa menemukan Yaya diantara banyak orang di Festival sekolahnya.

Yap, hari ini proker OSIS yaitu Festival sekolah digelar hari ini. Agenda tahunan yang selalu diadakan oleh SMA Rintis dan di buka untuk umum. Kegiatan belajar diliburkan selama 2 hari dan sebagai gantinya para siswa disibukan dengan event masing-masing kelas.

Yang sedikit dari Festival ini dengan tahun-tahun sebelumnya ialah Skalanya yang besar hingga mendatangkan penyanyi terkenal saat ini. Juga mengundang sejumlah band sekolah sekitar untuk menghibur pengunjung dipanggung besar di lapangan serba guna.

Hari ini Tok Aba menutup kedainya dan memutuskan ke Festival sekolah Boboiboy. Sesekali ingin jalan-jalan sekalian kuliner bersama Ochobot—tapi si robot kuning sudah menghilang dari pagi tadi, meninggalkan sepucuk surat kepada Tok Aba. Padahal kelima Boboiboy tahu kalau Tok Aba cuma ingin pergi makan gratis di stand makan Gopal. Mau balas dendam katanya. Jempol Gempa teracung untuk sang Kakek dan berkata 'Terbaik'.

Sedang kelima persona Boboiboy punya agenda sendiri. Mereka akan bersenang-senang dengan Yaya dan mengelilingi Festival. Meski tidak bisa berangkat bersama karena sang kekasih sudah berangkat pagi-pagi buta karena jabatan OSIS-nya.

Kelimanya sudah sepakat, mereka harus bersenang-senang dengan Yaya selama Festival ini. Meski nanti Yaya menolak, mereka akan tetap memaksa. Kalau perlu Halilintar akan maju kalau-kalau ada yang protes Yaya mangkir dari kerja. Terserah, pokoknya harus senang-senang. Titik.

Namun...

Setengah jam berpencar, kelima Boboiboy tidak bisa menemukan sang gadis pujaaan dimana pun. Bahkan Taufan rela pergi ke base OSIS menanyai perihsl keberadaan Yaya. Tapi nihil.

Yaya tidak ada di manapun.

"Yaya, kemana? Dia tidak datang?" Blaze menjadi gelisah sendiri setelah lama mencari tapi tak juga menemukan sang kekasih hati.

"Mustahil, Yaya tidak mungkin tidak datang. Aku sudah mengecek kamarnya, kosong." Sahut Taufan juga mulai tidak tenang.

"Kalian benar-benar sudah mencari ke semua tempat?" Tanya Gempa yang juga mulai tidak nyaman dalam duduknya. Tangannya bertaut gelisah dan dahinya berkerut mulai berkeringat.

"Semua toilet, stands makanan, galeri pameran, Aula panggung, bahkan semua kelas dan ruang guru sudah aku periksa dan Yaya tetap tidak ada!" Ucap Halilintar panjang dengan sedikit menggeram. Tangannya yang terlipat dada mengepal. Garis wajah sang persona yang sudah tegas menjadi keras.

"Bagaimana kalau bertanya pada Atok?" celetuk Ice tiba-tiba, membuat semua dirinya yang lain menatapnya.

"Tok Aba? Kenapa begitu, Ice?" Tanya Taufan tidak mengerti maksud persona dengan elemen e situ.

Ice tidak langsung menjawab, dia diam sebentar sebelum membuka mulutnya ragu-ragu, "Hmm, Kemarin Tok Aba berbisik sesuatu pada Yaya dan Yaya jadi agak aneh, jadi...emm...mungkin saja Atok tahu sesuatu tentang Yaya."

"Atau JANGAN-JANGAN! Yaya diganggu kayak kemarin terus diculik?!" seruan Blaze seketika mengalihkan dunia para Boboiboy.

Secara mendadak Gempa merasakan kepalanya pusing. Kobaran amarah entah bagaimana menyulut dada Halilintar membuat matanya memincing tajam. Taufan bisa merasakan perutnya tiba-tiba mulas. Blaze merasa kalau jantungnya baru saja jatuh ke perut dan terhantam sesuatu. Serta Ice segera melupakan perkataannnya beberapa detik yang lalu kemudian mematung meski jantungnya berdetak lebih cepat dari biasa.

"Iya pasti begitu. Lima preman jelek itu pasti menculik Yaya buat balas dendam karena di lempar ke langit, kan sakit." Seandainya sang kekasih merah mudanya mendengar sudah pasti Blaze akan mencium bogem Yaya. Namun di telinga Boboiboy yang lain itu masuk akal.

Mungkin karena memang begitu cara kerja para pecahan sepakat akan sesuatu. Mereka satu orang dari awal. Mereka percaya dengan ucapan mereka sendiri. Dan mereka yakin Yaya pasti di culik.

"Seharusnya aku matikan mereka dengan pedangku!" geram Halilintar dengan aura mencekam.

"Kita harus gimana?" Tanya Ice panik. Rasa khawatir menyergapnya tanpa ampun. Bayangan Yaya di perlakukan tidak pantas membuat dadanya sesak. Ice ingin segera menemukan Yaya dan memeluknya erat-erat.

"Kita cari! Kita cari sampai ketemu." Cetus Gempa cepat. Ia berusaha keras menjaga kewarasannya dari perasaan panik yang menyerangnya tiba-tiba.

"Kemana? Seluruh sekolah sudah kita cari. Mau cari ke kota?" celoteh Taufan tidak berguna dan sedikit sarkas.

Dan Blaze tiba-tiba saja merasa dirinya ingin meledak-ledak, "Mau geledah seluruh kota atau bahkan seluruh Malaysia, YANG PENTING YAYA KETEMU!" Ucapnya dengan api membara di mata jingganya.

Blaze—sang persona yang manis tapi tempramen—segera keluar dari kerumunan menuju jalan raya dan memanggil-manggil nama Yaya seperti orang gila.

Keempat Boboiboy yang lain segera menyusul. Taufan terbang dengan Hoverboard miliknya, mencari sang gadis merah muda dari angkata. Ice dan Gempa berpencar dua arah seraya bertanya pada penduduk lewat. Sedang Halilintar meluncur kembali ke base OSIS dan menanyai mereka perihal terakhir bertemu Yaya.

Kacau.

Satu kata yang tepat untuk para Boboiboy.

Wajah-wajah itu teramat jelas khawatir seraya bibirnya selalu mengucapkan kata yang sama. YAYA!

"Yaya...kamu dimana?" lirih Taufan sambil terus berkeling kota dari atas. Matanya memperhatikan setiap jengkal jalan, toko bahkan gang-gang sempit, hingga tidak menyadari manik biru langitnya bergetar hingga akhirnya bersinar menjadi lebih terang. Kecepatan Taufan menunggangi Hoverboard-nya meningkat layaknya angin rebut. Taufan tidak sempat menyadari dirinya melaju secepat angina rebut, ia hanya focus mencari. Mencari. Mencari dan mencari, hingga...

"Aku mencari...apa?"

.

.

.

Di sisi lain, Gempa bertanya pada setiap orang—satu-persatu—menanyai apakah berkesempatan menemui Yaya tadi. Dan yang Gempa terima selalu gelengan kepala. Namun sang persona topi terbalik tidak menyerah. Cintanya pada Yaya tidak selemah itu. Maka dari itu Gempa terus berjalan dan bertanya. Tidak lelah atau pun bosan. Karena hatinya terus-menerus berkata rindu dan ingin menemukan secepat mungkin gadis kesayanganya.

Gempa tidak menyadari iris keemasannya bergetar.

"Pak, permisi..." panggil Gempa pada seorang pedang Bakpau. Sang penjual menoleh dan menyapa ramah sang persona yang terdiam. "Iya, nak. Mau beli Bakpau?"

Gempa mengerjabkan matanya beberapa kali, "Nak, itu kok matamu bisa tiba-tiba cerah, kenapa?" Tanya sang penjual Bakpau heran melihat mata Gempa yang tiba-tiba menjadi lebih terang dari sebelunya.

Sang persona tanah masih belum menjawab. Kepalanya menengok ke kanan dan kiri lalu kembali menatap sang penjual. Kemudian dengan senyum ramah khas Boboiboy, Gempa bertanya,

"Pak saya mau tanya arah SMA Rintis, bapak tahu?"

.

.

.

Di saat yang sama, hal serupa terjadi kepada Boboiboy Ice.

Sampai setengah jam yang lalu, Ice masih mencari keberadaan Yaya di keramaian kota. Sesekali bertanya pada orang sekitar. Hingga dirinya memutuskan berhenti sejenak di kedai Es yang cukup ramai pelanggan lantaran kelelahan.

Tidak aneh. Ice membawa diri Boboiboy yang ingin hidup santai dan tidak ingin susah. Karenanya Ice cenderung pemalas bahkan saat dipertarungan sekalipun. Terlebih kini ia harus berjalan jauh mencari Yaya yang tidak tahu dimana di kota Rintis.

Tepat saat Ice menyeruput minuman dingin miliknya, mata sewarna samudranya bergetar dan menjadi lebih terang. Tubuh sang persona es bersandar pada kursi dan melipat tangan kanannya ke belakang kepala sebagai bantal.

"Eh? Kamu Boboiboy kan? Yang dulu bertarung dengan alien kotak?"

Seruan yang diyakini tertuju untuknya membuat Ice mendongak dan menemukan lima orang gadis—dua berkerudung, dua berambut panjang serta satu berambut pendek.

"Iya, itu aku." Kata Ice kalem.

"Huwaaaaa...kita ketemu artis teman-teman." Seru satu orang berambut panjang heboh, "Boleh kita duduk dan mengobrol sebentar?" tanya nya lagi.

Sang persona tidak langsung menjawab, ia berpikir untuk menolak karena Ice merasa harus segera pergi dan kembali mencari.

"Kita traktir deh! Mau ya, Boboiboy?" kata gadis berambut panjang yang lain memelas.

Segera telinganya mendengar kata 'traktir', serta merta Ice berkata cepat.

"Oke, ayo duduk."

Membuat kelima gadis itu bersorak. Sedang Ice menatap kelimanya dengan pandangan bingung sejenak.

"Hmm...apa aku melupakan sesuatu?"

.

.

.

Di tempat lain

DUAARRR

"Kebakaran! Kebakaran!"

"Tolong! Tolong!"

"TIDAK! SELAMATKAN DIRI KALIAN!!"

"HAHAHAHAHA! BAKAR! BAKAR!"




TBC



Mampus! Aku potong pas lagi tegang-tegangnya. Pada penasaran nggak? Hehe.

Jangan lupa VOTE and COMMENT ya readers. FOLLOW Authornya juga biar makin mantap.



Ellena Nomihara. Minggu, 21 Maret 2021

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro